Epidemiologi Depresi
Data epidemiologi depresi menunjukkan bahwa gangguan ini merupakan penyebab disabilitas kedua tertinggi di seluruh dunia.[9] Depresi juga dilaporkan sebagai penyebab disabilitas utama pada remaja dan merupakan kontributor utama perilaku bunuh diri.[17]
Global
Depresi dilaporkan mempengaruhi lebih dari 300 juta orang di dunia dan bertanggung jawab untuk mayoritas kasus bunuh diri setiap tahunnya.[18] Secara global, prevalensi depresi adalah 3,8%. Prevalensi dilaporkan sebesar 5% pada kelompok usia dewasa dan meningkat menjadi 5,7% pada lansia.[19] Prevalensi depresi dilaporkan meningkat selama pandemi COVID-19.[12,20]
Depresi lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki.[7] Depresi jug lebih sering ditemukan pada pasien dengan penyakit fisik berat dan penyakit kronis, misalnya diabetes mellitus, stroke, dan kanker. Prevalensi depresi pada pasien dengan kanker dilaporkan 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum.[4,5]
Di Amerika Serikat, prevalensi depresi diperkirakan sebesar 8% pada kelompok usia 12 tahun ke atas. Depresi dilaporkan menyumbang 3,7% dari semua kecacatan di Amerika Serikat setiap tahunnya.[8]
Indonesia
Pada tahun 2019, dilaporkan bahwa prevalensi depresi di Indonesia adalah 3,7% berdasarkan data Indonesia Family Life Survey (IFLS). Meski begitu, responden yang melaporkan gejala depresi mencapai 23,47%.[21,22]
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 melaporkan prevalensi depresi di Indonesia sebesar 6,2%. Prevalensi depresi ditemukan semakin meningkat seiring usia. Prevalensi tertinggi dilaporkan pada kelompok usia 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 8,9%. Pada kelompok usia 65-74 tahun, prevalensi dilaporkan sebesar 8,0%. Pada kelompok usia 55-64 tahun, prevalensi dilaporkan sebesar 6,5%.[36]
Mortalitas
Pasien depresi mengalami peningkatan risiko bunuh diri. Peningkatan risiko bunuh diri pada pasien dengan gangguan afektif, termasuk depresi, adalah sebesar 0,5% hingga 4% seumur hidup dibandingkan dengan populasi umum.
Depresi adalah faktor risiko utama bunuh diri pada pria berusia lebih tua. Tingkat bunuh diri pada populasi ini juga dilaporkan meningkat seiring usia. Lansia pria yang berusia 75 tahun ke atas memiliki insidensi bunuh diri tahunan tertinggi dibandingkan kelompok usia lainnya, yaitu 39 kematian per 100.000 pria. Angka ini jauh di atas jenis kelamin wanita dalam kelompok usia yang sama, yaitu 4 kematian per 100.000 wanita 75 tahun ke atas.[8]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan