Diagnosis Sarcopenia
Diagnosis sarcopenia atau sarkopenia bisa ditegakan jika ditemukan beberapa kriteria yang berhubungan dengan penurunan massa dan fungsi otot. Kriteria yang digunakan secara global adalah berdasarkan European Working Group on Sarcopenia in Older People (EWGSOP), sedangkan kriteria di Asia sering berdasarkan Asian Working Group of Sarcopenia (AWGS).[1-3]
Sarkopenia perlu dibedakan dengan frailty, di mana kehilangan massa otot pada sarcopenia diakibatkan oleh atrofi otot yang berjalan progresif, kehilangan serat otot tipe 2 dan neuron motorik, serta infiltrasi sel lemak. Global Leadership Initiative on Sarcopenia (GLIS) saat ini harus mengembangkan konsensus internasional mengenai definisi dan diagnosis sarcopenia.[2,4]
Anamnesis
Kuesioner yang biasa digunakan untuk menilai sarcopenia terdiri dari SARC-F (strength, assistance with walking, rising from a chair, climbing stairs, and falls). Beberapa pertanyaan pada kuesioner tersebut adalah:
- Berapa banyak kesulitan yang Anda miliki saat mengangkat dan membawa beban 5kg?
- Seberapa sulit Anda berjalan melintasi ruangan?
- Seberapa sulit Anda berpindah dari kursi atau tempat tidur?
- Berapa banyak kesulitan yang Anda miliki saat menaiki 10 anak tangga?
- Berapa kali Anda jatuh dalam setahun terakhir?
Masing-masing pertanyaan memiliki skor 0−4 berdasarkan tingkat kesulitan yang dialami pasien. Data yang menunjukkan total skor SARC-F ≥4 sangat direkomendasikan untuk evaluasi lebih lanjut dan lebih komprehensif.[14]
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi terlihat pasien yang kurus, atau lingkar lengan dan paha yang kecil. Pemeriksaan fisik lain adalah pemeriksaan sensorik, motorik, dan refleks untuk memastikan penyakit ini tidak berhubungan dengan kelainan otak.[15]
Pengukuran yang paling banyak digunakan adalah kecepatan berjalan. EWGSOP merekomendasikan tes berjalan 6 meter, di mana pasien pria dan wanita yang memiliki kecepatan berjalan <0,8 meter/detik dianggap memiliki performa fisik yang tidak baik dan mengarah ke sarcopenia.[1,2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding sarcopenia antara lain:
Amyotrophic lateral sclerosis( ALS): ditemukan afek pada beberapa regio upper dan lower motor neuron yang bersifat menjalar secara asimetris dan dimulai dari distal.
Myotonic dystrophy type 2 (DM2): ditemukan kelemahan otot iliopsoas dan fleksor kepala, sifat penyebaran dimulai dari proksimal, dan disertai penyakit katarak.
Inclusion body myositis (IBM): ditemukan kelemahan fleksi jari yang lebih terasa dibandingkan abduksi bahu, sifat penyebaran asimetris, dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kenaikan 15 kali serum creatine kinase (CK) dari nilai normal.[16]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berguna untuk menilai kekuatan dan massa otot. Sedangkan pemeriksaan laboratorium tidak dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis sarcopenia.
Handgrip Dynamometer
Batasan yang digunakan sebagai tanda penurunan kekuatan otot lengan menggunakan handgrip dynamometer bervariasi. EWGSOP merekomendasikan batasan <30 kg pada pria dan <20 kg pada wanita. Sedangkan AWGS merekomendasikan batasan <26 kg pada pria dan <18 kg pada wanita.[1,3,15]
Bioelectrical Impedance Analysis (BIA)
BIA adalah alat yang noninvasif, murah, dan sering dipakai untuk mengukur komposisi tubuh. BIA mengukur volume lemak dan masa badan kering berdasarkan hubungan volume konduktor dengan resistensi elektrik. Batas nilai massa otot menggunakan alat BIA, untuk mendiagnosis sarcopenia berdasarkan kriteria AWGS, adalah <7 kg/m² untuk pria dan <5,7 kg/m² untuk wanita.[3,15]
Dual Energy X-Ray Absorptiometry (DXA)
DXA merupakan alat yang paling banyak dipakai untuk mengukur massa otot pada penelitian sarcopenia. Batas nilai massa otot menggunakan alat DXA, untuk mendiagnosis sarcopenia berdasarkan kriteria AWGS, adalah <7 kg/m² untuk pria dan <5,4 kg/m² untuk wanita.[3,15]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini