Penatalaksanaan Spondylolisthesis
Penatalaksanaan spondylolisthesis bergantung pada usia, penyebab, tipe dan derajat, serta tingkat morbiditas gejala klinis pasien. Tujuan utama penatalaksanaan adalah mengurangi morbiditas dan menekan progresivitas penyakit hingga tercapai remisi. Penanganan terdiri dari terapi konservatif dan operatif, sedangkan spondilolistesis tipe patologis membutuhkan terapi sesuai penyakit yang mendasari.[1,7,13]
Penatalaksanaan Konservatif
Terapi konservatif merupakan pilihan awal untuk spondilolistesis, terutama pasien dengan usia muda yang dapat mentoleransi intervensi konservatif. Terapi konservatif juga menjadi pilihan pada pasien yang masih mampu melakukan aktivitas tanpa hambatan, berjalan dengan baik, tanpa gejala defisit neurologis, serta mampu mengontrol keinginan untuk miksi dan defekasi.[7,18,24]
Terapi konservatif dilakukan selama 3‒8 bulan dengan memantau gejala klinis serta progresivitas penyakit. Diawali dengan tirah baring dan modifikasi aktivitas, pemberian medikamentosa analgesik dan anti inflamasi, serta perawatan rehabilitasi medik yang harus dilakukan secara bersamaan.[4,7,24-25]
Tirah Baring
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi rasa nyeri, meningkatkan fungsional vertebra, memperbaiki postur tubuh sehingga kualitas hidup pasien akan lebih baik, serta mencegah komplikasi.[4,7,13]
Tirah baring dalam waktu 2 hari telah terbukti efektif dalam mengurangi rasa nyeri pada kasus spondilolistesis. Posisi tidur yang dianjurkan adalah terlentang dan miring, dengan menempatkan bantal di bawah kedua lutut. Bantal kepala dipilih yang tidak terlalu tinggi.[24,25,30]
Cara memulai berbaring yang benar pada saat gejala akut adalah:
- Pasien duduk perlahan di pinggir tempat tidur
- Kemudian pasien berbaring menyamping dengan dibantu lengan, di mana paha dan lutut tetap dalam keadaan fleksi
- Pasien dapat merubah posisi menjadi terlentang, serta kaki perlahan diluruskan dan diganjal dengan bantal di bawah lutut
Sedangkan cara bangun dari posisi berbaring pada pasien spondilolistesis dimulai dari menekuk kedua lutut, memiringkan badan, kemudian mengangkat badan dengan bantuan lengan.[24,25,30]
Modifikasi Aktivitas
Pasien spondilolistesis dianjurkan untuk mengurangi durasi aktivitas harian, serta merubah posisi duduk dan berdiri. Posisi duduk yang benar adalah bersandar, sedangkan posisi berdiri yang benar adalah berdiri tegak dan tidak membungkuk atau terlalu membusungkan dada. Jika melakukan aktivitas dengan posisi berdiri yang lama maka diusahakan salah satu lutut fleksi secara bergantian, misalnya salah satu kaki dinaikan pada pijakan.[24,25,30]
Pasien spondilolistesis juga disarankan untuk mengangkat beban dengan cara yang benar (lifting technique), yaitu:
- Beban harus terletak sedekat mungkin dengan tubuh
- Punggung dalam keadaan lurus, diikuti dengan paha dan lutut dalam posisi fleksi
- Vertebra jangan berputar/torsi
- Beban diangkat dengan kecepatan konstan dan tidak terburu-buru[18,24,25,30]
Analgesik
Obat antinyeri yang dapat diberikan misalnya tramadol 50 mg setiap 4−6 jam. Dapat juga diberikan antiinflamasi, seperti ibuprofen 800 mg setiap 8 jam.[13,22]
Transforaminal Epidural Steroid (TFE)
Injeksi TFE merupakan salah satu pilihan terapi untuk nyeri punggung bawah, termasuk spondilolistesis. Terapi ini memiliki efektivitas yang baik, karena targeted delivery steroid langsung ke lokasi patologis. Injeksi TFE diberikan pada pasien spondilolistesis yang mengalami nyeri radikuler persisten.[23]
Studi oleh Sencan et al melaporkan injeksi TFE dapat meredakan nyeri sebesar 80% selama rata-rata 6 bulan pada pasien spondilolistesis degeneratif. Sementara pada pasien dengan spondilolistesis istmik, injeksi TFE dapat meredakan nyeri sebesar 50% selama rata-rata 3,5 bulan.[23]
Spinal Bracing
Spinal bracing merupakan pilihan terapi konservatif untuk fiksasi tulang belakang. Spinal bracing berperan sebagai penyangga vertebra, sehingga beban tekanan pada diskus berkurang. Jenis spinal bracing yang digunakan pada spondilolistesis adalah korset, brace, dan spine orthosis.
Korset merupakan kain soft fabric dengan penyangga yang kokoh di dalamnya, dan dilengkapi dengan tali depan, belakang, dan samping. Brace terbuat dari plastik dengan tingkat rigiditas yang lebih baik dibandingkan korset. Spine orthosis terbuat dari termoplastik, serat karbon, logam, karet, dan kombinasi bahan lainnya. Spine orthosis diklasifikasikan menurut regio vertebra, yaitu cervical orthosis (CO), cervicothoracic orthosis (CTO), dan thoracolumbosacral orthosis (TLSO). Beberapa orthosis dapat dibeli bebas, sedangkan yang lainnya memerlukan peresepan dari dokter.[12,24,25] .
Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi medik untuk penderita spondilolistesis terdiri dari latihan gerakan dan postur tubuh, serta kegiatan fisik untuk mencegah impairment fungsi fisik. Jenis terapi kekuatan otot berupa strengthening dan stretching exercise.[13,25,30]
Rehabilitasi medik bukan untuk memperbaiki pergeseran vertebra, tetapi bertujuan untuk meringankan keluhan nyeri punggung pada spondilolistesis.[25,30]
Penatalaksanaan Operatif
Tindakan operatif dapat dipertimbangkan untuk pasien dengan kondisi sebagai berikut:
- Tidak berhasil dengan terapi konservatif selama 3‒8 bulan
- Mengalami kesulitan dalam mempertahankan durasi berdiri
- Memiliki gangguan gaya berjalan berat
- Terdapat defisit neurologis[4,7,18]
Open Spine Surgery
Pada open spine surgery, dilakukan fiksasi vertebra dengan pendekatan dilatasi muskulus untuk meminimalisasi panjang insisi surgical, ukuran surgical cavity, dan soft tissue yang mengalami perlukaan. Manajemen operasi ini diindikasikan untuk kasus spondilolistesis grade 3 dan 4.[4,28]
Minimally Invasive Surgery (MIS)
Minimally invasive surgery (MIS) pada vertebra dengan prosedur arthrodesis merupakan prosedur pembedahan minimal, dengan mencangkok tulang dan kemudian menyatukan kedua ujung sendi. MIS vertebra memberikan komplikasi yang lebih rendah, serta angka morbiditas dan cedera jaringan lunak yang minimal. Selain itu, risiko perdarahan intraoperatif minimal dengan periode rawat inap yang lebih pendek. MIS fusion spinal dengan prosedur arthrodesis diindikasikan untuk spondilolistesis grade 1 dan 2 yang menyebabkan nyeri radikuler.[4,28-30]
Posterolateral Fusion (PLF)
Posterolateral fusion (PLF) dengan pedicle screw merupakan gold standar operatif pada spondilolistesis degeneratif grade 1 dan 2. PLF mendekompresi kanal dan fuse 360° menggunakan pendekatan single posterior.[4,26,28]
Transforaminal Lumbar Interbody Fusion (TLIF)
Transforaminal lumbar interbody fusion (TLIF) memiliki beberapa keuntungan dibandingkan PLF, antara lain imobilisasi segmen yang mengalami degeneratif, dekompresi akar saraf, dan mengembalikan tinggi diskus serta dimensi kanal akar saraf. TLIF juga mampu menahan beban dari struktur anterior vertebra.[4,26-27]
Dekompresi
Dekompresi merupakan teknik pembedahan yang dilakukan pada pasien dengan nyeri plantar akibat spondilolistesis grade I. Bertujuan untuk menghilangkan bagian dari vertebra yang menekan akar saraf.[4,27-30]