Panduan E-Prescription Disentri
Panduan e-prescription pada disentri ini dapat digunakan oleh dokter sebagai panduan medis pada saat akan memberikan terapi medikamentosa secara online.
Disentri adalah penyakit yang menyerang saluran pencernaan dan dapat menimbulkan diare berdarah. Disentri memiliki dua tipe utama yaitu disentri basiler yang disebabkan oleh bakteri Shigella serta disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Shigella merupakan bakteri gram negatif yang dapat menginvasi sel epitel usus besar dan rektum.[1,2]
Tanda dan Gejala
Pada anamnesis, pasien yang menderita disentri umumnya mengeluhkan:
- Diare disertai lendir dan darah. Diare berdarah yang terjadi pada pasien apabila tidak segera ditangani dengan tepat akan berujung komplikasi yang serius mulai dari dehidrasi, abses hepar, perforasi kolon, obstruksi usus, prolaps rektum, bakteremia, hingga hipovolemia berat yang berujung pada kematian
- Nyeri perut / kram perut
- Demam (biasanya demam akan terjadi setelah 12 jam terpapar bakteri Shigella)
- Mual, muntah, tenesmus
- Lemas[1,2,6,7]
Umumnya kasus amebiasis tidak memiliki gejala atau asimptomatik, namun gejala juga dapat muncul mulai dari yang ringan seperti nyeri perut ringan, diare cair hingga gejala berat seperti colitis dengan diare berdarah disertai mukus. Adapun gejala diare berat yang disertai darah jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan dehidrasi berat yang berujung kematian.[23,24,27,28,44,46,47]
Selain itu amebiasis yang invasif dapat terjadi amebiasis pleuropulmonal. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan disertai nyeri dada. Selain itu komplikasi yang dapat terjadi adalah terjadinya abses otak yang meskipun kejadian abses otak tergolong jarang.[23,24,28,44,46,47]
Peringatan
Berikut ini adalah beberapa peringatan yang perlu diperhatikan terkait pengobatan disentri, diantaranya:
- Pada kasus disentri, tubuh akan kehilangan cairan, elektrolit, dan zinc, yang disebabkan oleh terjadinya diare. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan asupan cairan yang adekuat, maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan kondisi klinis pasien. Resusitasi cairan pada kasus disentri bergantung pada derajat dehidrasi yang dialami oleh pasien
- Pemberian obat antimotilitas seperti loperamide, paregoric, atau diphenoxylate tidak direkomendasikan karena akan membuat toksin dari disentri baik karena disentri basiler maupun disentri amuba tidak bisa keluar dari saluran cerna yang menyebabkan infeksi semakin meluas dan bahkan memperburuk kondisi
- Pemberian obat golongan narkotik yang biasanya digunakan untuk mengatasi nyeri pada pasien diare semisal kombinasi atropine dan diphenoxylate sebaiknya dihindari
- Pemberian antibiotik ampicillin sudah digunakan secara luas di masa lalu, akan tetapi saat ini ampicillin sudah bukan merupakan pengobatan yang efektif untuk disentri karena terjadinya resistansi antibiotik. Oleh karena itu diperlukan tes resistansi antibiotik sebelum pengobatan disentri basiler
- Penggunaan fluorokuinolon pada pasien diabetes memerlukan pemeriksaan gula darah secara berkala, hal ini dikarenakan obat-obatan fluorokuinolon berkorelasi terhadap terjadinya hipoglikemia. Pemantauan kadar gula darah secara berkala diperlukan untuk mengetahui seberapa besar efek hipoglikemia pada pasien. Selain itu, penggunaan fluorokuinolon sebaiknya ditunjang oleh asupan air minum yang cukup karena berpotensi meningkatkan alkali rutin yang berakibat pada terjadinya kristal urin
- Metronidazole yang merupakan terapi utama pada disentri amuba dapat bereaksi dengan alkohol dan propylene glycol (zat pewarna makanan). Oleh karena itu hendaknya pasien di edukasi untuk menghindari minum alkohol dan menghindari makanan yang mengandung propylene glycol[3,4,5,11,23,24,27,28,29,30,35,54,55]
Perhatian khusus atau rujukan perlu dilakukan apabila:
- Pasien memiliki kondisi imunokompromais, misalnya HIV
- Gejala diare berdarah maupun berlendir terjadi terus menerus hingga menyebabkan dehidrasi semisal lemah, lemas, turgor kulit menurun, penurunan urine output hingga penurunan kesadaran, dan pasien memiliki penyakit penyerta yang memerlukan multifarmaka[29,35]
Rehidrasi
Pada kasus disentri, tubuh akan kehilangan cairan, elektrolit, dan zinc, yang disebabkan oleh terjadinya diare. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan asupan cairan yang adekuat, maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan kondisi klinis pasien. Pemberian cairan pada kasus disentri bergantung pada derajat dehidrasi yang dialami oleh pasien.
Pada pasien anak yang mengalami diare tanpa disertai tanda dehidrasi, World Health Organization merekomendasikan pemberian cairan secara oral sebanyak 50–100 ml setiap diare cair dan muntah (usia <2 tahun), atau 100–200 ml setiap diare cair atau muntah (usia >2 tahun)
Medikamentosa
Penatalaksanaan disentri memerlukan antibiotik sistemik yang memiliki spektrum luas dan diberikan secara komprehensif.
Terapi Antibiotik Disentri Basiler Pada Anak
Tabel 1. Terapi Lini Pertama Disentri Basiler Pada Anak
Nama Obat | Dosis | Durasi |
Ciprofloxacin per Oral | 15 mg/kg berat badan, diberikan 2x/hari dengan dosis maksimal 1 gram perhari | 3 hari |
Ceftriaxone Intramuscular | 50-100 mg/kg berat badan, diberikan sehari sekali dengan dosis maksimal 1 gram perhari | 3 hari |
Sumber : dr.Ghifara Huda,SE.[3,4,6,11,40]
Apabila terdapat resistansi, kontraindikasi, dan tidak ada perbaikan kondisi selama lebih dari 48 jam pada pengobatan lini pertama, selanjutnya pasien diberikan terapi lini kedua yang terdiri atas azithromycin dan cefixime.[3,4,6,11,40]
Tabel 2. Terapi Lini Kedua Disentri Basiler Pada Anak
Nama obat | Dosis Anak | Durasi |
Azithromycin Per Oral | 12 mg/kg Berat badan diberikan pada hari pertama, selanjutnya pada hari ke 2 hingga ke 5 diberikan 6 mg/kg Berat badan | 5 hari |
Cefixime per Oral | 8 mg/kg Berat Badan diberikan sehari sekali dengan pemberian maksimal 400 mg perhari. | 5 hari |
Pivmecillinam Per Oral | 20 mg/kg Berat Badan diberikan 4 hari sekali | 5 hari |
Sumber : dr. Ghifara Huda,SE.[3,4,6,11,40]
Jika dalam kurun waktu 48 jam tidak terdapat perbaikan setelah diberikan terapi lini kedua, maka selanjutnya dilakukan tatalaksana amebiasis.[3,4,10,11]
Terapi Antibiotik Disentri Basiler Pada Dewasa
Tabel 3. Terapi Lini Pertama Disentri Basiler Pada Dewasa
Nama obat | Dosis Dewasa | Durasi |
Ciprofloxacin (per oral) | 500 mg | 3 hari |
Ceftriaxone (intramuscular) | 1 hingga 2 gram, 1 kali perhari | 3 hari |
Sumber : dr. Ghifara Huda,SE.[3,4,6,11,40]
Apabila terdapat resistansi, kontraindikasi, dan tidak ada perbaikan kondisi selama lebih dari 48 jam pada pengobatan lini pertama, selanjutnya pasien diberikan terapi lini kedua yang terdiri atas azithromycin dan cefixime.[3,4,6,11,40]
Tabel 4. Terapi Lini Kedua Disentri Basiler Pada Dewasa
Nama obat | Dosis Dewasa | Durasi |
Azithromycin Per Oral | 500 mg diberikan pada hari pertama, selanjutnya pada hari ke 2 hingga hari ke 5 diberikan 250 mg | 5 hari |
Cefixime per Oral | 400 mg diberikan sehari sekali | 5 hari |
Pivmecillinam Per Oral | 100 mg diberikan 4 kali sehari | 5 hari |
Sumber : dr. Ghifara Huda,SE.[3,4,6,11,40]
Jika dalam kurun waktu 48 jam tidak terdapat perbaikan setelah diberikan terapi lini kedua, maka selanjutnya dilakukan tatalaksana amebiasis.[3,4,10,11]
Terapi Antibiotik Disentri Amuba pada Anak dan Dewasa
Disentri amuba umumnya terjadi secara asimtomatik atau tanpa gejala dimana tujuan diberikan terapi ini adalah untuk menurunkan resiko transmisi dan mencegah perkembangan penyakit sehingga tidak lebih parah.[27,30,42,43]
Tabel 5. Terapi Infeksi Asimtomatik
Obat | Dosis Dewasa | Dosis Anak | Durasi | Efek samping |
Paromomycin | 25 hingga 35 mg / kg berat badan / hari, dosis dibagi menjadi 3 yang diminum bersamaan saat makan | 25 hingga 35 mg / kg berat badan, dosis dibagi menjadi 3 dan diminum bersamaan dengan makanan | 5 hingga 10 hari | Mual, muntah, diare |
Iodoquinol | 630 hingga 650 mg diminum 3 kali | 10 hingga 13,3 mg per kilogram berat badan | 20 hari
| Nyeri kepala , mual dan muntah |
Diloxanide Furoate | 500 mg diberikan 3 kali sehari | Pada anak dengan berat badan lebih dari 25 kg dosis yang diberikan 20 mg/ kg Berat badan / hari yang dibagi menjadi 3 dosis | 10 hari | mual, muntah, pruritus, urtikaria dan anoreksia |
Sumber: dr. Ghifara Huda, SE.[27,30,42,43]
Pada kasus yang berat amebiasis dapat menjadi invasif dan menyerang ke organ lain semisal kolon dan hepar, oleh karena itu diperlukan pengobatan yang intensif. Metronidazole merupakan terapi utama pada pengobatan amebiasis invasif baik amebiasis yang menyerang kolon maupun hepar.[27,42-44]
Tabel 2. Terapi Disentri Amuba Invasif (Colitis Amebiasis dan Hepatic Amebiasis)
Obat | Dosis dewasa | Dosis Anak | Durasi | Efek samping |
Metronidazole | 500 hingga 750 mg, diminum 3 kali sehari | 35 hingga 50 mg / kg Berat badan/ hari dibagi menjadi 3 dosis | 5 hingga 10 hari | Mual muntah, nyeri perut, gatal |
Tinidazole | 2 gram diberikan sekali sehari | 50 mg /kg Berat badan / hari pada anak usia lebih dari 3 tahun | 3 hingga 5 hari | Mual muntah, gatal |
Ornidazole | 0,5 gram diberikan sekali sehari | 25 mg / kg berat badan perhari | 5 hingga 10 hari | Sakit kepala, nausea, mual muntah, vertigo, gangguan pada kulit semisal gatal |
Sumber : dr. Ghifara Huda, SE.[27,42-44]
Terapi Adjuvant
- Zinc
Dosis zinc pada usia kurang dari 6 bulan sebesar 10 mg yang diberikan sekali sehari dan pemberiannya selama 10 sampai 14 hari. Dosis zinc pada usia 6 bulan hingga 5 tahun sebesar 20 mg yang diberikan sekali sehari selama 10 hingga 14 hari.[5,11,45]
- Paracetamol
Paracetamol per oral dapat diberikan pada pasien disentri bakteri maupun disentri amuba yang mengalami demam atau nyeri. Dosis pemberian paracetamol pada anak adalah 10–15 mg/kgBB per pemberian, diberikan setiap 4–6 jam sehari. Sedangkan pemberian obat anti motilitas seperti loperamide, paregoric, atau diphenoxylate tidak direkomendasikan karena akan memperburuk infeksi yang terjadi.[5,11,53]
Terapi Pembedahan
Pembedahan diperlukan pada keadaan nyeri abdomen akut yang diikuti oleh adanya tanda seperti:
- Amebiasis kolitis dengan perforasi
- Perdarahan berat pada saluran pencernaan
- Toksik megakolon
- Kecurigaan adanya abses hepar
- Terapi metronidazole tidak berhasil setelah 4 hari pemberian
- Empyema setelah adanya ruptur pada amebiasis hepar
- Abses hepar yang masif dan beresiko terjadinya ruptur di perikardium
- Pasien dengan kondisi sakit berat akibat infeksi bakteri luas pada abses hepar[27,28,42-44]
Pemberian Pada Ibu Hamil
World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ciprofloxacin sebagai terapi lini pertama disentri basiler pada ibu hamil dan menyusui, meskipun obat ini tergolong dalam kategori C. Ceftriaxone ataupun azithromycin digunakan sebagai terapi lini kedua. Hal ini dikarenakan saat ini terjadi resistansi pada antibiotik yang tergolong aman seperti amoxicillin.[5,56,57]
Metronidazole dapat diberikan pada ibu hamil maupun menyusui yang terinfeksi Entamoeba histolytica karena obat ini tergolong dalam kategori B menurut Food and Drug Association (FDA). Kategori B berarti bahwa pada studi preklinis dengan objek penelitian hewan tidak didapatkan bukti jelas bahwa obat ini membahayakan janin.[46,54]
Pemberian antibiotik tinidazole dan ornidazole sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil maupun menyusui karena termasuk dalam kategori C menurut FDA. Studi preklinis menunjukkan pemberian obat ini dapat meningkatkan resiko kematian janin pada hewan percobaan.[44,58]
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari