Panduan e-Prescription Tenosynovitis
Panduan e-prescription pada tenosynovitis ini dapat digunakan Dokter Umum pada saat akan memberikan terapi medikamentosa secara online.
Tenosynovitis adalah peradangan pada selubung tendon, dengan predileksi di area tangan, pergelangan tangan, dan kaki. Selubung tendon terdiri dari cairan sinovial dan selubung fibrosa. Penyebab tenosynovitis terdiri dari infeksi dan noninfeksi.[1,2]
Tanda dan Gejala
Keluhan pasien biasanya nyeri area sendi yang terkena, terutama ketika sendi digerakkan. Gejala lain perlu dideteksi kemungkinan etiologi tenosynovitis.
Tenosynovitis Infeksi
Pasien seringkali mengeluhkan nyeri, pembengkakan, kekakuan, dan eritema yang progresif pada area yang terkena. Gejala lain adalah riwayat demam, ulkus, atau terbentuknya sekret purulen.[1,4]
Anamnesis perlu ditanyakan riwayat cedera sebelumnya, misalnya luka tusuk, laserasi, atau gigitan. Namun, bisa juga pasien tanpa riwayat cedera yang nyata.[1,4]
Tenosynovitis Stenosing (Idiopatik)
Gejala awal dapat berupa painless clicking yang dipicu gerakan jari pasif dan membaik seiring waktu. Selanjutnya, pasien dapat mengeluhkan painful catching/locking jari. Pada kasus yang berat, dapat menyebabkan kontraktur sekunder. Contoh tenosynovitis stenosing adalah tenosynovitis de Quervain.[4]
Tenosynovitis Inflamasi
Gejala nyeri, kekakuan sendi, pembengkakan, dan eritema muncul mendadak, biasanya lebih persisten dan progresif daripada tenosynovitis infeksi. Akan tetapi, secara umum gejala bisa menyerupai tenosynovitis infeksi terutama bila tidak diketahui riwayat penyakit terdahulu seperti rheumatoid arthritis, penyakit autoimun, atau diabetes mellitus.[4]
Peringatan
Perhatian khusus atau rujukan perlu dilakukan apabila terdapat dugaan:
- Tenosynovitis tipe infeksi
- Ruptur tendon
- Tanda dan gejala tidak membaik setelah 7 hari terapi
Peringatan Medikamentosa
Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) harus hati-hati pada pasien lansia dan penderita komorbid karena dapat menyebabkan efek samping berat, misalnya:
- Trombosis kardiovaskular serius dan infark miokard pada pasien pasca operasi jantung dan lansia
- Gagal ginjal pada penderita gagal jantung kongestif, diabetes mellitus, gangguan ginjal, hipovolemia, sirosis hepatis, multiple myeloma, dan lansia
- Perdarahan saluran cerna pada pemakaian jangka panjang, terutama lansia[4,13,20]
Selain itu, OAINS juga berkontribusi menyebabkan kerusakan ginjal terutama jika diberikan bersama dengan obat angiotensin converting-enzyme inhibitors (ACEi) seperti captopril dan ramipril; angiotensin receptor blockers (ARB) seperti candesartan dan valsartan; dan diuretik seperti hidroklorotiazid dan furosemid.[20]
Terapi Suportif
Tenosynovitis infeksi harus segera dirujuk ke dokter spesialis Ortopedi untuk penanganan lebih lanjut. Pasien tenosynovitis noninfeksi dapat diberikan edukasi untuk melakukan terapi suportif sebagai berikut:
- Membatasi aktivitas yang memicu pergerakan tendon
- Menggunakan bidai yang melingkupi area yang mengalami peradangan untuk mengurangi pergerakan selama 4–6 minggu
- Meninggikan atau elevasi area yang terkena
- Mengkompres area yang nyeri dengan air dingin atau ice pack selama 15 menit setiap 4–6 jam [4,10]
Medikamentosa
Penatalaksanaan utama tenosynovitis infeksi adalah antibiotik intravena, sehingga perlu dirujuk ke dokter spesialis Ortopedi. Sedangkan tenosynovitis non-infeksi, salah satu pilihan medikamentosa adalah OAINS untuk meredakan nyeri.[4,19]
Tenosynovitis non-infeksi umumnya akan membaik dalam waktu 6‒10 minggu. Penggunaan OAINS maksimum selama 2 minggu, karena penggunaan jangka waktu lama berisiko efek samping terutama gangguan gastrointestinal. Jika timbul gejala gastroesophageal reflux disorder (GERD) dan perdarahan saluran cerna seperti melena, maka pemberian OAINS harus dihentikan.[4,19]
Topikal
Natrium diklofenak 1% topikal atau gel, oleskan tipis, 2 kali/hari, jika diperlukan.[4,13]
Peroral Dewasa
Pilih salah satu dari terapi berikut ini:
Ibuprofen dosis 200‒ 400 mg, 3 kali/hari, jika diperlukan
Naproxen dosis 500 mg, 1‒2 kali/hari, jika diperlukan
Ketoprofen dosis 75 mg, 3 kali/hari, jika diperlukan
Asam mefenamat dosis 500 mg, 1‒3 kali/hari, jika diperlukan[4,13]
Peroral Anak
Pilih salah satu dari terapi berikut ini:
- Ibuprofen dosis 4‒10 mg/kgBB, 3‒4 kali/hari, jika diperlukan, dosis maksimum 40 mg/kgBB/hari
- Naproxen dosis 10 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 dosis, jika diperlukan[4,13]
Pemberian pada Ibu Hamil
Kategori berdasarkan Food and Drug Administration (FDA) untuk penggunaan OAINS pada ibu hamil adalah:
- Ibuprofen termasuk dalam kategori C pada trimester pertama dan kedua, serta kategori D pada trimester ketiga .karena berkaitan dengan terlambatnya penutupan duktus arteriosus
- Naproxen termasuk dalam kategori C.
- Ketoprofen termasuk dalam kategori B, tetapi pada trimester ketiga menjadi kategori D karena berkaitan dengan terlambatnya penutupan duktus arteriosus
- Asam mefenamat termasuk dalam kategori C, tetapi menjadi kategori D jika dikonsumsi jangka panjang atau mendekati persalinan karena berkaitan dengan patensi duktus arteriosus[4,13]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli