Pendahuluan Fobia Spesifik
Fobia spesifik ditandai oleh adanya ketakutan yang jelas dan nyata atau kecemasan berlebihan yang timbul secara konsisten terhadap paparan atau antisipasi terhadap paparan objek atau situasi spesifik yang tidak proporsional dengan bahaya yang dihadapi. Selain itu, pasien juga biasanya secara konsisten menghindari objek atau situasi pemicu tersebut. Contoh fobia spesifik adalah acrophobia (fobia ketinggian), ophidiophobia (fobia ular), arachnophobia (fobia laba-laba), dan aerophobia (fobia terbang).[1,2]
Etiologi pasti gangguan fobia spesifik belum diketahui, namun diperkirakan berhubungan dengan paparan trauma atau stressor negatif yang menimbulkan respon ketakutan. Gangguan ini lebih banyak ditemukan pada perempuan dan prevalensinya cenderung menurun seiring usia, serta kembali tinggi pada lansia.[2,3]
Diagnosis fobia spesifik ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis dalam ICD 11 atau DSM 5. Penegakan diagnosis dilakukan dengan anamnesis, serta tidak ada pemeriksaan fisik dan penunjang yang spesifik untuk menegakkan diagnosis fobia spesifik. Fobia spesifik perlu didiagnosis banding dengan gangguan fobia lainnya, seperti agorafobia dan fobia sosial atau gangguan kecemasan sosial, dan gangguan cemas yang dipicu oleh stressor spesifik lain, misalnya gangguan obsesif kompulsif dan gangguan cemas perpisahan.[2]
Terapi pada fobia spesifik direkomendasikan menggunakan intervensi berbasis paparan berulang, terapi kognitif, teknik relaksasi, dan farmakoterapi jangka pendek. Farmakoterapi jangka panjang tidak direkomendasikan karena risiko efek samping dan penyalahgunaan. Bila tidak ditangani dengan baik, biasanya fobia spesifik akang berlangsung kronis dan menimbulkan gangguan pada fungsi individual.[4]