Diagnosis Poliomielitis
Diagnosis poliomielitis atau polio umumnya dari gejala seperti kaku punggung dan leher. Konfirmasi diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan penunjang uji serologi adanya infeksi virus polio.[2,13,14]
Anamnesis
Pasien terinfeksi virus polio biasa datang dengan keluhan kaku punggung dan leher. Gejala prodromal bifasik, terdiri dari gejala awal (minor) dan gejala lanjutan (mayor).[13,14]
Gejala Awal (Minor)
Gejala awal merupakan gejala nonparalitik yang berlangsung dalam waktu seminggu, terjadi sekitar 1-3 hari sebelum onset paralisis. Gejala utama berupa gangguan gastrointestinal, seperti mual, muntah, diare, kram, atau nyeri abdomen. Terdapat juga manifestasi sistemik, berupa demam, sakit tenggorokan, malaise, atau sakit kepala, yang biasanya berlangsung 2‒3 minggu, tapi dapat berkelanjutan hingga 2 bulan lamanya.
Pada gejala awal, dapat juga terjadi spasme dan nyeri hebat dari otot ekstremitas dan punggung. Nyeri otot menunjukkan bahwa stadium akut masih berlangsung.[13,14]
Gejala Lanjutan (Mayor)
Gejala lanjutan berhubungan dengan gangguan sistem saraf pusat. Gejala ini terbagi menjadi gejala meningitis aseptik nonparalitik dan gejala polio paralitik. Gejala meningitis aseptik nonparalitik terdiri dari kaku leher, punggung, dan/atau tungkai, serta muntah dan diare. Gejala umumnya berlangsung 2‒10 hari lalu sembuh total.
Sedangkan gejala polio paralitik ditandai dengan reflek tendon menurun hingga terjadi lumpuh layu yang biasanya bersifat asimetris. Reflek tendon yang menurun akan mencapai suatu tahap yang menetap atau plateau untuk beberapa hari hingga beberapa minggu.
Banyak penderita sembuh total, namun fungsi otot yang terkena hanya kembali untuk tingkatan tertentu. Kelumpuhan yang berlangsung 12 bulan setelah onset penyakit umumnya akan menetap secara permanen.[13,14]
Riwayat Risiko Penyakit
Pada anamnesis perlu ditanyakan berbagai faktor risiko poliomielitis seperti belum pernah atau tidak pernah mendapatkan vaksin polio. Penyakit ini juga rentan pada orang dengan gangguan kekebalan tubuh, tinggal di lingkungan yang kurang bersih, atau tinggal atau berkunjung ke daerah yang terdapat sirkulasi virus polio.[13,14]
Pemeriksaan Fisik
Tanda klinis prodromal terjadi bifasik, yaitu terdiri dari tanda klinis awal (minor) dan lanjutan (mayor).
Klinis Awal (Minor)
Tanda klinis awal poliomielitis adalah kehilangan reflek superfisial dan refleks tendon meningkat pada ekstremitas biasanya asimetris.[13,14]
Tanda Klinis Lanjutan (Mayor)
Tanda klinis lanjutan polio terbagi menjadi tanda klinis meningitis aseptik nonparalitik dan polio paralitik. Tanda klinis meningitis aseptik non-paralitik ditemukan leher, punggung, dan/atau tungkai terasa kaku dan tidak dapat digerakkan sewaktu difleksikan.
Sedangkan tanda klinis polio paralitik meliputi refleks tendon menurun pada satu sisi ekstremitas saja, tetapi sensasi sensorik baik dan tidak ada perubahan status mental pada penderita.[13,14]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari keluhan kaku punggung dan leher pada poliomielitis di antaranya adalah sindrom Guillain-Barre, mielitis transversa, ensefalitis, miastenia gravis, lyme disease, botulism, Borrelia burgdorferi, miositis atau miopati, difteri, mikoplasma, dan rabies.[1,13]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus poliomielitis adalah tes serologi untuk menegakkan diagnosis pasti, dan genome sequencing untuk menentukan jenis virus.[2]
Pengambilan Sampel
Sampel dapat diambil dari feses, pharynx, atau cairan serebrospinal. Sebaiknya darah tidak digunakan sebagai sampel karena jarang ditemukan virus polio. Virus polio yang ditemukan dari sampel klinis penderita AFP (acute flaccid paralysis), haruslah diperiksa lebih lanjut untuk menentukan jenisnya.[2]
Tes Serologi
Tes serologi berguna untuk menegakkan diagnosis apabila sampel klinis pertama diambil sedini mungkin pada waktu seseorang diduga terkena infeksi polio. Sampel kedua diambil tiga minggu kemudian dan jika terdapat kenaikan 4 kali lipat titer antibodi menandakan terdapatnya infeksi virus polio. Tes ini tidak dapat dilakukan pada orang dengan gangguan kekebalan tubuh atau kepada orang yang baru saja divaksinasi polio.[2]
Genomic Sequencing
Genomic sequencing berguna untuk menentukan tipe virus polio, apakah dari strain liar (wild type) atau berasal dari strain vaksin (vaccine type). Pemeriksaan dilakukan menggunakan reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR).[2]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini