Diagnosis Gangguan Bipolar
Diagnosis gangguan bipolar ditegakkan dengan adanya episode manik atau hipomanik berulang, dengan/atau tanpa episode depresi. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis dalam ICD–X atau DSM–5.
Anamnesis
Diagnosis gangguan bipolar dilakukan dengan anamnesis lengkap untuk mengetahui status mental dan perjalanan penyakit dan episode yang dialami pasien saat ini. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti untuk melacak urutan munculnya tanda dan gejala gangguan mood yang dialami.[5]
Keluhan utama gangguan bipolar seringkali adalah perubahan mood yang patologis. Perubahan ini bisa berupa peningkatan mood yang mengarah ke manik, penurunan yang mengarah ke depresi, atau keduanya. Perubahan mood ini tidak proporsional dengan stressor yang dialami oleh pasien, dapat timbul tanpa adanya stressor sama sekali.
Kecemasan, iritabilitas, dan kemarahan juga bisa menyertai keluhan pasien, terutama pada episode manik. Pada episode manik juga umumnya ditemukan peningkatan mood dan percaya diri, peningkatan aktivitas dan penurunan kebutuhan tidur, waham seperti waham kebesaran, serta peningkatan gairah seksual.[1,2]
Keluhan yang sering ditemukan pada episode depresi adalah penurunan mood, penurunan kognitif, dan retardasi psikomotor. Gejala lain yang dikeluhkan biasanya berupa sensitivitas terhadap stimulus negatif maupun stimulus menyenangkan, tidak mampu menikmati kesenangan, anhedonia, afek tumpul, apati, atau penurunan gairah seksual.[1]
Setiap kali menemukan pasien dengan keluhan manik, perlu ditelusuri apakah pasien pernah mengalami episode hipomanik, manik, atau depresi sebelumnya. Begitu pula pada pasien dengan depresi.
Pasien dengan gangguan bipolar, baik episode depresi, manik, maupun campuran, harus dinilai kemungkinan mengalami gejala psikotik, gangguan kognitif, bunuh diri, perilaku kekerasan, perilaku berisiko, perilaku seksual berbahaya, dan penyalahgunaan zat.[2,5]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding untuk gangguan bipolar adalah depresi unipolar. Untuk gangguan bipolar dengan gejala psikotik, maka harus didiagnosis banding dengan gangguan skizoafektif.[1,9]
Depresi Unipolar
Secara klinis, membedakan gangguan bipolar dengan depresi unipolar sangat sulit dan masih menjadi perdebatan. Berbagai ahi menyarankan agar kedua penyakit ini direpresentasikan saja menjadi gangguan afektif dengan berbagai spektrum klinis.[1]
Gangguan Skizoafektif
Gangguan skizoafektif adalah gangguan mental episodik yang menunjukkan gejala gangguan afektif dan skizofrenia dalam satu episode penyakit yang sama. Diagnosis gangguan skizoafektif ditegakkan bila gejala tidak memenuhi kriteria skizofrenia dan gangguan afektif.[1,9]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai dengan gejala klinis dan kebutuhan, tetapi tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosis gangguan bipolar.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan kadar thyroid stimulating hormone (TSH), toksikologi urin dan darah, hitung darah lengkap, kimia darah, dan laju endap darah. Pemeriksaan penunjang lain yang mungkin diperlukan adalah elektroensefalografi.[5]
Kriteria Diagnostik ICD–X
Gangguan bipolar ditandai dengan adanya episode berulang dimana afek pasien dan tingkat aktivitas atau perilakunya mengalami gangguan yang terlihat jelas. Episode–episode ini bisa terdiri dari peningkatan afek disertai dengan peningkatan energi dan aktivitas (manik atau hipomanik) dan bisa juga berupa penurunan afek disertai berkurangnya energi dan aktivitas (depresi).[10]
Biasanya di antara episode manik/hipomanik dan depresi, terdapat periode recovery. Pada episode berulang, hanya hipomanik atau manik saja juga digolongkan sebagai gangguan bipolar.
Episode manik biasanya dimulai dengan tiba–tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4–5 bulan. Depresi cenderung berlangsung lebih lama, rata–rata sekitar 6 bulan, meskipun jarang melebihi setahun kecuali pada orang lanjut usia.[10]
Kriteria Hipomanik
Hipomanik ditandai dengan abnormalitas afek yang meningkat atau berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang–kurangnya beberapa hari berturut–turut, tanpa adanya halusinasi atau waham.[10]
Peningkatan afek disertai dengan peningkatan energi dan aktivitas, serta perasaan meningkatnya efisiensi fisik dan mental. Terdapat pula peningkatan sosialisasi, banyak bicara, perilaku terlalu akrab, peningkatan energi seksual, dan penurunan kebutuhan tidur.
Terdapat dampak yang nyata terhadap kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan diagnosis hipomanik. Akan tetapi, bila gangguannya berat atau menyeluruh, diagnosis manik harus ditegakkan.[10]
Kriteria Mania
Terdapat peningkatan mood yang berlebihan mulai dari perasaan senang berlebihan sampai ekstasi yang tidak terkendali. Elasi biasanya disertai dengan peningkatan energi yang menimbulkan aktivitas berlebihan, bicara keras dan cepat, dan penurunan kebutuhan tidur.
Pada pasien manik, inhibisi normal hilang, mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian, sehingga perhatian sangat mudah teralih. Gejala psikotik berupa waham kebesaran atau halusinasi dapat muncul. Harga diri seringkali melambung dan terdapat ide–ide kebesaran atau optimis berlebihan. Pasien mungkin akan menjadi sangat boros, konsumtif, agresif, atau mencari perhatian dalam situasi yang tidak tepat.[10]
Episode ini berlangsung setidaknya 1 minggu dan harus cukup berat untuk mengganggu pekerjaan dan aktivitas sosial sepenuhnya.[10]
Kriteria Episode Depresi
Depresi ditandai dengan adanya minimal 2 dari 3 tanda depresi, yaitu anergia, anhedonia, dan afek depresif.[10]
Gejala–gejala berikut diikuti oleh beberapa gejala sekunder
- Penurunan fokus dan perhatian
- Penurunan percaya diri
- Ide bersalah atau tidak berharga
- Pandangan pesimistis terhadap masa depan
- Ide atau perilaku self harm atau bunuh diri
- Gangguan tidur
- Penurunan nafsu makan[10]
Gejala–gejala ini berlangsung selama minimal 2 minggu.[10]
Kriteria Episode Campuran
Pasien sekurangnya mengalami satu riwayat episode afektif hipomanik, manik, depresi atau campuran, serta saat ini memperlihatkan gejala campuran atau perubahan cepat gejala manik dan depresi.[10]
Kriteria Diagnostik DSM–5
Pada kriteria DSM–5, gangguan bipolar dibagi menjadi gangguan bipolar I dan gangguan bipolar II.
Diagnosis gangguan bipolar I ditegakkan apabila:
- Pasien memenuhi kriteria episode manik. Episode ini bisa didahului atau diikuti oleh episode hipomanik atau depresi berat[9]
Gangguan bipolar II ditegakkan apabila:
- Pasien memenuhi kriteria episode hipomanik saat ini atau riwayat sebelumnya, dan kriteria untuk episode saat ini atau riwayat depresi berat[9]
Episode Manik
Terdapat periode dimana mood meningkat, ekspansif, atau iritabel secara abnormal dan persisten, peningkatan aktivitas bertujuan atau energi, serta berlangsung selama minimal 1 minggu.[9]
Selama periode ini terdapat 3 atau lebih gejala berikut (atau 4 bila hanya ada mood iritabel) secara signifikan dan jelas terlihat sebagai perubahan dari perilaku sehari–hari:
- Percaya diri yang meningkat atau kebesaran
- Penurunan kebutuhan tidur
- Lebih banyak berbicara atau penekanan dalam intonasi pembicaraan
- Flight of ideas
- Perhatian mudah beralih
- Peningkatan aktivitas yang bertujuan atau agitasi psikomotor
- Keterlibatan dalam perilaku berisiko atau membahayakan[9]
Gejala–gejala ini menimbulkan gangguan sosial atau pekerjaan yang signifikan atau sampai membutuhkan rawat inap.
Gejala-gejala ini bukan disebabkan oleh penggunaan zat.[9]
Episode Hipomanik
Terdapat periode dimana mood meningkat, ekspansif, atau iritabel secara abnormal dan persisten, peningkatan aktivitas bertujuan atau energi, berlangsung selama setidaknya 4 hari.[9]
Selama periode ini terdapat 3 atau lebih gejala berikut (atau 4 bila hanya ada mood iritabel) secara signifikan dan jelas terlihat sebagai perubahan dari perilaku sehari–hari.
- Percaya diri yang meningkat atau kebesaran
- Penurunan kebutuhan tidur
- Lebih banyak berbicara atau penekanan dalam intonasi pembicaraan
- Flight of ideas
- Perhatian mudah beralih
- Peningkatan aktivitas yang bertujuan atau agitasi psikomotor
- Keterlibatan dalam perilaku berisiko atau membahayakan
Episode ini berhubungan dengan perubahan fungsi yang jelas, berbeda dengan perilaku pasien ketika asimtomatik.
Perubahan mood dan perubahan fungsi bisa diamati oleh orang lain.[9]
Episode tidak cukup berat untuk menimbulkan gangguan dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau sampai membutuhkan rawat inap.
Gejala–gejala ini bukan disebabkan oleh penggunaan zat.[9]
Episode Depresi
Lima atau lebih gejala–gejala berikut harus ada selama 2 minggu dan menimbulkan perubahan fungsi; dan setidaknya salah satu dari afek depresif atau anhedonia:
Mood depresif pada sebagian besar hari–hari atau setiap hari
- Penurunan minat untuk aktivitas menyenangkan atau melakukan hobi
- Penurunan berat badan signifikan meskipun tidak sedang menjalani diet atau penambahan berat badan; peningkatan atau penurunan nafsu makan
- Insomnia atau hipersomnia
- Agitasi atau retardasi psikomotor
- Merasa lelah atau kehilangan energi
- Merasa tidak berharga atau bersalah
- Penurunan kemampuan berpikir atau konsentrasi, atau tidak mampu mengambil keputusan
- Pikiran berulang mengenai kematian, ide bunuh diri, atau percobaan bunuh diri[9]
Gejala–gejala tersebut menimbulkan distress atau gangguan signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
Gejala–gejala ini bukan disebabkan oleh penggunaan zat.[9]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli