Epidemiologi Kaki Gajah
Data epidemiologi kaki gajah, disebut juga sebagai filariasis limfatik atau elephantiasis, menunjukkan bahwa penyakit ini telah tersebar di seluruh dunia. Filariasis limfatik terutama ditemukan di daerah dengan iklim tropik dan subtropik di Asia, Afrika, Timur Tengah, Amerika Selatan, Kepulauan Pasifik, dan Kepulauan Karibia.[1,3,4]
Global
Secara global, filariasis limfatik telah menjangkiti 198 juta orang di 72 negara. Distribusi di Asia mencakup Bangladesh, Brunei Darussalam, Myanmar, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Maldives, Nepal, Filipina, Sri Lanka, Thailand, Timor-Leste, dan Vietnam.[1,4,8]
Dari 72 negara tersebut, 10 negara telah berhasil mengeliminasi filariasis limfatik dengan program eliminasi filariasis limfatik global world health organization (WHO), yaitu Togo, Kamboja, Maladewa, Sri Lanka, Thailand, Mesir, Kepulauan Cook, Niue, Tonga, dan Vanuatu.[2,4]
Pada tahun 2018, prevalensi filariasis limfatik secara global tercatat sekitar 51 juta kasus. Ini termasuk 36.783.583 kasus di Asia Tenggara. Melalui program eliminasi filariasis limfatik global, 15 negara telah berhasil menurunkan prevalensi filariasis, namun data tahun 2020 menunjukkan masih terdapat 863 juta orang berisiko yang tersebar di 50 negara, sehingga filariasis limfatik masih menjadi perhatian global.[2,3,8]
Secara global, 90% kasus filariasis limfatik disebabkan oleh W. bancrofti. Parasit W. bancrofti banyak ditemukan sebagai penyebab endemi filariasis limfatik di Afrika Sub-Sahara, Madagaskar, Kepulauan Pasifik Barat, dan Kepulauan Karibia. W. bancrofti juga tersebar secara sporadik di Amerika Selatan, India, dan Asia Tenggara. Sementara itu, persebaran Brugia spp. terbatas di daerah Asia Tenggara. B. timori hanya terdapat di Kepulauan Nusa Tenggara.[2,7]
Indonesia
Di Indonesia, tercatat 10.681 kasus filariasis limfatik yang tersebar di 34 provinsi pada tahun 2018. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Lima provinsi dengan kasus terbanyak yaitu Papua (3.615 kasus), Nusa Tenggara Timur (1.542 kasus), Jawa Barat (781 kasus), Papua Barat (622 kasus), dan Aceh (578 kasus). Provinsi dengan jumlah kasus filariasis limfatik terendah yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kasus filariasis limfatik di Indonesia mengalami penurunan dengan adanya implementasi program global WHO untuk eliminasi filariasis limfatik, yaitu pemberian obat massal (mass drug administration/MDA). 103 kabupaten kota telah berhasil menurunkan angka mikrofilaria menjadi <1%.[9]
Menurut data WHO tahun 2021, terdapat 9 juta populasi berisiko dari 34 provinsi di Indonesia yang masih membutuhkan MDA untuk filariasis limfatik. Program MDA telah terlaksana di 32 provinsi dengan cakupan (coverage) 65,6%. Data menunjukkan jumlah penderita filariasis limfatik di Indonesia yang telah diterapi sekitar 6 juta orang.[9,10]
Mortalitas
Filariasis limfatik merupakan penyakit dengan mortalitas yang rendah namun dapat menimbulkan morbiditas yang signifikan. Filariasis limfatik sangat jarang menyebabkan kematian, namun dapat menyebabkan disabilitas, penurunan fungsi hidup, dan masalah sosioekonomi pada penderita.[2,3]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta