Patofisiologi Infeksi Virus Zika
Patofisiologi infeksi virus Zika dimulai dari transmisi oleh vektor nyamuk Aedes atau jalur transmisi lainnya yang kemudian dilanjutkan dengan replikasi virus dalam sel host yang menyebabkan kerusakan terutama pada sistem saraf, visual, muskuloskeletal, dan kardiovaskular.
Virus Zika dapat menembus plasenta sehingga menginfeksi janin pada ibu yang terinfeksi dan menyebabkan sindrom Zika kongenital. Infeksi virus Zika juga dapat mencetuskan sindrom Guillain-Barre (SGB) pada pasien dewasa.
Jalur Transmisi
Jalur transmisi infeksi virus Zika adalah melalui arthropoda dan non-arthropoda. Transmisi arthropoda terjadi melalui gigitan nyamuk spesies Aedes yaitu Aedes aegypti, Aedes albopictus, Aedes polunesiensis, Aedes vittatus, Aedes unilineatus dan Aedes hensilli. Jalur penularan virus Zika lainnya meliputi transmisi seksual, transmisi maternal/vertikal, transfusi darah, dan transplantasi organ.[22]
Replikasi Virus
Replikasi virus Zika dimulai saat virus masuk ke dalam sel dan berikatan pada reseptor sel. Proses ini terjadi melalui perantaraan pH asam pada endosom membran sel. Virus kemudian mengeluarkan materi genetik RNA virus (ssRNA) untuk melakukan translasi, transkripsi, dan replikasi.[1,25,33]
Transkripsi dan replikasi dsDNA menghasilkan virus mRNA dan ssRNA yang baru. Virion imatur kemudian berubah menjadi virus yang matur dan keluar dari sel host melalui eksositosis. Invasi virus Zika menyebabkan apoptosis dan nekrosis sel yang diinvasi. Masa inkubasi virus Zika adalah 3-14 hari.[1,25,33,48]
Peran terhadap Organ
Saat virus terdeteksi dalam tubuh, interferon (IFN) dan gen yang mengatur stimulasi IFN (interferon-stimulated gene/ISG) akan teraktivasi untuk menahan laju replikasi virus di dalam sel. Namun, mutasi asam amino NS1 pada virus Zika dapat menunda aktivasi ISG dan IFN sehingga virus Zika dapat melarikan diri dari sistem imun (immune evasion).[30,35]
Infeksi Virus Zika pada Dewasa
Pada pasien dewasa, infeksi virus Zika dapat mempengaruhi kulit, plasenta, testis, mata, darah, sendi, sistem saraf, dan sistem kardiovaskuler. Sendi yang terpengaruh infeksi virus Zika dapat memberikan gambaran bengkak, kemerahan, nyeri, serta kehilangan fungsi range of movement nya pada infeksi virus Zika.[13,14,15]
Mekanisme patofisiologi spesifik akan gejala tersebut masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, poliartralgia diduga terjadi akibat aktivasi nosiseptor yang dipicu oleh pelepasan neuromediator seperti substansi P dan peptida yang mirip kalsitonin.[13,14,15]
Sindrom Guillain-Barre (SGB) merupakan gangguan pada sistem perifer yang sering terjadi pada pasien dewasa terinfeksi virus Zika. SGB muncul akibat mekanisme autoimun yang terjadi pasca infeksi virus Zika mereda.[12,17]
Penelitian terbaru lainnya menemukan bahwa virus Zika memiliki sifat kardiotropisme, yakni memiliki afinitas terhadap sel otot jantung. Virus Zika masuk ke sel otot jantung melalui reseptor ICAM-3 dan tyrosine protein kinase 3 dan menimbulkan reaksi inflamasi yang menyebabkan kematian sel.[13,37]
Dengan demikian, pasien dewasa yang terinfeksi virus Zika dapat mengalami gangguan kardiovaskuler berupa miokarditis, infark miokardium, atau atrial fibrilasi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke dan gagal jantung.[13,37]
Infeksi Virus Zika pada Janin
Target utama infeksi virus Zika adalah sel progenitor saraf, terutama pada embrio. Virus Zika terlebih dahulu menginvasi plasenta sehingga dapat menembus sawar plasenta lalu menginvasi sel saraf janin.[10,11,36]
Virus Zika diteliti memiliki afinitas tinggi dalam menginvasi sel progenitor saraf pada tahap pembentukkan korteks janin. Hal ini terutama disebabkan oleh struktur ‘spike’ pada virus Zika. Struktur ‘spike’ bersifat hidrofobik sehingga mempermudah virus Zika berikatan dengan membran sel saraf janin.[10,11,36]
Sel progenitor saraf yang diinvasi virus Zika mengalami kematian seluler dan menyebabkan perubahan struktural serta fungsional. Hal ini merupakan penyebab komplikasi mikrosefali terhadap bayi yang lahir dari ibu dengan riwayat infeksi virus Zika, seperti yang banyak dilaporkan di Brazil pada tahun 2014 lalu.[10,11,36]
Komplikasi pada janin yang terinfeksi virus Zika sering disebut sebagai sindrom Zika kongenital. Sindrom meliputin kombinasi anomali sistem saraf pada bayi seperti mikrosefali, hydrops fetalis, arthrogryposis, anomali pada sistem penglihatan, hipertonia, serta kesulitan gerakan menelan. Pada seluruh ibu hamil dengan riwayat infeksi virus Zika, 5-14% bayi yang lahir mengalami CZS dan 4-6% hanya mengalami mikrosefali.[10,11,36]
Pada sistem penglihatan, virus Zika terbukti memiliki afinitas terhadap nervus optikus, sel ganglion retina, serta sel lapisan inti dalam sehingga menyebabkan penipisan lapisan pleksiform luar pada retina. Pada infeksi virus Zika akut, manifestasi pada sistem penglihatan dapat berupa konjungtivitis, disorganisasi lapisan retina, retinitis, vitritis, koroiditis fokal, atau mikroftalmia.[11,12,18]
Patofisiologi Koinfeksi Virus Zika dengan Flavivirus Lainnya
Virus Zika dan dengue sama-sama merupakan anggota genus Flavivirus sehingga sering memberikan reaksi silang (cross reactivity) dalam pemeriksaan serologi infeksi virus Zika. Infeksi virus Dengue sebelum infeksi virus Zika dicurigai dapat memberikan proteksi imunitas yang lebih baik meskipun harus diteliti lebih jauh lagi.[1-3]
Infeksi virus Zika yang mendahului infeksi virus Dengue justru dicurigai dapat memberikan gambaran klinis yang lebih buruk pada infeksi virus Dengue yang sedang terjadi.[1-3]