Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Sindrom Rett elizabeth-anastasyaalomedika-com 2025-03-24T12:01:12+07:00 2025-03-24T12:01:12+07:00
Sindrom Rett
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Sindrom Rett

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Penatalaksanaan sindrom Rett bertujuan untuk menangani gejala dengan  pendekatan multidisipliner. Pada bulan Maret 2023, FDA menyetujui pengobatan pertama dan satu-satunya untuk sindrom Rett, yaitu trofinetide (analog sintetis glisin prolin-glutamat atau GPE). Pengobatan dengan GPE ditujukan untuk orang dewasa dan anak-anak di atas usia 2 tahun.[11,12]

Terapi Trofinetide

Obat terbaru yang direkomendasikan untuk penanganan sindrom Rett adalah trofinetide, suatu analog glycine proline glutamate (GPE) yang merupakan tripeptide N-terminal dari insulin-like growth factor 1. Pada penelitian dengan binatang percobaan, GPE bisa membalikkan secara parsial gejala-gejala akibat mutasi MECP2.[2,4]

Analog GPE bekerja dengan memperbaiki struktur sinaptik, memperkuat struktur sinaptik, meningkatkan respons antioksidan, meningkatkan IGF-1 dalam sistem saraf pusat dan mengurangi kematian sel akibat cedera.[5]

Hasil penelitian yang diterbitkan pada 2024 melaporkan bahwa pengobatan trofinetide pada perempuan penderita sindrom Rett berusia 5‒21 tahun selama ≤40 minggu terus menunjukkan perbaikan gejala.[11]

Pada penelitian, trofinetide diberikan sebanyak 30 mL (6 g), 40 mL (8 g), 50 mL (10 g), atau 60 mL (12 g) sebanyak 2 kali/hari peroral dengan berat masing-masing 12–20 kg, >20–35 kg, >35–50 kg, dan >50 kg.[11]

Terapi Gejala

Tata laksana yang dibutuhkan pasien dengan sindrom Rett mencakup tata laksana untuk gangguan kejang, perubahan perilaku, gangguan tidur, abnormalitas pernapasan, disfungsi jantung, disfungsi saluran cerna, dan patah tulang.[1,2,4]

Terapi Kejang

Bila terdapat gangguan kejang pada pasien, maka pilihan obat yang bisa diberikan adalah asam valproate, lamotrigine, levetiracetam, carbamazepine. Selain itu juga bisa diberikan intervensi diet ketogenik.[1,2,5]

Ansietas

Gangguan perilaku yang paling sering ditemukan adalah ansietas, yang bisa ditangani dengan obat-obat golongan serotonin selective reuptake inhibitor (SSRI) seperti fluoxetine, sertraline, escitalopram.[1]

Insomnia

Pasien dengan sindrom Rett biasanya sulit memulai tidur dan sering terbangun di malam hari. Keluhan ini bisa diatasi dengan kombinasi sleep hygiene dan trazodon. Bila membutuhkan intervensi farmakologis untuk gangguan tidur, dapat dipilih melatonin, agonis dopamine, gabapentin, trazodone, kloral hidrat, promethazine, risperidone, dan klonidin.[1,5]

Gangguan Pernapasan

Salah satu gangguan yang dialami pasien sindrom Rett adalah iregularitas pernapasan seperti apnea, hiperventilasi dan menahan napas. Obat seperti benzodiazepine atau opiat harus dihindari karena dapat membuat depresi pernapasan.[1,5]

Fraktur

Pasien dengan sindrom Rett 4 kali lebih rentan mengalami fraktur dibandingkan populasi normal, sehingga pasien sebaiknya mendapatkan monitoring kadar vitamin D dan mendapatkan suplementasi bila diperlukan.[1,5]

Gangguan Irama Jantung

Gangguan jantung meliputi interval QT yang memanjang. Kondisi ini lebih sulit ditangani pada pasien dengan sindrom Rett dibandingkan dengan populasi umum. Salah satu tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindari obat-obatan yang dapat memperpanjang interval QT, misalnya golongan makrolida seperti erythromycin, azithromycin, dan clarithromycin.[1,5]

Pemanjangan QT interval pada anak perempuan dengan sindrom Rett diimbangi dengan pemberian beta blocker dan mexiletine.[5]

Gangguan Pencernaan

Masalah pencernaan seperti penyakit refluks gastroesofageal (GERD) dan konstipasi umum terjadi pada pasien sindrom Rett, dapat ditangani dengan kalsium karbonat penghambat reseptor histamin H2 (hindari cimetidine), dan meningkatkan asupan serat.[1,5]

Penggunaan cimetidine sebaiknya dihindari karena farmakokinetik obat ini membuat banyak interaksi obat menjadi potensial berbahaya. Sebagai contoh, cimetidine dapat merusak kerja obat antiepilepsi yang dimediasi oleh sitokrom P450, sehingga meningkatkan konsentrasi serumnya dan berpotensi menyebabkan perkembangan efek samping.[13]

Intervensi Psikososial

Intervensi psikososial pada sindrom Rett diberikan sesuai kondisi dan kebutuhan pasien. Terapi yang bisa diberikan adalah fisioterapi, speech therapy, terapi okupasional, dan dukungan sosial untuk keluarga.

Intervensi gizi diperlukan untuk mencegah malnutrisi dan berat badan yang sehat, karena hal ini berhubungan dengan status fungsi yang lebih baik. Intervensi psikososial untuk gangguan tidur adalah dengan pendekatan sleep hygiene.[1,2,4,5]

Terapi musik dilaporkan bisa memperbaiki kemampuan komunikasi verbal dan non-verbal, serta keterampilan sosialisasi.[4,8]

Terapi Rehabilitasi Fisik

Rehabilitasi fisik pada sindrom Rett dilakukan untuk memperbaiki gangguan pergerakan dan abnormalitas gait. Rehabilitasi fisik yang bisa diberikan mencakup fisioterapi, hidroterapi, penggunaan treadmill. Tujuan rehabilitasi fisik adalah untuk mempertahankan dan bila mungkin memperbaiki fungsi fisik.[5]

Referensi

1. Chahil G, Bollu PC. Rett Syndrome. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482252/
2. Fu C, Armstrong D, Marsh E, et al. Consensus guidelines on managing Rett syndrome across the lifespan. BMJ Pediatrics Open 2020; 4:e000717. [https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32984552/]
4. Bricker K, Vaughn BV. Rett syndrome: a review of clinical manifestations and therapeutic approaches. Front. Sleep 2024; 3:1373489. https://www.frontiersin.org/journals/sleep/articles/10.3389/frsle.2024.1373489/full
5. Urbańska S, Witas A, Borowska-Łygan M, et al. Understanding Rett Syndrome: Genetic, clinical and therapeutic perspectives - literature review. J Educ Health Sport 2025; 77:57074. https://apcz.umk.pl/JEHS/article/view/57074
8. Chou MY, Chang NW, Chen C, et al. The effectiveness of music therapy for individuals with Rett syndrome and their families. Journal of the Formosan Medical Association 2019; 118:1633–43. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30670340/
11. Percy AK, Neul JL, Benke TA, et al. Trofinetide for the treatment of Rett syndrome: Results from the open-label extension LILAC study. Med. 2024;5(9):1178-1189.e3. doi:10.1016/j.medj.2024.05.018 https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/38917793/
12. International Rett Syndrome Foundation. A First for Rett: FDA Approves Trofinetide for Treatment of Rett Syndrome!. (cited 2023 March 17) https://www.rettsyndrome.org/trofinetideapproved/#links
13. Chapleau CA, Lane J, Pozzo-Miller L, Percy AK. Evaluation of current pharmacological treatment options in the management of Rett syndrome: from the present to future therapeutic alternatives. Curr Clin Pharmacol. 2013;8(4):358-369. doi:10.2174/15748847113086660069

Diagnosis Sindrom Rett
Prognosis Sindrom Rett
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 23 jam yang lalu
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.