Epidemiologi Schizophrenia
Data epidemiologi menunjukkan schizophrenia atau skizofrenia terutama terjadi pada usia remaja akhir atau 20 tahun ke atas. Prevalensi schizophrenia didapatkan lebih tinggi pada laki-laki, dengan onset gejala yang lebih dini dibandingkan perempuan. Mortalitas pada pasien dengan gangguan ini juga relatif tinggi, akibat adanya keinginan untuk bunuh diri pada pasien.[8,10]
Global
Secara global, epidemiologi schizophrenia diperkirakan sebesar 1%. Pada orang dewasa, prevalensi schizophrenia adalah sekitar 0,45%. Prevalensi schizophrenia pada negara kurang berkembang lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan negara berkembang dan negara maju. Laki-laki lebih sering terkena schizophrenia dibanding perempuan. Onset gejala paling sering terjadi pada remaja usia akhir dan usia 20 tahun ke atas, serta lebih dini pada laki-laki daripada perempuan.[2,8]
Indonesia
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi skizofrenia/psikosis di Indonesia berjumlah 6,7 per 1000 rumah tangga. Prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Bali. Berbeda dengan hasil penelitian yang ada, data Indonesia menunjukkan prevalensi skizofrenia didapatkan lebih tinggi pada perdesaan dibanding perkotaan.[10]
Mortalitas
Penderita schizophrenia memiliki risiko mortalitas 2–3 kali lebih tinggi dari populasi umum. Mortalitas yang lebih tinggi dapat diakibatkan oleh adanya dorongan bunuh diri pada pasien. Dibandingkan dengan populasi umum, orang dengan schizophrenia memiliki risiko delapan kali lipat untuk bunuh diri.[2,8]
Sebuah penelitian memperkirakan hampir 50% pasien schizophrenia mencoba untuk bunuh diri, dan 13% dari semua kematian akibat bunuh diri disebabkan oleh schizophrenia.[8]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra