Prognosis Chikungunya
Prognosis chikungunya secara umum baik, sebab chikungunya merupakan penyakit yang dapat mengalami remisi sendiri. Komplikasi yang paling sering terjadi akibat chikungunya adalah artritis kronis dan komplikasi pada saraf, seperti ensefalitis.
Komplikasi
Komplikasi chikungunya telah dilaporkan ketika terjadi wabah. Artritis kronis merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai. Manifestasi klinis dapat bervariasi, mulai dari artritis transien yang menyebabkan nyeri sendi, hingga kerusakan parah pada sendi, sehingga membutuhkan terapi antireumatik, misalnya dengan methotrexate.[1,3]
Chikungunya juga dapat memperparah kondisi rheumatologi yang sudah ada sebelumnya, sehingga mengakibatkan kualitas hidup pasien terganggu. Nyeri kronis juga dapat memengaruhi kesehatan mental pasien.[1]
Komplikasi neurologis juga cukup sering dilaporkan. Tinjauan sistematis oleh Mehta, et al. melaporkan komplikasi neurologi tersering, antara lain ensefalopati dan ensefalitis, mielopati dan mielitis, sindrom Guillain-Barre, acute disseminated encephalomyelitis, neonatal hypotonia, dan penyakit neuro-okular.[22]
Pada bayi yang terinfeksi chikungunya, komplikasi neurologis dapat menyebabkan gangguan perkembangan neurologis, seperti development quotient yang lebih rendah pada usia 2 tahun, serta keterlambatan perkembangan neurodevelopmental sedang hingga berat.[5]
Prognosis
Chikungunya merupakan penyakit yang dapat mengalami remisi sendiri, sehingga prognosisnya cukup baik. Namun, prognosis dapat menjadi lebih buruk jika terjadi komplikasi. Pasien yang rentan mengalami komplikasi, antara lain neonatus, pasien lanjut usia, imunokompromais, serta pasien dengan komorbiditas, seperti penyakit kardiovaskular atau diabetes.
Pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular, pernapasan, dan neurologis, juga lebih berisiko mengalami mortalitas dan infeksi yang berat.
Arthralgia berat dan persisten dapat menyebabkan disabilitas jangka panjang dan ketidakmampuan untuk bekerja. Hal ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan kesulitan ekonomi.[1]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra