Diganosis Limfangitis
Diagnosis limfangitis dapat ditegakkan melalui anamnesis dengan adanya riwayat trauma minor pada bagian distal lesi dan pemeriksaan fisik berupa gambaran klinis khas limfangitis, yaitu adanya garis linear ireguler dengan warna eritematosa yang memanjang dari situs infeksi primer menuju nodus kelenjar limfe regional terdekat dari lesi.
Anamnesis
Pasien dengan limfangitis biasanya akan mengeluh adanya luka pada ekstremitas, demam dan keluhan penyerta, seperti menggigil, malaise, sefalgia, mialgia, dan hilangnya nafsu makan. Manifestasi sistemik dapat berkembang dengan cepat sebelum lesi kulit menjadi jelas.
Saat anamnesis pasien limfangitis, perlu digali juga apakah ada riwayat sebagai berikut:
- Trauma minor atau abrasi pada area kulit bagian distal dari situs infeksi
- Trauma akibat gigitan, cakaran hewan atau serangga
- Riwayat pekerjaan berisiko seperti penjual ikan, petani, perenang, dan tukang kebun
- Adanya riwayat bepergian ke daerah endemis filariasis
- Adanya riwayat edema pada ekstremitas, baik kedua ekstremitas maupun salah satu ekstremitas dengan disertai rekurensi
Dokter juga perlu menanyakan faktor risiko terjadinya limfangitis, antara lain penyakit diabetes mellitus, kondisi imunodefisiensi, infeksi varicella, dan penggunaan steroid jangka panjang. Faktor kebersihan diri sehari-hari perlu digali untuk mencegah rekurensi dan terjadinya komplikasi limfangitis pada pasien.[7,10,11]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan limfangitis, dapat ditemukan gambaran berupa garis linear ireguler eritematosa pada ekstremitas dengan lebar beberapa sentimeter yang memanjang dari situs infeksi primer menuju nodus limfe regional terdekat, yang teraba membesar dan lunak.[1,11]
Karakteristik lain yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik pasien antara lain:
- Pada bagian distal ekstremitas yang mengalami infeksi, dapat terjadi edema perifer
- Situs primer infeksi pada bagian distal dapat berupa sebuah abses, luka yang terinfeksi, atau area dengan selulitis
- Bila pasien mengalami demam dan takikardia, perlu dipikirkan adanya kemungkinan telah terjadinya infeksi sistemik atau sepsis[1,11]
Pada kasus yang lebih jarang, yaitu filariasis, obstruksi kelenjar limfe dapat terjadi di ekstremitas bawah. Hal ini dapat terjadi pada limfangitis yang disebabkan oleh infeksi Streptococcus sp yang rekurens. Setiap terjadinya kekambuhan, edema akan lebih membesar dan menimbulkan pembesaran ekstremitas, atau disebut kaki gajah, yang diakibatkan oleh fibrosis pada dermis dan subkutan.[11]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding limfangitis antara lain adalah erisipelas, selulitis, necrotizing fasciitis, reaksi alergi akibat gigitan serangga, dan superficial thrombophlebitis.[1,12,13]
Necrotizing Fasciitis
Necrotizing fasciitis adalah inflamasi infeksi pada fasia yang bersifat progresif, dengan disertai adanya nekrosis jaringan subkutan. Gejala awalnya dapat berupa demam, kulit yang tampak merah bengkak dan hangat, disertai rasa nyeri, serta adanya riwayat luka sebelumnya, baik berupa luka gores maupun luka bekas operasi.[14]
Necrotizing fasciitis dapat dibedakan, khususnya dengan limfangitis nodular melalui pemeriksaan Multidetector Computed Tomography (MDCT). Air bubble pada MDCT merupakan penanda khas necrotizing fasciitis.[12]
Erisipelas dan Selulitis
Erisipelas dan selulitis adalah infeksi pada kulit yang terlokalisasi. Lesi tampak edema dan berindurasi. Pada erisipelas, biasanya bentuk lesi memiliki batas yang tegas dan dapat dibedakan dengan kulit serta jaringan subkutan yang tidak mengalami inflamasi di sekitarnya. Sebaliknya, selulitis memiliki batas lesi yang tidak tegas karena infeksi dan inflamasi terletak pada bagian kulit yang lebih dalam.[13]
Erisipelas dan selulitis dapat pula disertai manifestasi klinis berupa demam, leukositosis, limfadenopati, serta limfangitis sehingga sering ditemukan limfangitis bersama dengan erisipelas.[13]
Superficial Thrombophlebitis
Superficial thrombophlebitis ditandai dengan adanya eritema dan indurasi pada vena yang terinfeksi. Kedua penyakit ini dapat dibedakan secara jelas melalui pemeriksaan fisik. Limfangitis bersifat progresif dan searah dengan nodus limfe proksimal regional terdekat dari situs infeksi.[13]
Reaksi Alergi Akibat Gigitan Serangga
Reaksi alergi akibat gigitan serangga dapat dibedakan dengan limfangitis melalui distribusi eritema pada lesi. Manifestasi reaksi alergi akibat gigitan serangga akan berada di sekitar punctum atau bekas gigitan serangga. Selain itu reaksi yang timbul akibat alergi relatif lebih cepat dibandingkan timbulnya limfangitis, yaitu dalam waktu 24 jam setelah gigitan serangga.[13]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada pasien dengan limfangitis adalah pemeriksaan hitung sel darah lengkap dan kultur darah. Hasil hitung sel darah lengkap umumnya memberikan gambaran leukositosis. Selain itu, pengambilan kultur pada bagian radang atau di tepi daerah peradangan juga perlu dipikirkan bila tidak terjadi perbaikan setelah mendapatkan antibiotik empirik.
Kultur dan Pewarnaan Gram
Kultur dan pewarnaan gram dapat dilakukan untuk menentukan organisme penyebab limfangitis sehingga dapat ditentukan antibiotik yang tepat sebagai terapi pasien.
Beberapa ahli merekomendasikan pengambilan cairan aspirasi pada tepi daerah infeksi, sedangkan ahli lainnya merekomendasikan pengambilan cairan aspirasi di bagian inflamasi maksimal.[1,6,15]
Batas sensitivitas pewarnaan gram sendiri adalah setidaknya terdapat 100.000 mikroorganisme per milliliter. Aspirasi pada tepi daerah inflamasi maksimal tidak terbukti membantu dalam manajemen terapi limfangitis akut tetapi bermanfaat dalam terapi kasus yang resisten terhadap antibiotik.[1,15]
Multidetector Computed Tomography MDCT
Penggunaan modalitas pencitraan multidetector computed tomography (MDCT) imaging diindikasikan terutama pada kasus limfangitis nodular yang disebabkan oleh Mycobacterium marinum. Hal ini dikarenakan pencitraan MDCT dapat menentukan morfologi, seperti jumlah nodul subkutan yang berukuran relatif kecil serta ukuran lesi.[1,12]