Diagnosis Infeksi Virus Zika
Diagnosis infeksi virus Zika sulit ditentukan hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik sebab sekitar 80% pasien tidak mengeluhkan gejala apapun. Pada pasien yang bergejala, bercak kulit, mata merah, demam ringan, berbagai keluhan nyeri (nyeri kepala, retro-orbital, otot, sendi) dapat dikeluhkan.[1-3]
Diagnosis infeksi virus Zika terutama dicurigai pada pasien dengan riwayat perjalanan/tinggal di daerah endemis infeksi virus Zika dan ditegakkan melalui uji RT-PCR virus Zika yang positif. Periode inkubasi virus Zika berlangsung 3-14 hari.[1-3,48]
Anamnesis
Identifikasi faktor risiko pada pasien merupakan kunci untuk mengetahui apakah pasien termasuk dalam suspek terinfeksi virus Zika. Anamnesis yang mengarah pada diagnosis infeksi virus Zika sangat sulit sebab 60-80% pasien tidak bergejala atau hanya mempunyai gejala ringan.
Gejala yang sering dilaporkan adalah lesi kulit (90%), konjungtivitis (55-82%), demam subfebris (65-80%), cephalgia (45-80%), artralgia (65-70%), myalgia (48-65%), dan nyeri retro-orbital (39-48%).[1-3, 10-16]
Lesi Kulit
Lesi kulit berbatas tegas (makulopapular) dapat muncul secara difus di seluruh bagian tubuh. Area predileksi berupa wajah, badan, ekstremitas, telapak tangan, dan telapak kaki. Lesi dapat disertai dengan pruritus. Lesi kulit umumnya muncul pada minggu pertama proses penyakit dan bertahan hingga beberapa hari atau minggu.[1-3, 10-16]
Konjungtivitis
Tingginya afinitas virus Zika pada jaringan saraf dan mata bermanifestasi sebagai konjungtivitis ringan hingga lesi korioretina yang berat. Manifestasi klinis pada mata paling sering dijumpai pada orang dewasa berupa konjungtivitis non purulen. Pada studi uji coba tikus, dilaporkan bahwa infeksi virus Zika dapat menyebabkan panuveitis.[1-3, 10-16]
Demam Subfebris dan Nyeri Kepala
Demam subfebris merupakan gejala utama pada pasien yang simptomatik yang muncul bersamaan dengan lesi kulit atau nyeri kepala. Sementara nyeri kepala umumnya muncul bersamaan dengan nyeri pada mata atau retro-orbital. Nyeri kepala dapat terjadi baik pada pasien anak maupun dewasa.[1-3, 10-16]
Nyeri Retro-orbital
Nyeri retro-orbital adalah salah satu gejala khas pada infeksi virus yang ditularkan melalui arthropoda seperti nyamuk. Nyeri retro-orbital sering dideskripsikan sebagai sensasi nyeri kepala yang dirasakan di belakang kepala. Invasi virus Zika secara langsung pada organ mata dapat menyebabkan gejala tersebut.[1-3, 10-16]
Artralgia
Artralgia pada infeksi virus Zika disebabkan oleh viremia atau reaksi inflamasi yang mempengaruhi ligamen, bursa, atau tendon yang mengelilingi sendi. Selain itu mayoritas pasien juga mengeluhkan kaku, eritema dan edema pada sendi. Artralgia umumnya muncul bersamaan dengan myalgia dan lesi makulopapular.[1-3, 10-16]
Myalgia
Penelitian in vitro dan in vivo membuktikan bahwa virus Zika dapat menginfeksi sel mioblas dan mengakibatkan kerusakan hingga kematian sel otot yang diinfeksinya. Oleh karena itu, pasien sering mengeluhkan nyeri pada otot.[1-3, 10-16]
Gejala Lain
Beberapa gejala lain yang jarang dijumpai berupa nyeri perut, vomitus, serta edema. Gangguan saraf seperti meningitis, encephalitis, myelitis, atau sindrom Guillain-Barre dilaporkan sering terjadi setelah infeksi virus Zika. Oleh karena adanya kemiripan gejala dengan virus genus Flavivirus dan arbovirus lainnya, membedakan gejala infeksi virus Zika menjadi tantangan pada daerah endemis demam dengue, malaria, dan Chikungunya.[1,3,10-16]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang relevan untuk dilakukan dalam menegakkan kecurigaan diagnosis infeksi virus Zika adalah sebagai berikut.
Tanda-tanda Vital
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital dapat ditemukan peningkatan suhu tubuh hingga 38,5oC. Penurunan tekanan darah dapat menandakan syok hemoragik yang terjadi pada infeksi virus Zika. Pada kasus infeksi virus Zika yang disertai dengan infeksi virus Dengue dapat terjadi peningkatan suhu yang lebih tinggi dan peningkatan frekuensi nadi.[3,17-21]
Pemeriksaan Umum pada Anak dan Dewasa
Pada pemeriksaan umum pasien anak dan dewasa dapat ditemukan:
- Kulit: lesi makulopapular yang dapat disertai dengan pruritus
- Orbita: konjungtivitis nonpurulen, koloboma iris, subluksasi lensa, katarak, glaukoma, mikroftalmia, strabismus, nistagmus, kerusakan retina dan saraf optikus
- Saraf: penurunan fungsi motorik yang simetris, penurunan refleks fisiologis, gangguan saraf sensoris, gangguan saraf otonom (abnormalitas frekuensi nadi, tekanan darah, dan retensi urin)[3,17-21]
Pemeriksaan Umum pada Bayi
Pada pemeriksaan umum pasien bayi baru lahir dengan sindrom Zika kongenital dapat ditemukan:
- Kepala: mikrosefali, hidrosefalus, overriding sutures /closed fontanels, kolaps pada tulang kranium
- Mata: kebutaan, gangguan retina atau saraf optik, strabismus, nystagmus, katarak, glaukoma
- Saraf: hipertonik, kejang, hiperefleksia, gangguan tonus asimetris pada refleks leher, postur abnormal, hemiparesis, hipoaktivitas, tremor distal, tangan mengepal
- Sistem organ lain: poli/oligohidramnion, restriksi pertumbuhan intrauterin, hepatomegali/ kalsifikasi liver, berat badan lahir rendah, anomali traktus genitourinaria, insufisiensi plasenta, kardiomiopati, takiaritmia, kelainan katup jantung, kalsifikasi timus[3,17-21]
WHO merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan lingkar kepala atas pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus Zika. Pemeriksaan lingkar kepala dilakukan pada hari 1–7 pasca kelahiran.[3,17-21,38]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding infeksi virus Zika adalah infeksi yang disebabkan oleh virus anggota genus Flavivirus, arbovirus lain dan infeksi virus lain yang didominasi dengan gejala ruam.[1,3,22]
Demam Dengue
Demam Dengue dapat mempunyai karakteristik yang sama dengan infeksi virus Zika, yaitu nyeri retro-orbital, myalgia dan arthralgia, konjungtivitis (meski jarang), dan lesi makulopapular.[1,22]
Namun, demam umumnya mencapai 39-40oC, berbeda dengan demam subfebris pada infeksi virus Zika. Selain itu, pasien demam Dengue dapat menunjukkan tanda-tanda hemoragik, seperti petekie, epistaksis, dan perdarahan saluran pencernaan.[1,22]
Infeksi Virus Chikungunya
Demam pada infeksi virus Chikungunya juga berupa demam tinggi yang disertai dengan artralgia hebat pada tangan, kaki, lutut, dan punggung. Infeksi Chikungunya juga tidak melibatkan konjungtivitis seperti yang sering terjadi pada infeksi virus Zika. Selain itu, hasil positif serologi Chikungunya dapat membantu membedakannya dengan infeksi virus Zika.[1,22]
Malaria
Malaria merupakan salah satu diagnosis banding infeksi virus Zika jika didapatkan riwayat perjalanan ke daerah endemis Malaria. Gejala yang umum terjadi adalah demam yang disertai gangguan abdomen (seperti mual, vomitus, diare, nyeri abdomen) dan anemia. Diagnosis Malaria ditegakkan melalui hasil positif pada pemeriksaan kultur darah/urin/feses Salmonella enterica serovar typhi.[1,22]
Demam Kuning (Yellow Fever)
Demam kuning sendiri mempunyai karakteristik demam disertai ikterus sehingga dapat dibedakan dengan infeksi virus Zika. Hasil serologi positif pada demam kuning dapat membedakannya dengan infeksi virus Zika.[1,22]
Rubella
Manifestasi klinis Rubella meliputi demam subfebris dan coryza. Ruam pada Rubella dimulai dari wajah dan kemudian menyebar ke tungkai. Diagnosis Rubella ditegakkan melalui pemeriksaan serologi.[49]
Campak (Measles)
Manifestasi klinis Campak meliputi demam, batuk, nyeri tenggorok, coryza, konjungtivitis, dan limfadenitis. Bercak Koplik dapat ditemukan sebelum ruam generalisata muncul. Pemeriksaan serologi dapat membedakan antar Campak dan infeksi virus Zika.[3]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mengonfirmasi infeksi virus Zika didasarkan pada metode pemeriksaan molekuler dan serologi. Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) merupakan metode pemeriksaan penunjang berbasis molekuler yang bersifat baku emas (gold standard) pada kecurigaan infeksi virus Zika. Contoh metode pemeriksaan molekuler melalui NAAT yang paling sering dilakukan adalah uji RT-PCR.[2,3,23]
Pemeriksaan serologi merupakan metode pemeriksaan yang didasarkan pada temuan antibodi IgM terhadap virus Zika. Pemeriksaan penunjang lainnya untuk mengonfirmasi infeksi virus Zika adalah dengan Plaque Reduction Neutralization plate (PRNT) atau pemeriksaan imunohistokimia pada prosedur otopsi.[24]
Uji RT-PCR
Uji RT-PCR adalah salah satu jenis pemeriksaan NAAT yang paling sering digunakan untuk mengonfirmasi infeksi virus Zika. Sampel pemeriksaan dapat berupa urin, air liur, jaringan, atau darah lengkap. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya materi genetik virus Zika. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengeluarkan rekomendasi untuk melakukan uji RT-PCR pada:
- Semua orang yang terpapar lingkungan virus Zika (baru saja tinggal/bepergian dari tempat yang endemis infeksi virus Zika atau berhubungan seks tanpa kondom dengan orang yang hidup atau bepergian di daerah infeksi virus Zika)
- Semua wanita hamil yang terpapar lingkungan virus Zika
- Semua wanita hamil dengan janin yang terdeteksi dari pemeriksaan USG memiliki tanda-tanda klinis yang berhubungan dengan infeksi virus Zika
- Semua wanita hamil pada kunjungan prenatal pertama sebagai pemeriksaan rutin dan selama trimester kedua pada mereka yang terpapar lingkungan virus Zika[1,3]
Hasil positif dari uji RT-PCR dianggap true positive apabila uji dilakukan dalam 7 hari pertama sejak onset gejala. Untuk mengeksklusi kemungkinan positif palsu, uji RT-PCR harus diulang sekali lagi menggunakan spesimen yang sama. Apabila hasil RT-PCR negatif dalam 7 hari sejak onset, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan serologi.[2,23]
Uji Serologi
Uji serologi digunakan untuk mendeteksi antibodi IgM terhadap virus Zika dan dapat dilakukan setelah 7 hari dari onset gejala menggunakan metode ELISA. Pemilihan waktu pemeriksaan serologi yang tidak tepat dapat memberikan hasil negatif palsu. Hal ini disebabkan oleh pembentukkan antibodi yang belum cukup terdeteksi atau titer antibodi yang mulai turun hingga tak terdeteksi.
Pemeriksaan serologi antibodi IgM terhadap virus Zika juga dapat memberikan hasil positif palsu akibat adanya reaksi silang (cross reactivity) terhadap Flavivirus, terutama virus Dengue.[3]
Jika dari hasil pemeriksaan serologi masih sulit untuk menentukan antara virus zika atau Dengue, uji PRNT dapat dilakukan. CDC menetapkan nilai batas (cut off value) positif untuk pemeriksaan PRNT sebesar 90% pada titer antibodi ≥10 pada sampel serum dan ≥2 pada sampel cairan serebrospinalis.[3]
Antibodi IgM terhadap virus Zika dapat bertahan positif hingga 12 minggu atau lebih pada pasien yang telah memiliki riwayat infeksi virus Zika sebelumnya. Infeksi virus Zika dapat dieksklusi dari kemungkinan diagnosis banding bila:
- Pemeriksaan NAAT dan IgM serum yang dilakukan dalam onset 7 hari-12 minggu sejak timbulnya gejala atau kecurigaan infeksi virus Zika memberikan hasil yang negatif
- Pemeriksaan IgM serum yang dilakukan dalam onset diatas 12 minggu sejak timbulnya gejala atau kecurigaan infeksi virus Zika memberikan hasil yang negatif [2,39]
Pemeriksaan Laboratorium Lainnya
Adapun pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan hitung darah lengkap (dengan temuan normal atau leukopenia dan trombositopenia ringan), pemeriksaan fungsi hati (dimana enzim transaminase dapat bernilai normal atau meningkat), dan pemeriksaan kehamilan pada wanita. Namun, pemeriksaan ini tidak spesifik terhadap infeksi virus Zika.[1]
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dilakukan pada pasien suspek infeksi virus Zika yang sedang hamil untuk menilai kemungkinan bayi mempunyai kelainan kongenital akibat terinfeksi virus Zika. Hal ini berdasarkan penelitian yang menemukan bahwa sebanyak 65% bayi lahir terinfeksi virus zika melalui transmisi vertikal.[2,34]
Mikrosefali sebagai komplikasi manifestasi infeksi virus Zika kongenital dapat terlihat sejak 18 minggu usia kehamilan. Kelainan anatomis lain yang dapat terlihat adalah restriksi pertumbuhan intrauterine, serta abnormalitas posisi ekstremitas janin.[2,34]
Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan MRI dilakukan pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang sudah terkonfirmasi infeksi virus Zika melalui pemeriksaan PCR. MRI dilakukan untuk mengonfirmasi kelainan kongenital yang mungkin terjadi seperti mikrosefali, ventrikulomegali, kalsifikasi serebral, polymicrogyria, atrofi korteks, hipoplasia serebelum, myelinisasi yang tertunda, atau hipoplasia korpus kallosum.[2,34]