Diagnosis Filariasis
Diagnosis filariasis ditegakkan dengan adanya riwayat tinggal di daerah endemi, manifestasi klinis yang muncul, dan identifikasi mikrofilaria pada pemeriksaan laboratorium. Filariasis dapat bersifat asimtomatik pada sebagian besar kasus. Manifestasi klinis berbeda-beda untuk setiap jenis filariasis.[1,2]
Anamnesis
Saat anamnesis perlu ditanyakan informasi mengenai faktor risiko seperti tinggal lama di daerah endemi, serta anamnesis keluhan pasien. Sebagian besar kasus filariasis bersifat asimtomatik, namun beberapa kasus dapat berkembang menjadi penyakit akut atau kronis. Gejala yang muncul tergantung jenis filariasis yang terjadi.[1,2]
Filariasis Limfatik
Sebagian besar kasus filariasis limfatik bersifat asimtomatik, namun beberapa kasus dapat berkembang menjadi penyakit akut atau kronis. Gejala klinis akut berupa nyeri kepala, demam, menggigil, malaise, pembengkakan limfe di daerah pangkal paha dan ketiak, atau abses. Sedangkan gejala klinis kronik berupa bengkak di kaki (paling sering), lengan, payudara, dan genital. Gejala urin seperti susu, atau disebut kiluria, dapat terjadi pada infeksi Wuchereria bancrofti.
Gejala filariasis limfatik mencakup:
- Demam filarial: demam, rigor dan tremor yang bertahan selama 1–3 jam, bisa disertai muntah
- Limfangitis dan limfadenitis: Nyeri dan eritema di kelenjar limfe yang terkena
Limfedema: Pembengkakan pembuluh limfe, biasanya hanya di satu ekstremitas dan lebih sering ditemukan pada ekstremitas bawah. Dapat disertai rasa nyeri
Hidrokel: Pembengkakan skrotum, dapat didahului dengan funikulitis
- Dermatolimfangiadenitis akut: Nyeri pada daerah yang terkena, demam, menggigil, nyeri kepala, dan muntah
- Kiluria: Bocornya cairan limfe ke urin sehingga urin berwarna putih susu
- Eosinofilia pulmoner tropis: Batuk, sesak napas, suara napas mengi, dan nyeri dada[5,15]
Onchocerciasis
Manifestasi klinis yang muncul pada onchocerciasis disebabkan oleh adanya mikrofilaria di kulit dan mata, sehingga gejala terutama muncul di kulit dan mata. Gejala di kulit berupa ruam kulit gatal (onchodermatitis), sedangkan gejala pada mata diawali dengan mata gatal dan kemerahan, serta fotofobia. Gejala umum lain seperti penurunan berat badan, mialgia, dan limfadenitis juga dapat terjadi.[2,6,7,8]
Loiasis
Gejala loiasis berupa pembengkakan Calabar (pembengkakan tidak nyeri yang terlokalisir di ekstremitas atas dan bawah, serta sekitar persendian), gatal di area pembengkakan atau di seluruh tubuh, adanya cacing dewasa yang bergerak di permukaan mata atau di dalam kulit, gatal dan nyeri pada mata, dan sensitivitas mata terhadap cahaya. Gejala lain yang dapat muncul antara lain ruam, mialgia, atralgia, dan fatigue.[2,6,9,10]
Mansonellosis
Mansonellosis umumnya asimtomatik. Jika muncul gejala biasanya ringan dan tidak spesifik seperti demam, fatigue, atralgia, nyeri kepala, ruam, gatal, nyeri abdomen, dan gangguan visus jika ditemukan mikrofilaria di mata.[6,11,16]
Pemeriksaan Fisik
Temuan pada pemeriksaan fisik berbeda-beda untuk setiap jenis filariasis.[1,2]
Filariasis Limfatik
Pada kasus akut akan ditemukan limfadenitis, limfangitis, dan adenolimfangitis terutama di area inguinal dan aksila. Lebih lanjut dapat muncul abses yang mengandung kumpulan cacing dewasa yang telah mati. Jika abses ruptur maka akan mengeluarkan cacing dewasa yang telah mati tersebut.[1,2,15]
30% kasus filariasis limfatik dapat berkembang menjadi kronik. Pada kasus kronik akan ditemukan limfedema di kaki (paling sering), lengan, payudara, dan genital. Pada pria, hidrokel adalah manifestasi filariasis limfatik yang paling sering ditemukan, terutama jika terinfeksi oleh W. bancrofti.
Selain hidrokel, dapat ditemukan funikulitis, epididimitis, atau orkitis akibat cacing dewasa mati yang terkumpul di area skrotum. Pada wanita, lebih sering ditemukan limfedema hingga elefantiasis (bentuk parah dari limfedema), terutama di ekstremitas bawah.[1,2,4,5,15]
Dermatolimfangioadenitis akut (inflamasi akut lokal pada kulit, limfonodi, dan pembuluh limfatik) seringkali menyertai limfedema kronik. Pada dermatolimfangioadenitis akut terjadi limfangitis berulang yang memicu limfedema. Elefantiasis merupakan bentuk parah limfedema yang dikarakterisasi sebagai hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan akantosis.[1,2,4,15]
Onchocerciasis
Pada onchocerciasis dapat ditemukan lesi di kulit dan mata. Lesi kulit yang dapat terjadi antara lain dermatitis, perubahan pigmentasi kulit seperti macan tutul (leopard skin), likenifikasi, nodul subkutan (onchocercoma) terutama di daerah tonjolan tulang, penipisan kulit dengan hilangnya elastisitas kulit (cigarette-paper appearance), dan atrofi kulit inguinal (hanging groin).
Lesi okular yang dapat ditemukan antara lain keratitis pungtata, pembentukan pannus, fibrosis kornea, iridosiklitis, glaukoma, koroiditis, dan atrofi nervus optikus. Tanpa terapi, lesi pada mata akan berprogresi menjadi fibrosis kornea dan neuritis optik akut yang menyebabkan kebutaan.[2,6-8]
Loiasis
Pada loiasis dapat ditemukan pembengkakan Calabar dan cacing di mata. Pembengkakan Calabar berupa edema subkutan non-eritem yang terlokalisir di ekstremitas atas dan bawah, serta sekitar persendian. Cacing dewasa dapat terlihat bergerak di subkonjungtiva dan menyebabkan kongesti mata. Cacing di mata biasanya hanya terlihat dalam beberapa jam hingga kurang dari 1 minggu.
Selain di mata, cacing dewasa juga dapat terlihat bergerak di bawah kulit pada beberapa kasus. Pada kondisi kronik dapat terjadi kerusakan ginjal namun hal ini sangat jarang.[2,6,9,10]
Temuan klinis lain yang dapat muncul antara lain urtikaria, artritis, kalsifikasi di payudara, meningoensefalopati, fibrosis endomiokardial, neuorpati perifer, efusi pleura, retinopati, limfadenitis, dan pembengkakan skrotum.[2,6,9,10]
Mansonellosis
Pada pasien simtomatik dapat ditemukan limfadenopati dan nodul subkutan atau konjungtiva. Temuan lain yang pernah dilaporkan antara lain perikarditis, pleuritis, dan kelainan visus jika terdapat mikrofilaria di mata.[6,11,16]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding filariasis berbeda-beda tergantung pada jenis filariasis yang terjadi.[1,2]
Diagnosis Banding Filariasis Limfatik
Temuan limfedema pada filariasis limfatik dapat menyerupai pembesaran limfe pada penyakit podoconiosis, limfoma, dan sindrom Milroy. Pembeda yang utama adalah limfedema pada filariasis limfatik bersifat non-herediter dengan progresi descending mulai dari inguinal ke ekstremitas bawah. Adanya mikrofilaria dalam darah tepi akan menegakkan diagnosis limfatik filariasis.[1,2,17-19]
Temuan hidrokel pada filariasis limfatik dapat menyerupai spermatokel dan tumor testis. Akumulasi cairan sperma pada spermatokel terdapat pada epididimis, yakni superior dari testis, sedangkan akumulasi cairan pada hidrokel terdapat pada anterior dan lateral testis.
Lesi pada tumor testis ada di internal testis (teraba massa padat, keras, tidak nyeri) dengan transiluminasi negatif, sedangkan cairan hidrokel terdapat di luar testis dengan transiluminasi positif. Pemeriksaan ultrasonografi skrotum dapat dengan jelas membedakan diagnosis dimana pada hidrokel filaria terdapat pergerakan cacing filaria (filarial dance sign).[5,20-22]
Diagnosis Banding Onchocerciasis
Lesi kulit pada onchocerciasis dapat menyerupai lesi kulit pada lepra, liken planus, skabies, sifilis sekunder, treponematosis, defisiensi vitamin A, dan alergi makanan. Diagnosis dapat dibedakan melalui pemeriksaan mikroskopik dari sampel kulit.[2,8]
Diagnosis Banding Loiasis
Pembengkakan ekstremitas (Calabar swelling) pada loiasis dapat menyerupai pembengkakan subkutan pada gnathostomiasis dan pembengkakan kutan pada myiasis. Pembengkakan pada gnathostomiasis dan myiasis bersifat migratory atau creeping. Pembengkakan Calabar juga dapat menyerupai pembengkakan pada artritis reaktif, yang membedakan adalah pembengkakan pada artritis reaktif bersifat nyeri sedangkan pembengkakan Calabar tidak nyeri.[2,9,23-25]
Lesi kulit pada loiasis dapat menyerupai lesi kulit pada cutaneous larva migrans dan strongyloidiasis yang juga disertai eosinofilia. Diagnosis dapat dibedakan melalui pemeriksaan mikroskopik dari sampel kulit.[2,9,26,27]
Lesi okular pada loiasis dapat menyerupai lesi okular akibat trauma mata dan trakoma. Pembeda yang mendasar adalah pada loiasis akan ditemukan tanda patognomonik yaitu terlihatnya cacing dewasa yang bergerak di subkonjungtiva.[2,9]
Pemeriksaan Penunjang
Pada prinsipnya, diagnosis filariasis ditegakkan dengan deteksi mikrofilaria dalam darah tepi, mata, atau kulit. Selain itu, mikrofilaria juga dapat terdeteksi dalam urin (pada pasien filariasis limfatik dengan chyluria), eksudat varises limfe, dan cairan hidrokel. Pemeriksaan antigen atau antibodi filaria dapat digunakan sebagai penunjang alternatif.[1,2,5]
Pemeriksaan Apus Darah Tepi (Mikroskop)
Pemeriksaan mikroskop pada apus darah tebal dan tipis dapat mendeteksi adanya cacing filaria serta mengidentifikasi spesiesnya secara morfologi. Sampel dapat diambil dari darah atau kulit pasien. Sampel darah diambil dengan cara pungsi vena atau finger dan heel stick untuk kemudian dilakukan pewarnaan Giemsa atau hematoksilin dan eosin (H&E stain).
Sampel kulit diambil dengan cara skin snip, yaitu membuat irisan tipis di kulit menggunakan pisau bedah.[1,2,7-10,13]
Pemeriksaan Slit-Lamp
Pemeriksaan slit-lamp dilakukan untuk mendeteksi mikrofilaria O.volvulus di kornea atau kamera okuli anterior.[7,8]
Pemeriksaan Antigen Filaria
Pemeriksaan antigen filaria berguna untuk mendeteksi antigen filaria yang bersirkulasi di darah perifer dengan atau tanpa mikrofilaria, juga dapat digunakan untuk memonitor respon terapi.[2,8,13]
Pemeriksaan Antibodi Filaria (Serologi)
Pemeriksaan serologi digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap filaria, yaitu peningkatan kadar antifilaria IgG4 dalam darah. Pemeriksaan ini hanya dilakukan sebagai pemeriksaan alternatif karena kurang spesifik dan tidak dapat membedakan infeksi baru/lama (latent).[2,7-10,13]
Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR dapat mendeteksi deoxyribonucleic acid (DNA) filaria, namun tidak rutin dilakukan untuk diagnosis. Pada onchocerciasis, pemeriksaan PCR dapat dilakukan jika pada pemeriksaan skin snip tidak ditemukan mikrofilaria.[1,2,8,9]
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG limfonodi dan pembuluh limfe di inguinal, kruris, dan aksila dapat digunakan untuk mendeteksi adanya cacing dewasa pada anak-anak pre-pubertas yang terinfeksi. Pemeriksaan USG skrotum dapat digunakan untuk mendeteksi pergerakan cacing dewasa (filarial dance sign) pada dalam pembuluh limfa pria post pubertas yang terinfeksi.[1,5]
Pada onchocerciasis, pemeriksaan USG pada nodul kulit (deep onchocercoma) juga dapat dilakukan.[8]
Pemeriksaan Urin Makroskopis
Pada pasien dengan kiluria dapat dilakukan pemeriksaan urin secara makroskopis untuk mendeteksi adanya cairan limfe dalam urin, sekaligus mendeteksi ada atau tidaknya mikrofilaria dalam urin.[2]
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan darah lengkap akan menunjukkan eosinofilia. Pemeriksaan konsentrasi imunoglobulin serum akan menunjukkan peningkatan IgE dan IgG4 serum. Pada pemeriksaan urin mikroskopis dapat ditemukan adanya proteinuria dan hematuria.[2,5,15]
Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta