Diagnosis Alcohol Use Disorder
Diagnosis untuk alcohol use disorder atau alkoholisme dapat dilakukan berdasarkan riwayat pasien yang kehilangan kemampuan mengendalikan diri terkait konsumsi alkohol, penggunaan alkohol berlebihan, serta adanya emosi negatif saat tidak minum alkohol. Perjalanan penyakit bersifat kronis dengan periode relaps.
Diagnosis dilakukan dengan mengacu pada kriteria yang terdapat pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition dan International Classification of Diseases ke-10.[1,11,19]
Anamnesis
Manifestasi klinis alcohol use disorder (AUD) bergantung pada keadaan pasien saat datang. Pasien yang berada dalam fase intoksikasi akan menampakkan gejala yang berbeda dengan pasien putus zat.
Secara umum, anamnesis pada AUD mencakup penilaian mengenai penggunaan alkohol, yaitu riwayat dan pola penggunaan alkohol, seperti jumlah, durasi, dan pola penggunaan harian. Dokter juga perlu menanyakan riwayat ketergantungan sebelumnya baik alkohol maupun zat lain, serta perhitungan jumlah alkohol yang dikonsumsi perhari atau perminggu.
Masalah yang timbul akibat konsumsi alkohol juga sebaiknya ditanyakan. Masalah dapat berupa gangguan kesehatan, seperti sering terjatuh, kehilangan kesadaran/blackout, gangguan tidur, dan gangguan penglihatan. Masalah juga dapat berhubungan dengan fungsi sosial, seperti diberhentikan dari pekerjaan, perceraian, kehilangan tempat tinggal, atau dijauhi oleh keluarga.
Skrining AUD dapat dilakukan menggunakan kuesioner Cut, Annoyed, Guilty, Eye-opener (CAGE) atau alcohol use disorders identification test (AUDIT). Kuesioner CAGE biasa ditanyakan secara lisan, sedangkan AUDIT dapat diberikan secara tertulis.[4,5,20]
Intoksikasi Alkohol Akut
Intoksikasi alkohol merupakan gangguan terkait alkohol terbanyak, ditandai dengan slurred speech, gangguan fungsi eksekutif, misalnya dalam mengambil keputusan, disinhibisi, mood labil, inkoordinasi motorik. Pasien juga biasanya mengalami hendaya kognitif, serta hendaya dalam fungsi sosial dan pekerjaan.
Konsentrasi alkohol darah (blood alcohol concentration/BAC) sebesar 0,01–0,0125 menimbulkan efek euforia, sedangkan pada BAC sebesar 0,13–0,25 menimbulkan efek disforia. Pada BAC 0,30 pasien sudah kehilangan kesadaran, dan jika BAC melebihi 0,40 maka pasien bisa mengalami koma bahkan kematian karena depresi pernapasan.[4,5,11]
Gejala Withdrawal pada Pengguna Alkohol Kronis
Saat alkohol dihentikan akan terjadi penurunan relatif inhibisi GABA dan peningkatan relatif eksitasi NMDA yang menyebabkan gejala putus zat atau withdrawal. Gejala putus zat, antara lain tremor, berkeringat, cemas, agitasi, peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, peningkatan respirasi, nyeri kepala, mual, muntah, serta sensitivitas terhadap suara dan cahaya.
Pada gejala putus zat berat, kejang grand mal dapat muncul 24-48 jam sejak terakhir kali minum. Delirium yang diinduksi alkohol juga dapat terjadi selama intoksikasi atau saat withdrawal. Keadaan ini dikenal sebagai delirium tremens.[21]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan status mental pasien dengan alcohol use disorder (AUD) dapat dilakukan untuk mencari tanda-tanda delirium, gejala depresi, cemas, psikosis, serta menilai motivasi dan insight. Pada fase putus zat, dapat ditemukan takikardia, tremor, agitasi, dan gangguan sensoris.
Pada alkoholik kronis, gejala penyakit hepar mungkin dapat terlihat. Beberapa gejala terkait hepar, antara lain spider nevi, palmar erythema, ginekomastia, atrofi testis, serta hepatosplenomegali. Selain itu, pasien juga mungkin berada dalam kondisi malnutrisi.[4,20]
Diagnosis Banding
Beberapa diagnosis banding untuk AUD, antara lain gangguan bipolar, gangguan depresi, dan gangguan cemas. Selain melalui anamnesis, pemeriksaan kadar alkohol serum dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Gangguan Bipolar
Gejala pada bipolar dapat menyerupai pasien AUD. Gangguan bipolar ditandai dengan adanya kombinasi antara episode mania dan depresif yang terjadi secara bergantian. Pada episode mania, pasien bipolar dapat tampak euforia, sedangkan pada episode depresif pasien akan memiliki pikiran negatif. Namun, berbeda dengan AUD, gejala mood pada bipolar terjadi episodik, dan tidak berkaitan dengan konsumsi alkohol.[22]
Gangguan Depresi
Sama seperti AUD, gangguan depresi juga termasuk salah satu gangguan psikiatrik yang paling sering ditemukan. Bahkan, tidak jarang depresi terjadi bersamaan dengan AUD. Terjadinya kedua gangguan secara bersamaan dapat meningkatkan risiko bunuh diri pasien.
Pasien alkoholisme dapat mengalami mood depresi atau anhedonia, tetapi hanya dalam jangka pendek setelah intoksikasi atau withdrawal. Setelah periode abstinensia selama 3–4 minggu gejala depresi pada AUD biasanya akan mengalami remisi.[14]
Gangguan Cemas
Pada fase negatif dari konsumsi alkohol, pasien dapat tampak gelisah, sehingga mungkin dicurigai menderita gangguan cemas. Untuk membedakan kedua diagnosis dapat dilakukan melalui anamnesis adanya riwayat konsumsi alkohol atau dengan pemeriksaan laboratorium. Namun, pasien gangguan cemas juga mungkin menggunakan alkohol sebagai upaya self medication.[5]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk alcohol use disorder dilakukan bukan untuk penegakan diagnosis, tapi untuk menilai tingkat kerusakan tubuh akibat penggunaan alkohol. Pemeriksaan laboratorium yang direkomendasikan adalah hitung darah lengkap, pemeriksaan fungsi hepar dan ginjal. Pemeriksaan hepatitis B, hepatitis C, dan human immunodeficiency virus (HIV) sebaiknya juga dilakukan bila juga ditemukan riwayat penyalahgunaan zat lain melalui jalur injeksi.[23]
Kriteria Diagnosis DSM-5
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5), alcohol use disorder (AUD) dapat didiagnosis jika terdapat pola penggunaan alkohol problematik yang menimbulkan gangguan atau distress yang signifikan secara klinis. AUD bermanifestasi sebagai setidaknya dua dari gejala berikut, selama minimal 12 bulan:
- Alkohol dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar atau dalam durasi yang lebih lama dari yang dikehendaki
- Ada keinginan terus menerus atau upaya yang gagal untuk menghentikan atau mengendalikan penggunaan alkohol
- Menghabiskan sebagian besar waktu dalam aktivitas untuk mendapatkan, menggunakan, atau pulih dari penggunaan alkohol
Craving atau keinginan yang kuat untuk menggunakan alkohol
- Kegagalan melakukan tugas di kantor, sekolah, atau di rumah sebagai akibat penggunaan alkohol yang berulang
- Terus menggunakan alkohol meskipun mengalami masalah-masalah sosial atau interpersonal yang terus menerus atau berulang, yang disebabkan atau diperburuk oleh penggunaan alkohol
- Aktivitas-aktivitas sosial, pekerjaan, atau rekreasional yang penting tidak lagi dilakukan atau menurun intensitasnya akibat penggunaan alkohol
- Terus menggunakan alkohol bahkan dalam situasi yang berbahaya secara fisik
- Penggunaan alkohol terus dilakukan meskipun mengetahui bahwa dirinya mengalami gangguan fisik atau psikologis yang terus menerus atau berulang yang sangat mungkin disebabkan oleh penggunaan alkohol
- Toleransi didefinisikan sebagai
- Konsumsi alkohol yang semakin meningkat jumlahnya untuk mencapai efek yang diinginkan atau untuk mengalami intoksikasi
- Efek yang semakin menurun ketika mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang sama
- Putus zat (withdrawal), bermanifestasi sebagai
- Tanda dan gejala sindrom putus zat
- Membutuhkan alkohol atau zat lainnya, misalnya benzodiazepine, untuk meredakan atau menghindari gejala putus zat[11]
Berdasarkan jumlah gejala yang dialami dalam kriteria DSM 5, maka AUD bisa dibagi menjadi ringan, bila hanya ada 2–3 gejala atau sedang bila mengalami 4–5 gejala. AUD berat didiagnosis bila mengalami 6 gejala atau lebih.
Kriteria Alcohol Intoxication
Kriteria diagnosis alcohol intoxication menurut DSM 5 adalah:
- Riwayat konsumsi alkohol dalam waktu dekat
- Masalah perilaku atau perubahan psikologis yang signifikan secara klinis (misalnya perilaku seksual atau agresif yang tidak sesuai, mood yang labil, hendaya penilaian) yang muncul ketika atau segera setelah konsumsi alkohol
- Satu (atau lebih) dari tanda dan gejala berikut berkembang ketika atau segera setelah konsumsi alkohol. Tanda dan gejala yang dimaksud, antara lain slurred speech, gangguan koordinasi, cara berjalan yang tidak stabil, nistagmus, gangguan perhatian dan memori, serta stupor atau koma
- Tanda dan gejala yang muncul bukan disebabkan oleh kondisi medis lainnya dan tidak bisa dijelaskan sebagai bagian dari gangguan psikiatrik lainnya[11]
Kriteria Alcohol Withdrawal atau Putus Zat
Kriteria diagnosis untuk sindrom putus zat alkohol (alcohol withdrawal) berdasarkan DSM 5 adalah:
- Penghentian/penurunan jumlah alkohol yang digunakan setelah sebelumnya terdapat riwayat penggunaan yang berat dan lama
- Dua (atau lebih) dari gejala-gejala berikut, muncul dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah penghentian (atau penurunan jumlah) konsumsi alkohol. Berbagai gejala tersebut, antara lain hiperaktivitas otonom, misalnya berkeringat atau takikardi, peningkatan tremor tangan, insomnia, mual atau muntah, serta halusinasi. Selain itu, gejala juga mungkin berupa agitasi psikomotor, kecemasan, atau kejang tonik klonik
- Tanda atau gejala menimbulkan distress atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya, dan secara klinis signifikan
- Tanda dan gejala yang muncul bukan disebabkan oleh kondisi medis lainnya dan tidak bisa dijelaskan sebagai bagian dari gangguan psikiatrik lainnya[11]
Kriteria Diagnosis ICD-10
Pada International Classification of Diseases ke-10 (ICD-10), penyalahgunaan alkohol dibagi menjadi intoksikasi akut, harmful use, sindrom ketergantungan, withdrawal atau putus zat, gangguan psikotik, sindrom amnesia, residual and late-onset psychotic disorder, gangguan mental dan perilaku lainnya, serta gangguan mental dan perilaku tidak spesifik.
Intoksikasi Akut
Menurut ICD-10, keadaan intoksikasi akut alkohol adalah suatu keadaan transien yang timbul setelah konsumsi alkohol, menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, perilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologi lainnya. Gejala intoksikasi yang timbul bergantung pada besarnya dosis yang dikonsumsi.
Pada konsumsi alkohol dengan dosis yang lebih kecil, gejala intoksikasi dapat timbul sebagai gangguan perilaku. Sedangkan pada dosis yang lebih besar dapat timbul sebagai agitasi, agresi, atau bahkan sedasi.[19]
Harmful Use
Harmful use pada AUD didefinisikan sebagai kerusakan fisik atau mental yang disebabkan oleh konsumsi alkohol. Untuk menegakkan diagnosis ini, harus ditemukan kerusakan yang nyata pada pasien, misalnya konsumsi alkohol menyebabkan perilaku melanggar hukum atau masalah pada pernikahan.[19]
Sindrom Ketergantungan
Berdasarkan ICD 10, diagnosis sindrom ketergantungan alkohol atau alcohol dependence ditegakkan jika terdapat tiga atau lebih keadaan berikut yang telah dialami atau ditunjukkan dalam dua belas bulan terakhir:
- Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan alkohol
- Kesulitan dalam mengendalikan perilaku minum alkohol sejak onset awal, usaha penghentian atau tingkat penggunaannya
- Keadaan putus zat/withdrawal secara fisiologis ketika penggunaan alkohol dihentikan atau dikurangi, atau menggunakan alkohol untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat
- Adanya bukti toleransi, berupa peningkatan dosis alkohol yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih rendah
- Secara progresif mengabaikan kegiatan rekreatif lainnya karena penggunaan alkohol, disertai penambahan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan efek zat
- Terus menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya[19]
Sindroma Putus Zat atau Withdrawal
Sindroma putus zat atau withdrawal ditandai dengan munculnya sekelompok gejala akibat penghentian absolut atau parsial dari penggunaan alkohol setelah konsumsi jangka panjang atau dosis besar. Gejala yang dapat timbul dapat berupa ansietas, depresi, gangguan tidur, kejang, dan delirium.[19]
Gangguan Psikotik akibat Alkohol
Gangguan psikotik yang muncul saat atau segera setelah konsumsi alkohol. Gejala gangguan psikotik yang dapat timbul meliputi halusinasi, misidentifikasi, delusi, gangguan psikomotor, dan afek abnormal. Kelompok diagnosis ini meliputi alcoholic hallucinosis, alcoholic paranoia, dan alcoholic jealousy.[19]
Sindrom Amnesia
Pasien alcohol use disorder (AUD) dapat digolongkan dalam sindrom amnesia apabila setelah konsumsi alkohol didapatkan gejala berikut :
- Gangguan memori yang ditunjukan dengan gangguan pada memori terbaru, gangguan orientasi waktu
- Tidak terdapat masalah dalam immediate recall, kesadaran, atau gangguan kognitif secara umum
- Riwayat atau bukti objektif dari penggunaan alkohol secara kronik[19]
Residual and Late-Onset Psychotic Disorder
Residual and late-onset psychotic disorder adalah keadaan dimana ditemukan perubahan kognitif, afek, kepribadian, atau perilaku yang timbul saat seharusnya pengaruh alkohol sudah hilang. Keadaan ini hanya bisa didiagnosis jika terdapat bukti bahwa keadaan yang dialami pasien memang betul-betul disebabkan oleh efek residu dari pengaruh alkohol.[19]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra