Epidemiologi Fraktur Femur
Data epidemiologi memperkirakan terdapat sekitar 10-21 kasus per 100.000 orang tahun untuk fraktur femur pada shaft. Kejadian pada pria tertinggi pada kelompok usia 15-35 tahun. Sedangkan pada wanita, kejadian fraktur femur tertinggi pada usia di atas 60 tahun.[2]
Global
Insiden fraktur femur pada shaft di seluruh dunia berkisar antara 10-21 per 100.000 per tahun. Sebanyak 2% dari kasus tersebut merupakan fraktur terbuka. Distribusi berdasarkan usia pada pria dilaporkan tertinggi pada kelompok 15 hingga 35 tahun, sedangkan pada wanita di usia 60 tahun ke atas.
Mekanisme fraktur pada pria yang tersering adalah kecelakaan mobil atau mekanisme energi tinggi lainnya. Mekanisme pada wanita yang tersering adalah jatuh.
Pada kelompok usia lebih muda, mekanisme energi tinggi merupakan yang paling banyak terlibat. Di sisi lain, pada lansia fraktur femur sering berkaitan osteoporosis.[2]
Pada anak, fraktur femur pada shaft berkontribusi sebesar 0,7-1,7% dari keseluruhan fraktur pediatrik. Angka tersebut merupakan 3,5% dari keseluruhan fraktur tulang panjang ekstremitas pada anak.[11]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi pasti untuk fraktur femur di Indonesia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, angka kejadian fraktur secara umum di Indonesia sekitar 5,5% dan 67% bagian tubuh yang terkena adalah ekstremitas bawah.[12]
Mortalitas
Fraktur femur distal memiliki angka mortalitas sekitar 18% setelah 6 bulan dan sekitar 18-30% setelah 1 tahun. Fraktur femur proksimal atau fraktur leher femur menunjukkan angka mortalitas 8,2% dalam 30 hari dan 20% dalam satu tahun.[7,8,11]
Fraktur femur bilateral tanpa cedera lain memiliki angka mortalitas keseluruhan 9,8%. Di sisi lain, bila fraktur femur bilateral disertai dengan cedera lain, angka mortalitas meningkat menjadi 31,6%.[2]