Patofisiologi Human Papillomavirus (HPV)
Patofisiologi human papillomavirus (HPV) dimulai dari infeksi virus ke dalam mukosa atau keratinosit basal epidermis akibat adanya defek pada kulit atau permukaan mukosa. Di lokasi ini, virus tetap laten di dalam sel sebagai episom melingkar dalam jumlah salinan rendah.[1]
Proses Infeksi Human Papillomavirus (HPV)
Tipe HPV yang paling banyak diidentifikasi adalah 16, 18, dan 31. Mekanisme infeksi diantara masing-masing tipe sama meskipun setiap tipe HPV memiliki variabilitas genetik berbeda-beda.
Virus ini hanya menginfeksi sel-sel lapisan dalam yang tidak berdiferensiasi pada kulit atau selaput lendir yang disebut sel epitel basal. Virus dapat mencapai sel target hanya melalui mikrolesi akibat adanya trauma pada permukaan luar kulit atau mukosa.
Pada siklus sel normal, epitel basal terbagi asimetris untuk memperbaharui lapisan basal, kutan dan epitel mukosa. Jumlah pembelahan yang terjadi selama diferensiasi bergabung secara terbatas membentuk epitel apikal. Pada HPV risiko tinggi (HR-HPV), infeksi menyebabkan pembelahan sel terjadi. Hal tersebut didukung oleh adanya ekspresi berlebihan dari protein E6 dan E7. Ekspresi kedua protein onkogenik tersebut membuat integrasi genome virus kepada inang, sehingga memicu terjadinya kanker yang berhubungan dengan infeksi HPV. Secara klinis, manifestasi pasca infeksi primer seringkali tidak terlihat sehingga dokumentasi kejadian infeksi akut HPV cenderung rendah.[7]
Fitur Virus
Partikel HPV memiliki struktur ikosahedral yang tidak berselubung dengan diameter 50-60 nm. Genom HPV terdiri dari lingkaran beruntai ganda (episom) dari sekitar 8000 pasangan basa, yang berisi delapan atau sembilan ORF (open reading frame).
Lapisan virus HPV mengandung 360 molekul protein L1 yang tersusun menjadi 72 kapsomer, masing-masing terdiri dari molekul 5 L1, yang memiliki inti beta-jellyroll seperti virus ikosahedral lainnya. Interaksi antara kapsomer membutuhkan ekor terminal-C dari protein L1 yang memanjang ke arah kapsomer yang berdekatan dan menghubungkannya pada dasarnya melalui ikatan disulfida.[9]
Genom HPV terdiri dari 8 kb untai ganda, DNA yang melingkar dengan 8 gen penyandi protein. Protein L1 dan L2 mengkode protein kapsid; sementara protein E1, E2, E4, E5, E6 dan E7 mengkode protein yang terlibat dalam replikasi, transkripsi dan transformasi.
Kapsid HPV terbuat dari 2 protein struktural, yaitu protein dasar utama (L1) dan protein dasar kecil (L2). Setiap kapsid mengandung 72 kapsomer pentamerik, masing-masing tersusun dari 5 protein L1 dan L2. Perakitan virus terjadi di inti sel, dimana protein L1 merakit diri menjadi partikel mirip virus, sementara L2 memiliki peran yang kurang diketahui namun diduga terlibat dengan produksi virion.
Ekspresi protein E6 dan E7 dikaitkan dengan integrasi DNA virus ke dalam genom inang, transformasi ganas, dan perkembangan menjadi kanker. Tiga onkoprotein virus utama (E5, E6, dan E7) berkontribusi pada inisiasi dan perkembangan kanker dengan mengubah regulasi siklus sel dan pemeliharaan telomer, menginduksi kerusakan DNA, menginduksi ketidakstabilan genom, serta memblokir jalur supresor tumor dan apoptosis.[3]
Perkembangan Lesi Kanker
Pada neoplasia yang terkait infeksi HPV, ditemukan gangguan ekspresi produk gen. Pada infeksi di serviks, terjadi peningkatan ekspresi protein E6 dan E7.
Peningkatan protein E6 dan E7 pada infeksi HPV risiko tinggi diperkirakan mendasari fenotipe CIN2+ yang menjadi predisposisi sel terhadap akumulasi kesalahan genetik. Hal ini yang akhirnya mengarah pada perkembangan kanker.[9]