Di Inggris, rerata angka insiden bronkitis akut sekitar 54 kasus per 1000 penduduk, dengan angka insiden lebih rendah pada laki-laki usia muda (36 kasus per 1000 penduduk), dan lebih tinggi pada individu usia >85 tahun (225 kasus per 1000 penduduk). Variasi angka insiden tersebut diduga terjadi karena adanya perbedaan perilaku berobat ke fasilitas kesehatan, respon imun yang berbeda pada setiap kelompok usia, dan tingkat paparan patogen.[1]

Bronkitis akut dilaporkan lebih banyak terjadi pada populasi dengan status sosial-ekonomi rendah dan individu yang tinggal di daerah perkotaan atau perindustrian. Tidak ada predileksi ras pada penyakit bronkitis akut.[1,3]

Di negara empat musim, sebagian besar kasus bronkitis akut terjadi pada musim gugur atau musim dingin. Meski demikian, bronkitis akut dapat terjadi pada musim apapun tergantung dinamika infeksi virus tahunan. Infeksi virus influenza, RSV, dan coronavirus biasanya mencapai puncak selama musim dingin, di mana individu cenderung berada bersama di dalam ruangan sehingga memfasilitasi kontak dekat antar individu.[1]

Indonesia

Data epidemiologi nasional mengenai bronkitis akut di Indonesia belum tersedia.

Mortalitas

Bronkitis akut umumnya tidak menyebabkan kematian. Kebanyakan kasus bronkitis akut merupakan penyakit yang bersifat self-limiting dan dapat sembuh sempurna dengan tata laksana simtomatik dan suportif. Meski demikian, kemungkinan komplikasi sekunder perlu diwaspadai, seperti perluasan infeksi ke saluran napas bawah menjadi pneumonia.[1,2]

Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggita