Etiologi Tenosynovitis
Etiologi tenosynovitis meliputi proses infeksi seperti Staphylococcus aureus, maupun non-infeksi seperti proses autoimun dan penggunaan berlebihan (overuse). Etiologi lainnya adalah adanya kelainan anatomi, faktor hormonal, dan idiopatik.[1–4]
Infeksi
Tenosynovitis infektif disebabkan oleh mikroorganisme patogen yang menginfeksi secara inokulasi langsung, atau penyebaran dari infeksi lokal maupun sistemik. Mikroorganisme yang sering ditemukan pada kasus tenosynovitis adalah Staphylococcus aureus dan Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
Bakteri lainnya yang dapat ditemukan pada tenosynovitis non-infeksi Staphylococcus epidermidis, Streptococcus beta-hemolitikus, Pseudomonas aeruginosa, Eikenella pada gigitan manusia, dan Pasteurella multocida pada gigitan hewan.[1]
Autoimun
Terdapat korelasi kuat antara rheumatoid arthritis dengan tenosynovitis. Sekitar 87% pasien dengan rheumatoid arthritis mempunyai gambaran tenosynovitis pada pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI). Psoriasis juga seringkali terkait dengan kondisi autoimun, tetapi hal ini belum bisa dibuktikan dengan jelas.[1]
Penggunaan Berlebihan (Overuse)
Gerakan repetitif yang kronis dapat menyebabkan peradangan pada selubung sinovial. Kondisi ini sering dikenal dengan sebutan repetitive strain injury atau overuse syndrome. Contohnya ketika bekerja dengan komputer dalam waktu lama, dapat menyebabkan jari, pergelangan tangan, dan lengan bawah menegang sehingga meningkatkan risiko iritasi tendon yang bisa berlanjut menjadi tenosynovitis.[1]
Pada stenosing tenosynovitis, terdapat penebalan retikulum atau pulley yang diakibatkan oleh penggunaan yang berlebihan, repetitif, terkait dengan olahraga dan aktivitas profesi sebagai faktor mekanik pemicu kondisi. Pada tenosynovitis de Quervain, aktivitas pemicunya adalah gerakan repetitif pada ibu jari (fleksi, ekstensi, dan rotasi), deviasi ulnar pada karpal, penggunaan gunting, serta penggunaan gawai untuk mengetik.[2]
Faktor Anatomi dan Hormonal
Stenosing tenosynovitis adalah kondisi yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor anatomi lokal, faktor mekanik, dan faktor hormonal. Bentuk utamanya adalah tenosynovitis de Quervain. Adapun bentuk lainnya adalah trigger finger yang merupakan:
Stenosing tenosynovitis pada tendon flexor digitorum
Stenosing tenosynovitis pada tendon extensor carpi ulnaris, extensor carpi radialis, atau extensor communis
Stenosing tenosynovitis pada tendon flexor hallucis
Stenosing tenosynovitis pada tendon peroneal[2]
Faktor anatomi pada stenosing tenosynovitis, berupa penebalan retinakulum atau pulley yang melingkupi selubung sinovial. Akibatnya terowongan osteofibrosa menyempit dan menekan tendon yang berada di dalamnya.[2,3]
Sedangkan faktor hormonal pada stenosing tenosynovitis yang disinyalir sebagai pemicu adalah perubahan hormon estrogen. Studi menemukan bahwa keluhan muskuloskeletal biasa muncul pada follow up 5 tahun pascapemberian terapi hormonal, misalnya pada penderita kanker payudara. Sebanyak 93% kasus mengalami perubahan periartikuler yang terdiri dari 50% tenosynovitis de Quervain, 19% trigger finger, dan 33% tenosynovitis tendon fleksor, ekstensor, dan ekstensor radialis.[2]
Tenosynovitis de Quervain juga terjadi pada masa nifas, yang dikenal dengan sebutan baby wrist. Akan tetapi, sulit untuk membedakan etiologinya apakah disebabkan oleh faktor mekanik karena mengasuh bayi semata atau terkait dengan faktor hormonal.[2]
Penyakit diabetes melitus perlu dicurigai pada pasien dengan trigger finger multipel. Di mana prevalensi trigger finger pada pasien diabetes berkisar antara 10–20%, jauh lebih tinggi dibandingkan populasi umum sekitar 1,7–2,6%.[2]
Faktor Risiko
Faktor risiko stenosing tenosynovitis tidak diketahui, tetapi sejauh ini bersifat multifaktorial, seperti perubahan genetik seperti gen KLHL1 dan POLE2. Beberapa studi dilakukan untuk menyediakan bukti ilmiah terkait hal ini, tetapi sejauh ini studinya belum banyak dan bukti yang ada masih belum kuat.[6]
Selain itu, stenosing tenosynovitis juga bisa dipengaruhi oleh kondisi sistemik seperti insufisiensi renal, penyakit tiroid, diabetes melitus, dan masalah okupasi.[3]
Faktor risiko tenosynovitis de Quervain adalah gerakan repetitif pada ibu jari atau deviasi ulnar pada karpal. Faktor risiko lainnya berkaitan dengan penggunaan gunting serta penggunaan gawai untuk mengetik. Tenosynovitis de Quervain juga dinyatakan berkaitan secara signifikan dengan adanya gen rs35360670 pada kromosom 8.[2,3,7]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli