Diagnosis Fobia Spesifik
Diagnosis fobia spesifik ditandai dengan ketakutan yang tidak masuk akal terkait dengan objek atau situasi tertentu, penghindaran objek atau situasi tersebut, persistensi rasa takut, dan gangguan yang signifikan secara klinis terkait dengan ketakutan atau penghindaran. Contoh fobia spesifik adalah acrophobia (fobia ketinggian), arachnophobia (fobia laba-laba), aerophobia (fobia terbang), dan ophidiophobia (fobia ular).
Objek atau situasi yang ditakuti pasien tidak benar-benar menimbulkan bahaya yang ditakuti. Seseorang dapat didiagnosis fobia spesifik bila ketakutan berlangsung selama lebih dari 6 bulan.
Anamnesis
Keluhan utama fobia spesifik umumnya adalah ketakutan atau kecemasan yang berlebihan terhadap suatu objek atau situasi spesifik yang tidak proporsional dengan tingkat bahayanya. Karena ketakutan atau kecemasan ini, biasanya pasien mempunyai kebiasaan atau perilaku spesifik untuk menghindari objek atau situasi pemicu. Pemicu dari fobia spesifik dapat berupa:
- Binatang: anjing, ular, laba-laba
- Benda alami atau lingkungan: air, ketinggian, laut
- Darah, injeksi, atau cedera: pisau, takut dengan dokter gigi
- Situasi: berada di ruang sempit tertutup, naik pesawa
- Kondisi lain: misalnya takut tersedak[4,5]
Pada pasien dengan fobia spesifik juga perlu dilakukan penilaian mengenai tingkat gangguan fungsi yang timbul akibat ketakutan atau kecemasan serta perilaku menghindarnya.[1,2] Fobia seringkali sudah terjadi dalam periode lama sebelum akhirnya menimbulkan gangguan klinis yang signifikan dan menimbulkan gangguan fungsi yang signifikan.[5]
Pada gangguan fobia, seringkali juga perlu digali mengenai adanya riwayat peristiwa traumatik, serangan panik, atau paparan berlebihan terhadap informasi traumatik.[2]
Ketika melakukan wawancara untuk fobia spesifik sebaiknya berhati-hati dan dengan penuh empati. Hal ini karena umumnya pasien menunda mencari pertolongan medis karena merasa malu dengan gangguan yang dialami.[5]
Komponen-komponen yang harus digali ketika melakukan anamnesis adalah:
- Menggali kecemasan yang timbul pada situasi fobik dan alasan perilaku menghindar. Hal ini mencakup takut terhadap bahaya yang mengancam (misalnya takut pesawat jatuh pada fobia terbang), gejala-gejala fisiologis cemas (misalnya pingsan pada fobia jarum suntik), dan kekhawatiran akan kehilangan kendali (misalnya takut mengalami serangan panik dan kehilangan kendali pada fobia menyetir)
- Menggali prediktabilitas respon ketakutan atau kecemasan. Respon takut atau cemas selalu timbul dengan paparan stimulus fobik
- Menggali perilaku-perilaku keamanan yang dilakukan untuk mengurangi rasa takut atau cemas. Perilaku ini dilakukan untuk mencegah kejadian yang ditakutkan atau untuk mengantisipasi ancaman. Perilaku keamanan ini mencakup melarikan diri atau menghindari paparan
- Menggali defisit ketrampilan yang timbul akibat fobianya, misalnya tidak bisa menyetir pada mereka yang mengalami fobia menyetir[5,6]
Acrophobia
Pada acrophobia, pasien mengalami ketakutan dan kecemasan yang intens ketika memikirkan ketinggian atau diposisikan pada ketinggian. Rasa cemas tentang ketinggian adalah normal dan kebanyakan orang akan berhati-hati ketika berada di tempat yang tinggi. Namun, pasien dengan acrophobia mengalami ketakutan yang intens dan tidak masuk akal ketika dihadapkan dengan ketinggian, termasuk situasi sehari-hari seperti menaiki tangga, berdiri di dekat balkon, atau memarkir mobil di area parkir beberapa lantai.[13]
Arachnophobia
Arachnophobia adalah fobia spesifik terhadap laba-laba, termasuk sarang laba-laba. Pasien arachnophobia akan mengalami kecemasan dan ketakutan yang irasional terhadap laba-laba hingga mengganggu aktivitas. Misalnya pasien menghindari pergi piknik, mendaki, atau Halloween bersama teman dan keluarga karena fobianya.[7,14]
Aerophobia
Gejala aerophobia, atau disebut juga aviophobia, serupa dengan fobia spesifik lainnya, yaitu ketakutan dan keemasan yang intens dan irasional. Pasien dengan aerophobia bisa mengalami rasa menggigil, sensasi tersedak, disorientasi, gangguan pencernaan, gemetar, sesak napas, hingga serangan panik saat akan melakukan perjalanan udara.[15,16]
Ophidiophobia
Ophidiophobia adalah fobia terhadap ular. Pasien tidak saja mengalami ketakutan dan kecemasan apabila dekat dengan ular, tapi juga bila memikirkan ular atau terpapar benda yang menyerupai ular. Sama seperti fobia spesifik lainnya, kecemasan dan ketakutan yang timbul tidak proporsional dengan bahaya yang sebenernya.[17]
Membedakan Ketakutan dengan Fobia
Ketakutan adalah emosi yang dipicu oleh situasi yang menimbulkan risiko bagi keselamatan diri atau orang lain dirasakan. Ketakutan adalah kondisi emosional yang wajar, natural, dan didasari adanya ancaman yang proporsional.
Sementara itu, pada fobia terjadi ketakutan, kecemasan, dan preokupasi yang berlebihan. Kondisi ini menetap dan tidak proporsional dengan ancaman yang menginduksinya. Pasien juga akan mengalami hendaya bermakna dalam aktivitas hariannya.[19]
Pemeriksaan Fisik
Tidak ada pemeriksaan fisik spesifik yang diperlukan untuk penegakan diagnosis fobia spesifik.
Pemeriksaan Kecemasan Fobik
Berbeda dengan ketakutan biasa, ketakutan fobik biasanya berupa:
- Ketakutan berlebihan dan tidak sesuai dengan ancaman yang dihadapi
- Tidak bisa dihilangkan dengan penjelasan rasional
- Tidak bisa dikendalikan secara sadar
- Menyebabkan pasien melakukan perilaku menghindari
- Bersifat maladaptif dan persisten
- Tidak spesifik untuk umur atau tahapan umur tertentu[5]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gangguan fobia spesifik adalah agorafobia, gangguan kecemasan sosial (dulu disebut fobia sosial), cemas perpisahan, gangguan panik, gangguan obsesif kompulsif, post traumatic stress disorder (PTSD), gangguan makan, dan schizophrenia.[2,5]
Agorafobia dan Gangguan Kecemasan Sosial
Fobia yang terkait dengan situasi tertentu mungkin menyerupai agorafobia. Pemicu agorafobia adalah minimal 2 dari 5 hal berikut, yaitu menggunakan transportasi umum, berada di tempat terbuka, berada di tempat tertutup, mengantri atau di tempat ramai, atau berada di luar rumah sendirian. Bila hanya takut terhadap salah satu situasi saja, maka diagnosis yang tepat adalah fobia spesifik.[2,5]
Gangguan kecemasan sosial juga menyerupai fobia dengan situasi tertentu. Hanya saja pada gangguan kecemasan sosial, yang ditakuti bukan situasi, namun takut dengan evaluasi negatif dalam situasi tersebut.[2,4,5]
Gangguan Cemas Perpisahan
Gangguan ini sangat mirip dengan fobia spesifik, namun pemicunya adalah perpisahan dengan pengasuh utama atau figure attachment. Gangguan cemas perpisahan lebih sering ditemukan pada anak dibandingkan dengan fobia spesifik.[2,5]
Gangguan Panik
Pasien dengan fobia mungkin akan mengalami serangan panik bila berhadapan dengan objek atau situasi yang ditakuti. Pada gangguan panik, serangan panik bisa timbul kapanpun dan tidak terikat dengan stressor spesifik.[2,5]
Gangguan Obsesif Kompulsif
Bila ketakutan atau kecemasan terhadap objek atau situasi adalah akibat dari adanya obsesi (misalnya takut dengan darah karena ada pikiran obsesif terkontaminasi HIV), maka sebaiknya ditegakkan diagnosis gangguan obsesif kompulsif.[2]
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Bila kecemasan dan ketakutan timbul pasca terpapar trauma, maka perlu dicurigai adanya PTSD. Namun, pada PTSD harus ditemukan gejala-gejala hyperarousal, flashback, nightmare, dan re-experiencing. Bila hal ini tidak terpenuhi, maka diagnosis fobia spesifik sebaiknya ditegakkan.[2,5]
Gangguan Makan
Diagnosis gangguan makan anoreksia atau bulimia nervosa sebaiknya ditegakkan bila perilaku menghindar spesifik adalah hanya terhadap makanan atau hal-hal terkait makanan.[2,5]
Illness Anxiety Disorder
Pasien yang mengeluhkan keluhan fisik yang spesifik, misalnya ketakutan mengalami penyakit tertentu karena mengalami gejala-gejala penyakit, sehingga menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk memeriksakan diri lebih cocok didiagnosis mengalami illness anxiety disorder. Pasien mungkin muncul dengan ketakutan tidak rasional akan menjadi sakit karena sesuatu, atau tetap meyakini dirinya sakit meskipun telah berulang-ulang diperiksa dan hasilnya normal.[5]
Schizophrenia
Bila ketakutan, kecemasan, maupun perilaku menghindar timbul akibat pikiran delusional yang tidak wajar, maka diagnosis schizophrenia sebaiknya dipertimbangkan.[2]
Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis fobia spesifik ditegakkan berdasarkan kriteria yang terdapat dalam DSM 5 atau ICD 11.
Kriteria Diagnostik Berdasarkan DSM-5
Kriteria diagnosis fobia spesifik berdasarka DSM 5 adalah:
- Ketakutan atau kecemasan yang jelas mengenai objek atau situasi spesifik. Pada anak-anak, hal ini bisa berupa perilaku tantrum, menangis, terpaku, atau tidak mau lepas dari pengasuhnya.
- Objek atau situasi tersebut segera menimbulkan respon takut atau cemas ketika terpapar
- Objek atau situasi tersebut dihindari secara aktif atau dihadapi tapi dengan penuh ketakutan atau kecemasan
- Ketakutan atau kecemasan yang dialami tidak sebanding dengan bahaya yang ditimbulkan oleh objek atau situasi tersebut menurut konteks sosiokultural
- Ketakutan, kecemasan, atau perilaku menghindar bersifat persisten, biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan
- Ketakutan, kecemasan, atau perilaku menghindar menimbulkan distress atau gangguan signifikan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya
- Gejala-gejala yang dialami tidak bisa dijelaskan oleh adanya gangguan mental lainnya.[2]
Kriteria Diagnosis Berdasarkan ICD 11
Menurut kriteria dalam ICD 11, fobia spesifik ditandai oleh adanya
- Ketakutan atau kecemasan yang jelas dan berlebihan yang timbul secara konsisten terhadap paparan atau antisipasi paparan objek atau situasi tertentu yang tidak sesuai dengan tingkat bahaya sebenarnya
- Objek atau situasi yang menimbulkan reaksi fobia selalu dihindari atau bila terpaksa, dihadapi dengan ketakutan atau kecemasan yang intens
- Gejala berlangsung setidaknya selama beberapa bulan dan cukup berat untuk menimbulkan distress atau gangguan yang signifikan dalam fungsi pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan, atau area fungsi penting lainnya[1]