Prognosis Mutisme Selektif
Prognosis mutisme selektif relatif baik, karena kondisi dapat menghilang sendiri seiring bertambahnya usia. Meski begitu, gangguan-gangguan interaksi sosial yang menyertai umumnya menetap.[1,3] Komplikasi mutisme selektif yang utama adalah gangguan akademik dan sosial yang signifikan pada anak.[7]
Komplikasi
Anak dengan mutisme selektif umumnya akan mengalami gangguan interaksi sosial yang membuat mereka mengalami berbagai masalah akademik dan isolasi sosial. Gangguan ini umumnya juga disertai dengan timbulnya gangguan cemas, seperti gangguan cemas perpisahan dan fobia spesifik. Anak juga bisa menunjukkan gejala-gejala perilaku menentang, meskipun hanya terbatas pada situasi-situasi sosial tertentu.[1]
Anak-anak dengan mutisme selektif juga berisiko tinggi mengalami gangguan perkembangan, seperti enuresis dan encopresis. Gangguan perkembangan bicara dan bahasa juga bisa terjadi sebagai komplikasi mutisme selektif, karena anak menghabiskan banyak waktunya tidak bicara di sekolah.[3]
Prognosis
Prediktor untuk remisi pada anak dengan mutisme selektif adalah usia yang lebih muda, bukan dari golongan minoritas, status kecemasan yang lebih rendah, tidak adanya faktor internal yang mempengaruhi timbulnya gangguan (misalnya disabilitas fisik), dan tidak adanya fobia sosial. Adanya fobia dan bilingual menjadi prediktor luaran terapi yang lebih buruk.[2]
Pada jangka panjang, mutisme selektif bisa berdampak pada kemampuan komunikasi pada situasi sosial, perkembangan penggunaan bahasa, dan keterampilan sosial yang lebih rendah dibandingkan kelompok usianya.[3]