Prognosis Tenosynovitis
Prognosis tenosynovitis infeksi stadium III lebih buruk, karena berisiko amputasi. Prognosis tenosynovitis noninfeksi bervariasi tergantung kontrol reaksi inflamasi penyakit penyerta, seperti rheumatoid arthritis.[1,9]
Komplikasi
Tenosynovitis infeksi memiliki risiko komplikasi sebanyak 38%. Komplikasi mencakup kekakuan sendi, deformasi tulang atau tendinosa, penyebaran infeksi lebih luas, nekrosis dan adhesi tendon, hingga amputasi.[1,4]
Pasien yang mengalami tenosynovitis non-infeksi dapat berlanjut menjadi stenosing tenosynovitis, mengakibatkan kontraktur kronik dan deformitas fleksi. Komplikasi ini akan membutuhkan terapi pembedahan, di mana terapi ini mempunyai komplikasi tambahan, yaitu infeksi, cedera saraf, deformitas tendon fleksor, dan terbentuknya jaringan parut.[1,4]
Prognosis Tenosynovitis Infeksi
Prognosis tenosynovitis infeksi paling baik jika terapi antibiotik empiris dilakukan sedini mungkin. Jika diperlukan, dilakukan tindakan pembedahan irigasi dan debridemen secara dini pula. Faktor prognosis yang buruk dapat terjadi pada tenosynovitis yang disebabkan infeksi Streptococcus pyogenes atau jika infeksi disebabkan lebih dari satu patogen.[1,4]
Selain itu, penundaan intervensi antibiotik dan bedah, adanya sekret purulen pada jaringan, komorbid diabetes melitus, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer akan memperburuk prognosis. Pada tenosynovitis infeksi stadium III, yang telah terjadi proses nekrosis dan destruksi memiliki luaran paling buruk, yaitu tingkat amputasi 59%.[1,4]
Prognosis Tenosynovitis Noninfeksi
Prognosis tenosynovitis non-infeksi sangat bervariasi, tergantung dari etiologi. Pasien yang mengalami stenosing tenosynovitis memiliki prognosis paling baik, yaitu perbaikan klinis sebanyak 93% dalam 6–10 minggu penggunaan bidai termoplastik, sedangkan sekitar 54% mengalami resolusi sempurna.[15]
Pasien yang mengalami kegagalan terapi konservatif dan memerlukan terapi glukokortikoid dapat mengalami perbaikan gejala hingga 1 tahun, pada sekitar 50% pasien. Prognosis pada pasien bedah cukup baik, dengan rekurensi hanya sekitar 4,6%. Pasien diabetes mellitus biasanya tidak merespon baik dengan terapi steroid maupun bedah.[1,17]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli