Penatalaksanaan Tenosynovitis
Pada tenosynovitis infeksi, pertimbangan penatalaksanaan operatif dilakukan berdasarkan klasifikasi Sokolow dengan pemberian antibiotik sesuai indikasi. Sedangkan tenosynovitis non-infeksi ditata laksana secara suportif, seperti pemberian obat antiinflamasi nonsteroid/OAINS, splinting, dan injeksi kortikosteroid pada area tenosynovitis. Tindakan operatif pada kasus non-infeksi dilakukan setelah 3–6 bulan tata laksana suportif tidak mengurangi gejala.[1,4]
Antibiotik
Antibiotik untuk tenosynovitis infeksi tergantung dari mikroorganisme penyebab. Pemberian terapi empiris pada tenosynovitis infeksi dapat dipertimbangkan, yang dilanjutkan dengan kultur darah. Sampel kultur diambil sebelum pemberian antibiotik empiris. Terapi empiris dengan antibiotik spektrum luas diberikan secara intravena (IV), yaitu kombinasi obat berikut:
Vancomycin, dosis 15–20 mg/kgBB/dosis, diberikan setiap 8–12 jam
- Sefalosporin generasi ketiga, seperti ceftriaxone, dosis 1–2 gram, setiap 24 jam[1,4]
Durasi pemberian tergantung dari temuan klinis dan adanya bakteremia. Pada tenosynovitis infeksi, perlu dipertimbangkan risiko purulensi ekstensif pada selubung tendon yang berisiko adhesi ekstensif, hilangnya difusi dan perfusi nutrisi ke tendon, nekrosis, hingga amputasi. Oleh karena itu, penanganan awal sangat menentukan prognosis.[1,4]
Analgesik dan Antiinflamasi
Nyeri pada tenosynovitis dapat ditangani dengan pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), misalnya ibuprofen dan naproxen.[1,4]
Terapi Konservatif
Terapi konservatif dapat dibedakan pada tenosynovitis infeksi dan tenosynovitis noninfeksi.
Tenosynovitis Infeksi
Pada tenosynovitis infeksi, selain dengan pemberian antibiotik spektrum luas, juga perlu dilakukan elevasi dan pembidaian untuk mengurangi pembengkakan. Setelah infeksi terkontrol dilanjutkan dengan terapi rehabilitasi yang mencakup latihan range of motion (ROM) dan kontrol edema.[4]
Tenosynovitis Non-infeksi
Sedangkan untuk tenosynovitis non-infeksi, diutamakan terapi suportif, yaitu modifikasi aktivitas, pemasangan splint/bidai, dan injeksi kortikosteroid, glukokortikoid, atau anestesi lokal.
Bidai yang dapat digunakan bisa bermacam-macam, mulai dari semi-flexible cast, custom made rigid thermoplastic, semi-custom neoprene splint, ataupun off the shelf semi-rigid splint with inserts. Pada pasien yang gagal diterapi dengan OAINS dapat diberikan disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs) seperti glukokortikoid.[1,3]
Pembedahan
Tindakan bedah pada tenosynovitis non-infeksi dilakukan jika kondisi semakin progresif setelah 3–6 bulan diberikan terapi medikamentosa dan konservatif. Tindakan yang dilakukan adalah insisi, drainase, irigasi, dan tenosinovektomi yang bertujuan untuk dekompresi tendon dan debridemen jaringan yang meradang.
Sedangkan pada tenosynovitis infeksi, tindakan bedah dipertimbangkan berdasarkan klasifikasi Michon maupun Sokolow.[1,3,4]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli