Epidemiologi Fobia Spesifik
Data epidemiologi menunjukkan bahwa fobia spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang paling umum pada populasi, dengan perkiraan prevalensi seumur hidup berkisar antara 7,7% hingga 12,5% dan prevalensi 12 bulan berkisar antara 2% hingga 8,8%.[8]
Global
Prevalensi gangguan fobia spesifik di negara-negara Amerika dan Eropa diperkirakan sebesar 7% hingga 9%. Sementara itu, di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin prevalensinya lebih rendah, yaitu sebesar 2% hingga 4%.
Prevalensi pada anak-anak sebesar 5% dan pada remaja usia 13-17 tahun adalah sebesar 16%. Prevalensi pada usia yang lebih tua adalah 3-5%.[2] Namun, sebuah penelitian di Eropa menemukan bahwa pada lansia, prevalensi fobia spesifik kembali meningkat menjadi hingga 17,2%.[3]
Gangguan fobia spesifik lebih banyak dialami perempuan dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 2:1. Pemicu pada perempuan lebih banyak berupa binatang dan peristiwa alam, sementara pada laki-laki berupa darah, injeksi, atau cedera.[2,3]
Berdasarkan jenis objek atau situasi pemicunya, yang paling banyak ditemukan adalah fobia terhadap lingkungan (13,2%), binatang (7,9%), dan darah atau cedera (3,0%).[4]
Indonesia
Belum ada penelitian yang secara spesifik mengukur epidemiologi fobia spesifik di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa prevalensi gangguan cemas di Indonesia adalah 6%.[9]
Mortalitas
Individu dengan fobia spesifik mempunyai kemungkinan sampai 60% untuk melakukan percobaan bunuh diri. Hal ini diduga terkait dengan adanya komorbiditas gangguan kepribadian dan gangguan cemas lainnya.[2]