Penatalaksanaan Fraktur Femur
Penatalaksanaan fraktur femur yang utama adalah reduksi terbuka. Setelah stabilisasi hemodinamik, fraktur femur umumnya perlu dikoreksi secara bedah. Pembedahan bertujuan untuk menghasilkan stabilisasi tulang, fiksasi anatomi, serta memungkinkan mobilisasi sesegera mungkin.[2,15]
Pembedahan
Fraktur femur, terutama pada pasien usia lebih muda, biasanya timbul akibat mekanisme cedera energi tinggi dan sering disertai dengan cedera lain. Lakukan stabilisasi hemodinamik dan eksklusi adanya cedera yang mengancam jiwa.
Selanjutnya, pembedahan merupakan terapi utama pada kebanyakan kasus fraktur femur. Traksi atau pembidaian mungkin diperlukan untuk imobilisasi, stabilisasi, dan mengurangi nyeri sebelum tindakan bedah definitif bisa dilakukan.
Pada kasus fraktur yang non-displaced, pendekatan non-bedah dengan imobilisasi dan penggunaan crutch agar tungkai yang terkena tidak menahan beban berat badan dapat menjadi pendekatan terapi yang dipertimbangkan.[2,5,6,15,16]
Fraktur Femur Proksimal
Pemilihan pendekatan bedah pada fraktur femur proksimal dilakukan berdasarkan pola fraktur. Fraktur leher femur umumnya diterapi dengan pemasangan pin, screw pinggul, atau artroplasti, tergantung pada tingkat keparahan fraktur.
Fraktur peritrokanter biasanya diterapi dengan pemasangan sliding hip screw atau cephalomedullary nail. Sementara itu, fraktur subtrokanter biasanya diterapi dengan pemasangan intramedullary nail atau fixed angel deviced.[2,5,6,15,16]
Fraktur Femur Shaft
Pemasangan intramedullary nail merupakan pilihan untuk sebagian besar fraktur shaft pada pasien dewasa. Pendekatan prosedur ini bisa secara antegrade atau retrograde. Prosedur fiksasi eksternal dengan plate dan screw juga merupakan pilihan yang sering digunakan, terutama untuk kasus fraktur femur diafisis.[2,15]
Fraktur Patologis
Pada kasus fraktur patologis, pendekatan tata laksana tidak hanya ditentukan oleh lokasi tetapi juga jenis tumor yang dialami pasien. Pada tumor tulang primer, tujuan pembedahan adalah kuratif, sedangkan pada tumor metastatik tujuannya adalah paliatif.[2,15]
Fraktur Stres
Pada kasus fraktur stres femoral, tata laksana pembedahan hanya dilakukan untuk kasus-kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi konservatif. Prosedur yang dilakukan biasanya adalah pemasangan intramedullary nail baik secara antegrade atau retrograde.[2,5,6,17]
Pendekatan Non-Bedah
Kebanyakan kasus fraktur femur memerlukan fiksasi bedah karena tulang femur merupakan tulang weightbearing. Pendekatan non-bedah bisa dipertimbangkan pada fraktur stres atau fraktur pada anak yang stabil dan non-displaced.
Imobilisasi tulang bisa dilakukan dengan long leg cast atau hip spica cast. Penggunaan hip spica cast biasanya dipilih pada anak <5 tahun dengan fraktur yang stabil. Sementara itu, long leg cas bisa digunakan pada pasien dewasa yang bukan merupakan kandidat tindakan operatif.[2,5,6,15-17]
Rehabilitasi
Pasca tindakan pembedahan, sangat direkomendasikan untuk melakukan terapi fisik untuk memperbaiki rentang gerak sendi, kekuatan, dan gait. Sebelum diperbolehkan weightbearing, penggunaan crutch diperlukan untuk menopang berat badan.
Untuk fraktur stres, penggunaan crutch dapat dihentikan segera setelah pasien bisa berjalan tanpa merasakan nyeri. Selanjutnya, pasien dapat menjalani latihan aerobik low impact seperti sepeda statis dan berenang. Identifikasi dan modifikasi penyebab dari fraktur stres, misalnya dengan memperbaiki teknik saat olahraga atau penggantian alas kaki.
Lanjutkan terapi fisik sesuai kebutuhan dengan target terapi adalah peningkatan kekuatan, rentang gerak, daya tahan, dan kemampuan berjalan. Selama masih menjalani terapi fik, lakukan pemantauan radiologi secara berkala untuk menilai penyembuhan fraktur.[1,2,5,6]