Edukasi dan Promosi Kesehatan Mutisme Selektif
Edukasi dan promosi kesehatan pada kasus mutisme selektif terutama dilakukan pada orang tua dan guru pasien. Hal ini karena baik orang tua maupun guru akan memegang peran penting dalam terapi pasien. Perlu diberikan pemahaman bahwa mutisme selektif bukan disebabkan karena anak bodoh, terbelakang, atau memiliki gangguan kejiwaan. Orang tua dan guru juga perlu bekerja sama memediasi hubungan anak dengan teman-temannya, serta diedukasi mengenai cara-cara komunikasi yang dapat mengurangi kecemasan anak.[2]
Edukasi Pasien dan Keluarga
Edukasi pada kasus mutisme selektif difokuskan pada informasi mengenai mutisme selektif dan bagaimana guru atau orang tua berkomunikasi dengan anak sebagai bagian dari intervensi perilaku. Orang tua dan guru diajarkan untuk memberikan stimulus secara bertahap agar anak mau berbicara pada situasi-situasi sosial dan memberikan penguatan (reinforcement) positif untuk setiap perilaku berbicara pada situasi sosial.[2]
Saat berinteraksi, minta pengajar untuk duduk di sebelah dan bukan di hadapan anak. Edukasi orang tua dan guru untuk menarik perhatian anak dengan aktivitas menyenangkan yang melibatkan anak, bukan yang memusatkan semua perhatian pada anak karena dapat membuat anak semakin cemas. Lakukan strategi pengajaran yang mengajak anak untuk berpikir, bukan langsung bertanya kepada anak. Beri anak cukup waktu untuk merespon.
Sampaikan pada guru dan orang tua untuk tetap melanjutkan percakapan meskipun anak belum mau merespon secara verbal. Memarahi atau menggunakan label negatif pada anak malah dapat memperburuk kecemasan yang dialami.[3,5]
Upaya Pencegahan
Tidak ada upaya pencegahan primer untuk mutisme selektif, namun penanganan tanda-tanda kecemasan pada anak seawal mungkin dilaporkan bisa menurunkan risiko manifestasi berbagai gangguan cemas pada anak, termasuk mutisme selektif.
Pada anak bilingual yang mulai masuk sekolah dimana bukan bahasa utama anak yang digunakan, perhatian terhadap pendekatan dan pelatihan bahasa dapat mencegah terjadinya mutisme selektif.[3]
Deteksi dini dan manajemen yang lebih awal juga bisa mempercepat perbaikan dan meminimalkan gejala sisa pada masa dewasa. Keterlibatan orang tua, guru, dan intervensi berbasis sekolah juga meningkatkan efikasi terapi yang diberikan.[2]