Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Mutisme Selektif general_alomedika 2024-12-19T11:40:39+07:00 2024-12-19T11:40:39+07:00
Mutisme Selektif
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Mutisme Selektif

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Etiologi pasti dari mutisme selektif belum diketahui, tetapi terdapat teori yang berusaha menjelaskan penyebabnya, seperti teori psikodinamik dan teori perilaku. Gangguan ini merupakan salah satu bentuk kecemasan pada anak-anak.[2,3,8]

Etiologi

Banyak hipotesis mencoba menjelaskan penyebab terjadinya mutisme selektif. Hipotesis mengenai etiologi tersebut didasarkan pada teori psikodinamik, teori perilaku, asosiasi dengan fobia sosial dan kecemasan sosial, perspektif sistem keluarga, dan respons terhadap trauma.

Teori Psikodinamik

Menurut teori psikodinamik, mutisme selektif disebabkan oleh adanya konflik yang belum terselesaikan, misalnya  anak mengalihkan kemarahan terhadap orang tua. Mutisme selektif dianggap sebagai mekanisme koping untuk mengatasi kemarahan dan kecemasan yang sebenarnya bertujuan untuk menghukum orang tua.

Teori Perilaku

Menurut teori perilaku, mutisme selektif timbul akibat pembelajaran yang diperkuat secara negatif. Sikap diam mungkin timbul sebagai strategi memanipulasi lingkungan. Menurut teori ini, mutisme adalah respons adaptif anak, bukan respon patologis

Asosiasi dengan Fobia Sosial dan Kecemasan Sosial

Beberapa ahli menganggap mutisme selektif sebagai bagian dari fobia sosial dan kecemasan sosial. Hal ini karena terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa mutisme selektif lebih banyak dialami oleh anak yang berasal dari keluarga dengan fobia sosial dan kecemasan sosial.

Perspektif Sistem Keluarga

Beberapa ahli berpendapat bahwa sistem keluarga yang patologis berkaitan dengan timbulnya mutisme selektif. Berdasarkan hasil pengamatan, banyak anak dengan mutisme selektif memiliki hubungan yang bersifat “neurotik” dengan orang tua. Sebagai contoh, orang tua yang terlalu mengendalikan anak mereka akan menyebabkan tumbuhnya keterikatan yang tidak sehat yang menyebabkan anak menjadi takut atau tidak percaya dengan dunia luar, orang asing, dan pada akhirnya memilih sikap diam.

Teori Stres Post Traumatik

Post traumatic stress disorder (PTSD) diduga merupakan prekursor potensial dari mutisme selektif. Beberapa anak yang mengalami pelecehan berat dan trauma telah dilaporkan memenuhi kriteria diagnosis mutisme selektif.[4]

Faktor Risiko

Salah satu faktor risiko untuk mutisme selektif adalah genetik. Hal ini ditunjukkan oleh adanya riwayat keluarga dengan mutisme selektif atau fobia sosial pada anak-anak yang memenuhi kriteria diagnosis mutisme selektif.[2]

Awitan mutisme selektif biasanya mendadak akibat stress atau trauma yang memalukan pada situasi sosial dan biasanya muncul pada masa awal anak masuk sekolah. Faktor risiko lain adalah penyakit fisik, perpisahan dengan pengasuh, kekerasan, penelantaran, atau perundungan.[3]

Kondisi lain yang dapat meningkatkan risiko mutisme selektif adalah ciri kepribadian negativistik, yang mencakup perilaku agresif, suka mengendalikan dan menuntut, sulit untuk dipuaskan keinginannya, cenderung tidak patuh, kaku, manipulatif, suka menentang, keras kepala, mudah ngambek, dan curiga.[9]

Anak-anak bilingual yang bahasa di rumah dan sekolah atau lingkungannya berbeda (misalnya anak imigran atau dari kelompok minoritas) juga berisiko mengalami mutisme selektif.[8]

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

2. Oerbeck B, Overgaard KR, et al. Treatment of selective mutism: a 5-year follow-up study. Eur Child Adolesc Psychiatry. 2018;27(8):997-1009. doi:10.1007/s00787-018-1110-7
3. Bernstein BE. Pediatric Social Phobia and Selective Mutism: Background, Pathophysiology, Epidemiology. Medscape, 2020. https://emedicine.medscape.com/article/917147-overview
4. Wong P. Selective mutism: a review of etiology, comorbidities, and treatment. Psychiatry (Edgmont). 2010;7(3):23-31.
8. Hua A, Major N. Selective mutism. Current Opinion in Pediatrics 2016;28:114–20.
9. Kearney CA, Rede M. The Heterogeneity of Selective Mutism: A Primer for a More Refined Approach. Front Psychol. 2021;12:700745. Published 2021 Jun 10. doi:10.3389/fpsyg.2021.700745

Patofisiologi Mutisme Selektif
Epidemiologi Mutisme Selektif

Artikel Terkait

  • Olahraga Sebagai Terapi untuk Gangguan Cemas
    Olahraga Sebagai Terapi untuk Gangguan Cemas
  • Pengaruh Durasi Tidur Anak pada Risiko Gangguan Jiwa
    Pengaruh Durasi Tidur Anak pada Risiko Gangguan Jiwa
  • Penatalaksanaan Nonfarmakologis untuk Gangguan Kecemasan
    Penatalaksanaan Nonfarmakologis untuk Gangguan Kecemasan
  • Suplementasi Vitamin B pada Cemas dan Depresi
    Suplementasi Vitamin B pada Cemas dan Depresi
  • Efek Terapi Plasebo pada 9 Gangguan Psikiatri – Telaah Jurnal Alomedika
    Efek Terapi Plasebo pada 9 Gangguan Psikiatri – Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Ni Putu Intan Sri Maharani
Dibuat 30 April 2025, 21:17
Buku psikiatri anak dan remaja beserta obat dan dosisnya
Oleh: dr.Ni Putu Intan Sri Maharani
0 Balasan
Alo dokter. Ada yang tau gak buku psikiatri anak dan remajaBerserta dosis2 obatnya?Terimakasih
Anonymous
Dibalas 01 Februari 2025, 08:46
Terapi insomnia dan ansietas pada pasien usia kerja
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter, mhn arahan dan step terapi mengenai pasien usia kerja 30-35 thn dg kecenderungan insomnia dan ansietas....jika mungkin ada gangguan psikotik,...
dr.Wilda Florentina S
Dibalas 04 April 2024, 14:43
Hubungan serangan cemas akut pada penurunan saturasi oksigen
Oleh: dr.Wilda Florentina S
2 Balasan
Izin Bertanya kepada Dokter Spesialis dan Dokter umum, saya pernah menemukan pasien dengan serangan cemas akut dgn keluhan merasa seperti tercekik di tempat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.