Penatalaksanaan Infeksi Virus Zika
Infeksi virus Zika bersifat self-limiting (resolusi dalam 2-7 hari) sehingga pengobatan hanya bersifat suportif. Kecukupan status gizi, hidrasi dan istirahat menjadi faktor penting dalam tata laksana infeksi virus Zika. Pemberian medikamentosa bertujuan untuk meringankan gejala pasien.[1,3]
Berobat Jalan
Bila derajat keparahan infeksi virus Zika ringan, maka pasien dapat menjalani pengobatan suportif di rumah. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Melindungi diri dari gigitan nyamuk minimal 7 hari setelah timbul gejala dan membatasi aktivitas bepergian
- Pasien laki-laki suspek infeksi virus Zika perlu berupaya mencegah penularan dengan menggunakan kondom saat berhubungan seksual sampai ada hasil laboratorium. Bila hasil laboratorium positif terinfeksi virus Zika, maka pasien perlu melanjutkan upaya tersebut hingga 6 bulan
- Pada pasien perempuan suspek infeksi virus Zika usia reproduktif yang berencana hamil harus menunda kehamilannya sampai ada hasil laboratorium. Pasien harus menggunakan kondom saat berhubungan seksual selama 2 bulan dan melanjutkan hingga 6 bulan bila hasil laboratorium positif terinfeksi virus Zika[1,3,24]
Persiapan Rujukan
Seluruh pasien yang dicurigai mengalami infeksi virus Zika harus dirujuk ke Rumah Sakit minimal untuk mendapatkan konfirmasi dari pemeriksaan laboratorium. Beberapa kriteria yang mengharuskan pasien infeksi virus Zika rawat inap diantaranya adalah:
- Pasien dengan kelemahan otot
- Pasien wanita hamil
- Pasien bayi yang mengalami infeksi kongenital[1,3,24]
Medikamentosa
Tidak ada terapi spesifik untuk infeksi virus Zika. Beberapa terapi medikamentosa yang biasa diberikan untuk membantu mengurangi gejala adalah asetaminofen, antihistamin, dan cairan. Asetaminofen dapat diberikan untuk meringankan gejala demam, myalgia, artralgia, cephalgia maupun nyeri retro-orbital. Antihistamin seperti loratadine, cetirizine juga dapat diberikan untuk mengurangi rasa gatal pada kulit.[25,26]
Penggunaan aspirin dan obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) lainnya, seperti natrium diklofenak dan asam mefenamat perlu dihindari untuk mencegah terjadinya sindrom Reye. Cairan per oral atau parenteral dapat diberikan untuk mencegah dehidrasi. Menurut sebuah studi preklinis, terdapat penurunan potensi aktivitas virus Zika dengan konsumsi asam folat dosis tinggi; hal ini dapat diupayakan sebagai bentuk pencegahan komplikasi janin pada ibu hamil dengan infeksi virus Zika.[25,26]