Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Mutisme Selektif general_alomedika 2024-12-19T11:45:47+07:00 2024-12-19T11:45:47+07:00
Mutisme Selektif
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Mutisme Selektif

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Diagnosis mutisme selektif ditegakkan berdasarkan kriteria dalam DSM 5 atau ICD 11. Umumnya, anak dengan mutisme selektif memiliki kemampuan wicara yang baik, tetapi mereka menolak berbicara pada situasi sosial tertentu seperti sekolah.[3,4,8]

Anak bisa saja menggunakan metode komunikasi nonverbal sebagai gantinya, misalnya menggeram, menunjuk, atau menulis. Diagnosis sebagian besar bisa ditegakkan berdasarkan wawancara dan observasi perilaku.[3,4,8,9]

Anamnesis

Keluhan utama anak dengan mutisme selektif biasanya adalah anak hanya diam saja selama di kelas, tidak merespon secara verbal pertanyaan atau perintah guru, atau tidak pernah mencoba berkomunikasi dengan teman-temannya. Meskipun begitu, perilaku anak di rumah biasanya normal. Sikap diam di lingkungan sosial tersebut dapat berdampak signifikan pada fungsi anak di sekolah, prestasi belajar, dan kehidupan sosial anak.[1,10]

Perkembangan bahasa anak dengan mutisme selektif umumnya normal. Tetapi, anak tidak mau memulai pembicaraan atau membalas ketika diajak berbicara orang dalam konteks interaksi sosial. Anak mungkin saja menggunakan cara komunikasi nonverbal dalam situasi-situasi sosial, atau memilih satu anggota keluarga atau teman sebagai penerjemah ucapannya. Kemudian, ketika berada di lingkungan yang lebih familiar, seperti di rumah, anak mau berbicara dengan nyaman.[1,3]

Selain menggali mengenai kondisi anak, anamnesis juga perlu berfokus pada faktor risiko yang diduga berkaitan. Hal ini mungkin mencakup riwayat gangguan cemas di keluarga, riwayat fobia sosial dan mutisme selektif, serta kemungkinan post traumatic stress disorder (PTSD). Anamnesis juga perlu menyelidiki bagaimana hubungan anak dengan orang tua, serta bagaimana dinamika internal di keluarga.[3]

Pemeriksaan Fisik

Tidak ada pemeriksaan fisik spesifik yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis mutisme selektif. Meski begitu, dalam pemeriksaan anak mungkin akan menampakkan tanda-tanda fisik dari kecemasan, seperti takikardia, peningkatan tekanan darah, dan tangan atau kaki berkeringat. Anak yang berusia lebih tua bisa menampilkan perilaku agresif ketika diperiksa, misalnya menolak diperiksa atau menunjukkan kemarahan ketika diperiksa.[11]

Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan penunjang spesifik untuk mutisme selektif. Pemeriksaan audiometri umumnya tidak diperlukan karena biasanya pasien bisa berbicara normal dalam lingkungan yang familiar, seperti lingkungan rumah atau keluarga.

Untuk menunjang penegakan diagnosis, bisa dilakukan pemeriksaan dengan instrumen. Ada dua instrumen yang digunakan secara kombinasi, yaitu School Speech questionnaire (SSQ) dan Selective Mutism questionnaire (SMQ). SSQ berisi 6 pertanyaan dengan skala Likert yang diisi oleh guru di sekolah mengenai perilaku bicara anak di sekolah. SMQ berisi 32 pertanyaan dengan skala Likert yang diisi oleh orang tua mengenai perilaku bicara anak di rumah, sekolah, dan tempat umum.[2]

Kriteria Diagnosis Berdasarkan DSM 5

Kriteria diagnosis untuk mutisme selektif berdasarkan DSM 5 adalah sebagai berikut:

  1. Kegagalan yang konsisten untuk berbicara pada situasi-situasi sosial tertentu dimana pasien diharapkan berbicara (misalnya di sekolah) meskipun mampu berbicara normal pada situasi lainnya
  2. Gangguan yang terjadi menyebabkan masalah dalam pendidikan atau pekerjaan atau dengan komunikasi sosial
  3. Durasi gangguan ini minimal 1 bulan dan tidak pada bulan pertama sekolah
  4. Ketidakmampuan berbicara bukan disebabkan karena kurangnya pengetahuan atau ketidaknyamanan dengan bahasa atau ketentuan bahasa yang diperlukan dalam situasi tersebut
  5. Gangguan yang timbul tidak bisa dijelaskan oleh adanya gangguan komunikasi (misalnya gangguan kefasihan berbicara dengan awitan pada masa kanak) dan tidak muncul pada kondisi-kondisi seperti autisme spectrum disorder, schizophrenia, atau gangguan psikotik lain[1]

Kriteria Diagnosis Berdasarkan ICD 11

Mutisme selektif dalam ICD 11 digambarkan sebagai gangguan yang ditandai oleh adanya perilaku berbicara yang selektif secara konsisten, misalnya anak mampu menunjukkan kemampuan atau kompetensi bahasa yang memadai pada situasi sosial tertentu (seringkali di rumah), tapi gagal untuk berbicara pada situasi sosial lainnya (seringkali di sekolah).

Gangguan ini berlangsung setidaknya 1 bulan, tapi tidak pada bulan pertama sekolah, dan dengan tingkat keparahan yang menyebabkan gangguan pada prestasi sekolah atau komunikasi sosial. Kegagalan bicara bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau ketidaknyamanan dengan bahasa yang digunakan atau diperlukan dalam situasi sosial, misalnya pada kasus dimana bahasa yang digunakan di sekolah dan di rumah berbeda.[12]

Diagnosis Banding

Mutisme selektif perlu dibedakan dari gangguan komunikasi, gangguan psikotik, dan gangguan neurodevelopmental seperti autism spectrum disorder.

Gangguan Komunikasi

Mutisme selektif harus dibedakan dari gangguan komunikasi akibat gangguan wicara, gangguan bunyi bahasa, gagap, ataupun gangguan komunikasi sosial. Berbeda dengan mutisme selektif dimana pasien hanya menunjukkan gejala di keadaan tertentu (misal, sekolah) saja, sikap diam pada gangguan komunikasi tersebut tidak terbatas pada konteks sosial tertentu.

Gangguan Psikotik

Pasien dengan schizophrenia ataupun gangguan psikotik lain dapat memiliki keterbatasan kemampuan bicara. Berbeda dengan pasien psikosis, anak dengan mutisme selektif akan bersikap normal dalam situasi sosial yang familiar, misalnya lingkungan rumah.

Gangguan Neurodevelopmental

Pasien dengan autisme, sindrom Asperger ataupun disabilitas intelektual menunjukkan sikap diam sebagai manifestasi klinis dari defek yang dialami. Sikap diam akan tetap ada terlepas dari konteks sosial, sehingga akan berbeda dengan mutisme selektif. Pasien dengan gangguan neurodevelopmental juga akan menunjukkan fitur klinis yang khas sesuai diagnosis, seperti kurangnya kontak mata pada anak dengan autisme.[1,3-5]

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 5th ed. Arlington, VA: American Psychiatric Association; 2013.
2. Oerbeck B, Overgaard KR, et al. Treatment of selective mutism: a 5-year follow-up study. Eur Child Adolesc Psychiatry. 2018;27(8):997-1009. doi:10.1007/s00787-018-1110-7
3. Bernstein BE. Pediatric Social Phobia and Selective Mutism: Background, Pathophysiology, Epidemiology. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/917147-overview
4. Wong P. Selective mutism: a review of etiology, comorbidities, and treatment. Psychiatry (Edgmont). 2010;7(3):23-31.
5. Muris P, Ollendick TH. Current Challenges in the Diagnosis and Management of Selective Mutism in Children. Psychol Res Behav Manag. 2021;14:159-167. Published 2021 Feb 16. doi:10.2147/PRBM.S274538
8. Hua A, Major N. Selective mutism. Current Opinion in Pediatrics 2016;28:114–20.
9. Kearney CA, Rede M. The Heterogeneity of Selective Mutism: A Primer for a More Refined Approach. Front Psychol. 2021;12:700745. Published 2021 Jun 10. doi:10.3389/fpsyg.2021.700745
10. Muris P, Ollendick TH. Selective Mutism and Its Relations to Social Anxiety Disorder and Autism Spectrum Disorder. Clin Child Fam Psychol Rev 2021;24:294–325.
11. Diliberto RA, Kearney CA. Anxiety and oppositional behavior profiles among youth with selective mutism. Journal of Communication Disorders 2016;59:16–23.
12. WHO. International Classification of Disease 11 for Mortality and Morbidity Statistic. 2019. https://icd.who.int/browse11/l-m/en

Epidemiologi Mutisme Selektif
Penatalaksanaan Mutisme Selektif

Artikel Terkait

  • Olahraga Sebagai Terapi untuk Gangguan Cemas
    Olahraga Sebagai Terapi untuk Gangguan Cemas
  • Pengaruh Durasi Tidur Anak pada Risiko Gangguan Jiwa
    Pengaruh Durasi Tidur Anak pada Risiko Gangguan Jiwa
  • Penatalaksanaan Nonfarmakologis untuk Gangguan Kecemasan
    Penatalaksanaan Nonfarmakologis untuk Gangguan Kecemasan
  • Suplementasi Vitamin B pada Cemas dan Depresi
    Suplementasi Vitamin B pada Cemas dan Depresi
  • Efek Terapi Plasebo pada 9 Gangguan Psikiatri – Telaah Jurnal Alomedika
    Efek Terapi Plasebo pada 9 Gangguan Psikiatri – Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Ni Putu Intan Sri Maharani
Dibuat 30 April 2025, 21:17
Buku psikiatri anak dan remaja beserta obat dan dosisnya
Oleh: dr.Ni Putu Intan Sri Maharani
0 Balasan
Alo dokter. Ada yang tau gak buku psikiatri anak dan remajaBerserta dosis2 obatnya?Terimakasih
Anonymous
Dibalas 01 Februari 2025, 08:46
Terapi insomnia dan ansietas pada pasien usia kerja
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter, mhn arahan dan step terapi mengenai pasien usia kerja 30-35 thn dg kecenderungan insomnia dan ansietas....jika mungkin ada gangguan psikotik,...
dr.Wilda Florentina S
Dibalas 04 April 2024, 14:43
Hubungan serangan cemas akut pada penurunan saturasi oksigen
Oleh: dr.Wilda Florentina S
2 Balasan
Izin Bertanya kepada Dokter Spesialis dan Dokter umum, saya pernah menemukan pasien dengan serangan cemas akut dgn keluhan merasa seperti tercekik di tempat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.