Pendahuluan Demam Dengue
Demam dengue atau dengue fever (DF) adalah demam akut akibat terinfeksi virus dengue, yang ditularkan melalui air liur nyamuk genus Aedes. Demam berdarah dengue atau dengue haemorrhagic fever (DHF), serta dengue shock syndrome (DSS) merupakan manifestasi klinis infeksi virus dengue yang berat.[1,2]
Virus dengue termasuk dalam genus Flavivirus, family Flaviviridae. Virus ini dikenal dengan nama DENV, yang terdiri dari empat serotipe, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4.[1,2]
Untuk menegakkan diagnosis DF, diawali dengan anamnesis mengenai riwayat penyakit, tinggal atau berkunjung ke daerah endemik dengue, dan gambaran klinis. Dilanjutkan pemeriksaan fisik, termasuk tanda vital, tes Rumpel Leede, dan tanda-tanda perdarahan. Sedangkan pemeriksaan penunjang untuk mengonfirmasi diagnosis terdiri dari hematologi lengkap, nonstructural protein 1 (NS1), serologi immunoglobulin G (IgG) dan IgM, reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR), hingga kultur virus.[1-2]
Penatalaksanaan DF biasanya cukup perawatan suportif. Seperti infeksi virus umumnya, DF bersifat self-limiting disease dengan gejala sembuh sendiri tanpa terapi. Namun, beberapa pasien mengalami gejala berat menjadi DHF dan memerlukan perawatan khusus di rumah sakit. Tujuan perawatan adalah untuk menyembuhkan dan mencegah DSS.[1,2]
Negara Indonesia termasuk negara endemis DF, oleh karena itu upaya preventif lebih diutamakan dalam penanggulangan penyakit ini. Pencegahan penyakit DF dengan cara memutus rantai penularan penyakit, yaitu memberantas nyamuk Aedes dan sarang nyamuk, menghindari gigitan nyamuk, dan memberikan vaksin dengue. Partisipasi masyarakat dibutuhkan agar strategi pencegahan dan pengendalian penyakit yang dicanangkan pemerintah dapat tercapai.[1-3]