Epidemiologi Spondylolisthesis
Data epidemiologi spondylolisthesis menunjukkan prevalensi dan insiden dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit muskuloskeletal. Spondilolistesis dapat terjadi pada semua usia, tetapi prevalensi meningkat pada usia di atas 50 tahun.[3,5,7]
Global
Prevalensi global spondilolistesis pada populasi umum sekitar 4−8%, dengan rasio pria dan wanita adalah 3:1. Studi populasi pada 500 siswa sekolah dasar berusia 6−12 tahun menunjukkan insidensi spondilolistesis sebesar 4,4%. Penelitian lain pada 37 pasien usia 49−80 tahun yang menderita spondylosis menunjukkan sebanyak 19 pasien (51,4%) mengalami spondilolistesis. Sedangkan spondilolistesis degeneratif jarang menyerang individu di bawah usia 40 tahun.[3,7]
Indonesia
Di Indonesia belum terdapat data yang menunjukkan prevalensi spondilolistesis pada populasi umum. Pasien spondilolistesis sering datang dengan manifestasi nyeri punggung bawah. Ditinjau berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia, insidensi nyeri punggung bawah berkisar antara 3−17%.[5]
Penelitian yang dilakukan di sebuah rumah sakit umum di daerah Sulawesi Utara pada tahun 2012 menunjukkan prevalensi nyeri punggung bawah yang telah terdiagnosa mengalami spondilolistesis adalah sebanyak 14,06% pada L4−L5, dan 1,57% pada L5− S1.[5]
Mortalitas
Spondilolistesis bukan suatu kondisi yang mengancam jiwa. Walaupun beberapa pasien mungkin mengalami nyeri punggung bawah kronis, tetapi disabilitas yang signifikan jarang terjadi kecuali pasien memiliki gangguan neurologis parah yang belum ditangani.[21]