Epidemiologi Filariasis
Data epidemiologi filariasis menunjukkan bahwa cacing penyebab filaria limfatik (kaki gajah) lebih banyak ditemukan pada negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, sedangkan Onchocerca, Loa loa, dan Mansonella lebih sering ditemukan di negara-negara Afrika dan Amerika.[1,2]
Global
Filariasis limfatik merupakan jenis filariasis yang paling banyak terjadi dibanding jenis filariasis lainnya. Secara global, filariasis limfatik telah menjangkiti 198 juta orang di 72 negara, termasuk Indonesia.[1,5,12]
Pada tahun 2018, prevalensi filariasis limfatik di Asia Tenggara dilaporkan sebanyak 36.783.583 kasus. 90% kasus filariasis limfatik disebabkan oleh Wuchereria bancrofti. Persebaran Brugia spp. terbatas di daerah Asia Tenggara dan B. timori hanya terdapat di Kepulauan Nusa Tenggara.[2,3,12,13]
Onchocerciasis banyak terdapat di daerah beriklim tropis. Onchocerciasis memiliki prevalensi tinggi di 31 negara Afrika daerah sub-sahara, dan endemi di Arab Peninsula dan Amerika Latin. Onchocerca volvulus juga ditemukan secara terbatas di Amerika Selatan dan Yemen di Timur Tengah. Secara global, terdapat lebih dari 37 juta orang terinfeksi onchocerciasis.[2,6-8]
Loiasis endemi di daerah Afrika Barat dan Afrika Tengah, yaitu di Angola, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Chad, Kongo, Etiopia, Gabon, Nigeria, dan Sudan. Banyak dari negara tersebut memiliki prevalensi lebih dari 40%. Secara global, angka prevalensi loiasis yaitu 3-13 juta kasus dengan 29,6 juta individu tinggal di daerah berisiko tinggi loiasis.[2,6,9,10]
Epidemiologi mansonellosis tergantung pada spesies penyebabnya. Mansonella perstans endemi di Afrika Barat, Afrika Tengah, dan Afrika Timur, juga prevalen di beberapa daerah neotropikal di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. M. ozzardi ditemukan di Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Kepulauan Karibia. M. streptocerca ditemukan di daerah tropis Afrika Tengah dan Afrika Barat.[6,11]
Indonesia
Data mengenai epidemiologi filariasis di Indonesia yang tersedia hanya data kasus limfatik filariasis. Di Indonesia, tercatat 10.681 kasus filariasis limfatik yang tersebar di 34 provinsi pada tahun 2018, dimana angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Lima provinsi dengan kasus terbanyak yaitu Papua (3.615 kasus), Nusa Tenggara Timur (1.542 kasus), Jawa Barat (781 kasus), Papua Barat (622 kasus), dan Aceh (578 kasus). Provinsi dengan jumlah kasus filariasis limfatik terendah yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta.[14]
Mortalitas
Filariasis merupakan penyakit dengan mortalitas yang rendah namun dapat menimbulkan morbiditas yang signifikan. Filariasis sangat jarang menyebabkan kematian, namun dapat menyebabkan disabilitas, penurunan fungsi hidup, dan masalah sosioekonomi pada penderita.[2,3]
Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta