Penatalaksanaan Chlamydia
Penatalaksanaan chlamydia yang utama adalah pemberian antibiotik. Tujuan penatalaksanaan selain untuk mengatasi infeksi akut juga untuk mencegah terjadinya komplikasi seperti infertilitas, abses tuboovarium, dan kehamilan ektopik.[1]
Terapi Medikamentosa
Pemberian antibiotik pada chlamydia mengikuti rekomendasi WHO. Pilihan antibiotik tergantung pada ada-tidaknya komplikasi dan koinfeksi. Pada chlamydia uncomplicated, terapi yang dapat digunakan mencakup azithromycin, doxycycline, tetrasiklin, erythromycin, ataupun ofloxacin. Infeksi chlamydia anorektal diobati dengan doxycycline. Sementara itu, pilihan terapi pada infeksi chlamydia selama kehamilan adalah azithromycin, amoxicillin, dan erythromycin.
Apabila pasien mengalami koinfeksi dengan limfogranuloma venereum, maka antibiotik yang dapat digunakan adalah doxycycline, azithromycin, dan erythromycin. Dosis dan cara pemberian selengkapnya tercantum dalam Tabel 1.[2]
Doxycycline vs Azithromycin
Pada pasien yang tidak hamil, doxycycline adalah pilihan yang lebih disukai, terutama jika ada kekhawatiran untuk infeksi dubur. Namun, azithromycin harus diresepkan jika ada keraguan bahwa pasien dapat mematuhi regimen terapi doxycycline atau jika tidak jelas berapa lama pasien mengalami infeksi dan perawatan segera diperlukan. Azithromycin juga merupakan pilihan yang lebih disukai pada kehamilan karena efek teratogenik pada janin yang dapat disebabkan oleh doxycycline.[14]
Tabel 1. Regimen Antibiotik pada Chlamydia
Keterangan | Antibiotik |
Infeksi Chlamydia uncomplicated
| ● Azithromycin 1000 mg (PO) dosis tunggal, atau ● Doxycycline 100 mg (PO) diminum 2 kali sehari selama 7 hari, atau ● Tetrasiklin 500 mg (PO), diminum 4 kali sehari selama 7 hari, atau ● Erythromycin 500 mg (PO) diminum 2 kali sehari selama 7 hari, atau ● Ofloxacin 200-400 mg (PO) diminum 2 kali sehari, selama 7 hari |
Infeksi Chlamydia anorectal |
Doxycycline 100 mg (PO) diminum 2 kali sehari, selama 7 hari |
Infeksi Chlamydia pada kehamilan | ● Azithromycin 1000 mg (PO) dosis tunggal, atau ● Amoxicillin 500 mg (PO) 3 kali sehari selama 7 hari, atau ● Erythromycin 500 mg (PO) 2 kali sehari, selama 7 hari |
Terapi pasien dengan koinfeksi LGV
| ● Doxycycline 100 mg (PO) diminum 2 kali sehari, selama 21 hari ● Apabila ada kontraindikasi dalam penggunaan doxycycline (misalnya karena alergi, atau hamil), maka pilihan obat kedua yakni Azithromycin 1000 mg (PO) 1 kali per minggu, selama 3 minggu, atau ● Erythromycin 500 mg (PO) diminum 4 kali sehari selama 21 hari |
Expedited partner therapy | Azithromycin 1000 mg (PO) dosis tunggal |
Sumber: Novita, Alomedika, 2022.[2,14]
Kepatuhan Terhadap Terapi
Jika doxycycline atau obat lain yang memerlukan regimen terapi 7 hari atau lebih akan digunakan, pasien perlu diedukasi mengenai pentingnya kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Terdapat studi yang menunjukkan bahwa pasien pria dengan chlamydia yang melewati 1 atau lebih dosis berisiko hingga 9 kali lipat mengalami kegagalan terapi.[15]
Penatalaksanaan Partner Seksual
Semua individu yang pernah melakukan kontak seksual dengan pasien yang didiagnosis chlamydia dalam 60 hari terakhir perlu mendapat pengobatan. Minta pasien untuk memberi tahu pasangan mereka mengenai diagnosis chlamydia yang didapatnya, serta mengenai perlunya evaluasi dan pengobatan medis bagi partner seksual tersebut.
Strategi alternatif adalah dengan memberikan expedited partner therapy (EPT), yaitu praktik mengobati pasangan seks pasien tanpa melakukan evaluasi terlebih dulu pada pasangannya. Regimen EPT yang dapat digunakan adalah azithromycin 1 gram per oral dosis tunggal.[13]
Terapi Gonorrhea
Karena infeksi gonorrhea dan chlamydia sering terjadi berbarengan, semua pasien dengan chlamydia perlu menjalani pemeriksaan adanya infeksi gonorrhea. Meskipun pasien asimptomatik, seluruh pasien yang memiliki hasil NAAT positif N. gonorrhoeae harus mendapat terapi gonorrhea sebagai tambahan terapi chlamydia. Jika hasil NAAT N. gonorrhoeae negatif, pasien tidak memerlukan terapi tambahan gonorrhea.[1,2]
Nonmedikamentosa
Terapi nonmedikamentosa bermanfaat untuk mencegah rekurensi dan penularan lebih lanjut dari chlamydia.
Abstinensia Hubungan Seksual
Abstinensia hubungan seksual perlu dilakukan hingga pasien menyelesaikan rejimen pengobatan, gejala telah teratasi, dan pasangan seks telah diobati.[1,2,14]
Direvisi oleh: dr. Abi Noya