Penatalaksanaan TB MDR
Penatalaksanaan tuberkulosis multidrug-resistant atau TB MDR yang utama adalah pemberian obat antituberkulosis (OAT) sesuai dengan hasil uji kepekaan. Regimen OAT yang bisa digunakan adalah pyrazinamide (Z), ethambutol (E), kanamycin (Kn), levofloxacin (Lfx), ethionamide (Eto), dan cycloserine (Cs).
Obat Antituberkulosis
Berdasarkan panduan WHO 2022 untuk tata laksana tuberkulosis resisten obat, medikamentosa dapat diberikan dalam jangka pendek 6 bulan dan 9 bulan, maupun regimen lebih panjang.
Regimen 6 bulan
WHO menyarankan pemberian regimen 6 bulan pada pasien TB MDR dengan ketentuan:
- Pasien terkonfirmasi TB MDR atau TB pre-XDR
- Pasien dengan tuberkulosis paru dan ekstraparu kecuali disertai keterlibatan sistem saraf pusat, osteoartikular, dan millier
- Usia 14 tahun atau lebih
- Tanpa memandang status HIV
- Paparan terhadap bedaquiline, linezolid, pretomanid, atau delamanid kurang dari 1 bulan
- Paparan terhadap bedaquiline, linezolid, pretomanid, atau delamanid lebih dari 1 bulan dengan konfirmasi tidak adanya resistensi terhadap obat tersebut
Regimen 6 bulan dapat dilakukan dengan pemberian kombinasi bedaquiline-pretomanid-linezolid-moxifloxacin. Pada kasus resistensi terhadap fluorokuinolon, pemberian regimen dilakukan tanpa moxifloxacin.[1,15]
Regimen 9 bulan
Regimen 9 bulan merupakan regimen yang digunakan sebagai pengobatan jangka pendek di Indonesia. WHO menyarankan pemberian regimen 9 bulan pada pasien dengan TB MDR dengan ketentuan:
- Pasien terkonfirmasi TB MDR tanpa resistensi terhadap fluorokuinolon
- Tanpa TB ekstensif dan TB ekstrapulmoner berat
- Paparan terhadap bedaquiline, fluorokuinolon, ethionamide, linezolid, dan clofazimine kurang dari 1 bulan
- Paparan terhadap bedaquiline, fluorokuinolon, ethionamide, linezolid, dan clofazimine lebih dari 1 bulan dengan konfirmasi tidak adanya resistensi terhadap obat tersebut
- Tanpa memandang status HIV
- Anak dan kelompok umur lainnya tanpa konfirmasi TB MDR namun memiliki kemungkinan tinggi diagnosis TB MDR berdasarkan tanda dan gejala, serta riwayat paparan dengan pasien TB MDR
Regimen 9 bulan dapat dilakukan dengan pemberian kombinasi bedaquiline (6 bulan) dan levofloxacin/moxifloxacin-ethionamide-ethambutol-isoniazid-pyrazinamide-clofazimine dalam tahap awal selama 4 bulan, dilanjutkan dengan levofloxacin/moxifloxacin-clofazimine-ethambutol-pyrazinamide dalam tahap lanjutan selama 5 bulan.[1,9,15,16]
Regimen Jangka Panjang
Pasien TB MDR yang dapat membutuhkan regimen jangka panjang, antara lain:
- TB pre-XDR
- TB XDR
- Gagal pengobatan regimen jangka pendek
- TB MDR dengan dugaan atau konfirmasi resistensi bedaquiline, clofazimine, atau linezolid
- TB MDR dengan mutasi pada inhA dan katG
- TB MDR paru lesi luas, dengan kavitas pada kedua lapangan paru
- TB MDR ekstraparu berat atau dengan komplikasi, seperti tuberkulosis meningitis, TB tulang, TB spondilitis, TB milier, TB perikarditis, maupun TB abdomen
- Ibu hamil atau menyusui
OAT yang masuk dalam regimen jangka panjang terbagi menjadi tiga grup, yaitu:
- Grup A, terdiri dari levofloxacin/moxifloxacin, bedaquiline, dan linezolid
- Grup B, terdiri dari clofazimine dan cycloserine/terizidone
- Grup C, terdiri dari ethambutol, delamanid, pyrazinamide, imipenem-cilastatin/meropenem, amikacin/streptomycin, ethionamide/prothionamide, dan p-asam aminosalisilat
WHO menyarankan regimen jangka panjang mencakup setidaknya 4 jenis OAT terdiri atas seluruh OAT grup A dan setidaknya 1 OAT dari grup B agar pengobatan efektif. Bila hanya satu atau dua OAT grup A yang dipakai, maka kedua OAT grup B harus dipakai. OAT pada grup C dapat digunakan sebagai tambahan agar regimen jangka panjang mencakup setidaknya 4 jenis OAT.
Total durasi regimen jangka panjang selama 18-20 bulan direkomendasikan pada sebagian besar pasien.[1,9,15,16]
Tabel 2. Dosis dan Sediaan Obat Antituberkulosis
OAT | Sediaan | Kelompok berat badan (≥ 15 tahun) | ||||
30-35 kg | 36-45 kg | 46-55 kg | 56-70 kg | >70 kg | ||
Bedaquiline | 100 mg tab | 2 x 2 tablet pada 2 minggu pertama, 1 x 2 tablet (3 kali seminggu) pada 22 minggu berikutnya | ||||
Levofloxacin | 250 mg tab | 3 | 3 | 4 | 4 | 4 |
500 mg tab | 1,5 | 1,5 | 2 | 2 | 2 | |
Moxifloxacin (dosis standar) | 400 mg tab | 1 | 1 | 1,5 | 1,5 | 1,5 |
Moxifloxacin (dosis tinggi) | 400 mg tab | 1 atau 1,5 | 1,5 | 1,5 atau 2 | 2 | 2 |
Clofazaimine | 50 mg cap | 2 | 2 | 2 | 2 | 2 |
100 mg cap | 1 | 1 | 1 | 1 | 1 | |
Ethambutol | 400 mg tab | 2 | 2 | 3 | 3 | 3 |
Pirazinamide | 400 mg tab | 3 | 4 | 4 | 4 | 5 |
500 mg tab | 2 | 3 | 3 | 3 | 4 | |
Ethionamide | 250 mg tab | 2 | 2 | 3 | 3 | 4 |
Isoniazide | 300 mg tab | 1,5 | 1,5 | 2 | 2 | 2 |
Linezolid | 600 mg tab | - | - | 1 | 1 | 1 |
Sikloserine | 250 mg cap | 2 | 2 | 3 | 3 | 3 |
Delamanid | 50 mg tab | 2 x 2 tab per hari | ||||
Amikacin | 500 mg/2 ml (ampul) | 2,5 ml | 3 ml | 3-4 ml | 4 ml | 4 ml |
Streptomycin | 1 g serbuk (vial) | Dihitung sesuai dengan zat pelarut | ||||
P-asam aminosalisilat | PAS sodium salt 4 g sach | 1 bd | 1 bd | 1 bd | 1 bd | 1-1,5 bd |
Sumber: dr. Michael, Alomedika, 2023.[19,15,16]
Pemantauan
Selama pemberian medikamentosa, pasien menerima pemeriksaan rutin untuk memantau respon serta adanya efek samping. Pemantauan dilakukan di fasilitas layanan kesehatan yang mampu menjalankan terapi TB MDR setiap bulan, mencakup pemeriksaan fisik, mikrobiologi, dan pemeriksaan penunjang, seperti laboratorium, radiologi, dan EKG.
Adapun pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk regimen jangka pendek, antara lain:
- Mikrobiologi dengan kultur sputum: pada awal, setiap bulan, akhir, hingga setiap 6 bulan sampai 2 tahun pasca pengobatan
Rontgen toraks: pada awal, akhir, hingga setiap 6 bulan sampai 2 tahun pasca pengobatan
- EKG, pemeriksaan darah perifer, fungsi hati: awal, setiap bulan, dan akhir pengobatan
- Elektrolit, fungsi ginjal, asam urat: awal dan setiap bulan pengobatan
- Gula darah puasa, gula darah post-prandial, TSH (thyroid stimulating hormone), tes kehamilan, HIV: awal pengobatan
Adapun pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada pemberian regimen jangka panjang, antara lain:
- Mikrobiologi dengan pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) dan kultur sputum: pada awal, setiap bulan, akhir, hingga setiap 6 bulan sampai 2 tahun pasca pengobatan
- Rontgen toraks: pada awal, akhir, hingga setiap 6 bulan sampai 2 tahun pasca pengobatan
- EKG, pemeriksaan darah perifer, fungsi hati: awal, setiap bulan, dan akhir pengobatan
- Elektrolit, fungsi ginjal, albumin, asam urat: awal dan setiap bulan pengobatan
Audiometri, gula darah puasa, gula darah post-prandial, TSH, tes kehamilan, HIV: awal pengobatan[1,9,15,16]
Penulisan pertama oleh: dr. Junita br Tarigan
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta