Epidemiologi Hepatitis A
Epidemiologi hepatitis A berbeda-beda di seluruh dunia dan umumnya bergantung pada sanitasi di wilayah tersebut. Beberapa tahun belakangan ini, insiden infeksi hepatitis A yang baru mengalami penurunan.[1]
Global
Insidensi hepatitis A bervariasi dan umumnya cukup tinggi pada negara-negara miskin dan berkembang, seperti Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Negara dengan infrastruktur sanitasi yang baik cenderung memiliki laju infeksi yang rendah dan kejadian wabah yang jarang, selama infeksi tidak berasal dari luar wilayah.
Amerika Serikat merupakan negara insidensi yang rendah, sedangkan Meksiko merupakan negara dengan prevalensi antibodi anti-HAV yang cukup tinggi. Kasus hepatitis A yang dilaporkan di Amerika Serikat mencapai total 12.474 pada tahun 2018. Namun, diperkirakan kasus sebenarnya mencapai 24.900 karena terdapat pelaporan yang kurang.[1,2,6,8,9]
Insidensi Menurun
Saat ini, morbiditas infeksi hepatitis A mengalami penurunan, terutama kasus pada usia anak-anak dan negara dengan vaksinasi hepatitis A yang rutin. Rata-rata usia individu yang terinfeksi hepatitis A semakin meningkat, sehingga lebih umum dialami oleh orang dewasa.[2,9,10]
Terdapat epidemiology paradox, di mana sebagian besar masyarakat telah terekspos virus hepatitis A (HAV) di usia muda, sehingga timbul imunitas pada usia dewasa dan infeksi HAV menjadi asimtomatik. Hal ini seringkali terjadi di negara dengan tingkat sanitasi dan kondisi sosioekonomi yang rendah.[2,9,10]
Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan kondisi sanitasi lingkungan, higienitas dan sanitasi pangan, serta perilaku hidup bersih yang belum adekuat, sehingga rentan untuk tertular penyakit hepatitis A. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi kejadian luar biasa (KLB) Hepatitis A.[11-13]
KLB Hepatitis A pada tahun 2014 terjadi di 3 provinsi, dengan jumlah kasus terbanyak di Sumatera Barat (159 kasus), Kalimantan Timur (282 kasus), Bengkulu (19 kasus).[11-13]
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes telah melaporkan KLB hepatitis A di Indonesia berturut-turut di kota-kota berikut: Bogor (Jawa Barat) pada tahun 1998, Jember dan Bondowoso (Jawa Timur) tahun 2006, Tangerang (Jawa Barat) tahun 2007, Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta) tahun 2008 , Ngawi (Jawa Timur) tahun 2009, Lamongan dan Bangkalan (Jawa Timur) tahun 2018, serta Pacitan (Jawa Timur) tahun 2019.[3]
Pada bulan Mei 2022, beberapa kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya terjadi pada anak-anak di >40 negara, termasuk Indonesia. Hepatitis akut ini dilaporkan tidak berkaitan dengan virus hepatitis A, B, C, D, maupun E.
Mortalitas
Umumnya, mortalitas dari penyakit hepatitis A jarang. Risiko mortalitas cukup tinggi pada lansia dan pasien dengan komorbid penyakit hati. Tingkat mortalitas secara keseluruhan diperkirakan mencapai 0,3%.[2,9]
Walaupun sebagian besar penderita penyakit ini dapat sembuh tanpa sekuele kronik, tetapi sebagian kecil pasien dapat mengalami komplikasi, yaitu kolestatik, hepatitis relaps, dan hepatitis autoimun. Selain komplikasi tipikal tersebut, terdapat komplikasi yang tidak umum, seperti gagal hati akut.[34]
Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati