Diagnosis Fraktur Femur
Diagnosis fraktur femur perlu dicurigai pada pasien dengan nyeri paha atau deformitas setelah mengalami trauma, jatuh, atau pada pasien dengan penyakit tulang lainnya. Rontgen pada femur akan menunjukkan adanya diskontinuitas os femoralis, baik dengan displaced ataupun tidak.[2,5,6]
Anamnesis
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien dengan fraktur femur adalah nyeri paha atau pinggul. Pada kebanyakan kasus, pasien memiliki riwayat trauma sebelumnya.[2,5,6]
Mekanisme Cedera
Gali mengenai kronologis kejadian untuk mengetahui mekanisme fraktur, terutama untuk fraktur akibat trauma. Pada pasien usia muda, fraktur femur sering berkaitan dengan trauma energi tinggi seperti kecelakaan kendaraan bermotor. Di sisi lain, fraktur femur akibat cedera energi rendah bisa dialami oleh lansia dan sering berhubungan dengan osteoporosis.[2,5,6]
Keluhan Spesifik
Adanya rasa sakit yang signifikan pada tungkai yang terkena dan ketidakmampuan untuk menopang berat badan merupakan keluhan spesifik untuk fraktur femur. Keluhan tersebut juga bisa disertai dengan pemendekan satu kaki, pembengkakan, dan deformitas yang berat. Fraktur femur juga bisa berkaitan dengan cedera tulang lain, termasuk fraktur tibia.[2,5,6]
Faktor Risiko Fraktur Patologis
Jika tidak ada riwayat trauma, dokter perlu memikirkan kemungkinan adanya fraktur patologis. Faktor risiko pasien mencakup usia tua, osteoporosis, penyakit metabolik tulang, metastasis tulang, tumor primer pada tulang, maupun infeksi.[2,5,6]
Faktor Risiko Fraktur Stres
Pada fraktur stres femur, riwayat latihan dan riwayat kompetisi perlu ditanyakan, terutama pada atlet. Pada non-atlet, tanyakan jenis olahraga yang ditekuni.
Faktor risiko fraktur stres mencakup peningkatan jarak tempuh, intensitas, atau frekuensi latihan secara tiba-tiba. Faktor risiko lain adalah perubahan medan atau permukaan lapangan latihan.
Lokasi nyeri pasien biasanya di area selangkangan, paha, atau lutut. Gejala fraktur stres diperburuk oleh aktivitas dan berkurang dengan istirahat. Pada pelari perempuan, biasanya memiliki gangguan haid.[2,5,6]
Pemeriksaan Fisik
Pada pasien yang mengalami cedera, lakukan pemeriksaan primary survey dan stabilisasi sesuai indikasi. Setelah itu, lanjutkan dengan secondary survey karena pasien fraktur femur sering mengalami cedera multipel.
Pemeriksaan Fisik pada Area Fraktur
Pasien bisa datang dengan deformitas yang jelas. Apabila deformitas tidak tampak, lakukan palpasi pada area os femur dan panggul. Rasakan adanya instabilitas, krepitasi, atau nyeri tekan. Pasien dengan fraktur femur akan mengalami keterbatasan gerak sendi yang nyata dan nyeri yang hebat.
Nilai CRT (capillary refill time) untuk mengidentifikasi adanya cedera vaskular. Lakukan tes motorik dan sensorik sederhana untuk menilai kemungkinan terjadinya cedera saraf.
Nyeri yang terlihat tidak proporsional dengan keparahan cedera perlu dicurigai sebagai sindrom kompartemen yang memerlukan tindakan operatif segera.[2,5,6]
Pemeriksaan pada Kasus Fraktur Patologis
Pada pasien yang dicurigai mengalami fraktur patologis, nilai ekstremitas yang terlibat apakah terdapat massa, deformitas, dan nyeri tekan.[1,2,5,6]
Pemeriksaan pada Kasus Fraktur Stres Femur
Pada fraktur stres femur, nyeri mungkin baru timbul ketika dilakukan provokasi, misalnya palpasi pada paha, pembebanan aksial, atau gerak sendi pasif yang ekstrim. Jika fraktur stres terjadi pada leher femur, nyeri biasanya menjalar ke area selangkangan.[2,5,6]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding fraktur femur yang perlu dipikirkan mencakup dislokasi panggul, kontusio otot, dan strain otot area paha.[2,5,6]
Dislokasi Panggul
Kasus dislokasi panggul bisa menimbulkan nyeri pada area yang sama dengan fraktur femur. Nyeri biasanya sangat hebat dan dapat terjadi bersamaan dengan fraktur panggul. Pada pemeriksaan radiografi, dislokasi panggul akan menunjukkan adanya pergeseran ataupun terlepasnya caput femoral dari acetabulum.[1,6]
Kontusio Otot
Pada pasien dengan riwayat trauma, bisa terjadi kontusio otot pada area paha yang menimbulkan keluhan menyerupai fraktur femur. Pada kasus kontusio otot, nyeri terlokalisir dan juga tampak perubahan warna kulit lebih gelap seperti pada hematoma. Pemeriksaan rontgen bisa menyingkirkan ataupun mengkonfirmasi adanya fraktur femur.[2,5]
Strain Otot
Pada strain otot area paha, pasien bisa mengeluhkan nyeri yang mirip dengan nyeri kasus fraktur. Nyeri juga bertambah saat dilakukan gerakan dan ada keterbatasan rentang gerak Seperti halnya kontusio, pada strain otot tidak ditemukan kelainan radiografi pada tulang femur.[2,5,6]
Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan merupakan pemeriksaan utama untuk mendiagnosis fraktur femur.
Rontgen
Rontgen pada femur bisa mengidentifikasi ada-tidaknya fraktur, derajat displaced, serta tipe fraktur yang terjadi. Fraktur pada shaft umumnya lebih mudah diidentifikasi melalui rontgen. Meski begitu, dokter perlu memastikan ada tidaknya fraktur pada bagian proksimal atau leher femur yang terjadi berbarengan dengan fraktur shaft, terutama pada mekanisme cedera energi tinggi.
Pada pasien yang memiliki gejala fraktur tetapi hasil rontgen tidak menunjukkan adanya fraktur secara jelas, pertimbangkan untuk melakukan CT Scan untuk menilai fraktur pada leher femur, area distal, atau area panggul.
Derajat fraktur pada shaft bisa dibedakan menggunakan klasifikasi Winquist dan Hansen. Sistem ini menggolongkan fraktur 1 sampai 4 berdasarkan derajat kominusi diafisisnya. Semakin kominutif suatu fraktur, semakin banyak cedera yang dialami tulang dan jaringan lunak dan semakin tinggi kemungkinan menghadapi masalah dalam penyembuhan tulang.
- Derajat 1: fraktur transversal atau oblik pendek dengan kominusi kurang dari 25%
- Derajat 2: lebar kominusi 25 sampai 50% lebar shaft
- Derajat 3: lebar kominusi lebih dari 50% tetapi kurang dari 100%
- Derajat 4: fraktur memiliki kominusi segmental[1,2,5,6,14]
CT Scan dan MRI
CT Scan dan MRI memberikan evaluasi muskuloskeletal yang lebih rinci dibandingkan rontgen. Pada kasus kecurigaan kuat adanya fraktur tetapi hasil rontgen normal, pemeriksaan ini bisa membantu memastikan ada tidaknya fraktur.
MRI dan CT Scan juga bisa mengidentifikasi adanya metastasis tulang atau tumor tulang primer pada kasus fraktur patologis yang dicurigai berkaitan dengan neoplasma. Positron emission tomography–computed tomography (PET-CT) bisa digunakan untuk menilai area lain yang terlibat jika mengkhawatirkan tumor atau neoplasma.[1,14]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium bukan ditujukan untuk menegakkan diagnosis fraktur femur, tetapi untuk mencari faktor risiko atau komplikasi akibat fraktur. Pemeriksaan darah rutin, cross match, dan profil pembekuan bisa bermanfaat untuk persiapan tindakan bedah dan transfusi. Pada kasus fraktur yang dicurigai berkaitan dengan metastasis atau tumor primer tulang, pemeriksaan penanda tumor bisa dipertimbangkan.[1,6,13]
Pemindaian Radionukleotida
Pemindaian radionukleotida merupakan pemeriksaan standar untuk diagnosis fraktur stres. Pemeriksaan ini lebih sensitif daripada radiografi polos dan bisa menunjukkan kelainan 3 minggu lebih cepat.[2,6,14]
Bone Mineral Density
Pengukuran bone mineral density digunakan untuk menyingkirkan osteoporosis atau osteopenia.[2,6,14]