Panduan E-Prescription Bronkitis Akut
Panduan e-Prescription bronkitis akut ini dapat digunakan oleh Dokter saat hendak memberikan terapi bronkitis akut secara online.
Tanda dan Gejala
Gejala bronkitis akut yang dapat muncul antara lain batuk persisten awitan akut (10-20 hari) dengan atau tanpa produksi sputum, rinorea, nyeri tenggorokan, suara serak, dispnea, wheezing, batuk malam hari, demam ringan, kelelahan, nyeri kepala, dan mialgia. Sputum pada bronkitis akut bisa berwarna jernih, putih, kuning, hijau, atau terdapat sedikit darah.
Pada pemeriksaan dapat ditemukan demam, takikardia, eritema faring, limfadenopati terlokalisir, rinorea, ronki kasar di kedua lapang paru, wheezing, pemanjangan fase ekspirasi atau tanda obstruktif lain.[1-3]
Peringatan
Hentikan terapi guaifenesin jika batuk menetap >7 hari disertai demam, ruam, atau nyeri kepala menetap. Guaifenesin dikontraindikasikan pada anak usia <6 tahun.[2,11]
Erdosteine dikontraindikasikan pada pasien dengan sirosis hepatik, gangguan hati, dan defisiensi enzim cystathionine-synthetase. Cotrimoxazole tidak diberikan pada pasien dengan kelainan hematologi anemia megaloblastik. Penggunaan cotrimoxazole perlu diperhatikan pada pasien dengan defisiensi glucose-6-phosphate dehydrogenase, dan pasien dengan gangguan ginjal dan hati berat.[2]
Rujukan/konsultasi lebih lanjut ke spesialis paru/penyakit infeksi diperlukan jika terjadi komplikasi serius, terdapat penyakit paru yang mendasari, atau kondisi imunodefisiensi.[3,10]
Medikamentosa
Bronkitis akut biasanya bersifat swasirna dan bisa sembuh sendiri tanpa intervensi farmakologi. Oleh sebab itu, terapi berikut hanya diberikan jika perlu saja, sesuai dengan indikasi klinis masing-masing pasien.[1-3]
Terapi Simtomatik
Pemberian madu 5-10 ml telah dilaporkan bermanfaat meredakan gejala batuk dan lebih efektif dibandingkan obat batuk, terutama pada pasien anak.
Pilihan mukolitik bagi pasien dewasa dengan batuk produktif adalah:
N-acetylcysteine 200 mg/12 jam per oral atau 600 mg/24 jam per oral
Bromhexine 8 mg/8 jam per oral
Ambroxol 60 mg per oral dalam 2-3 dosis terbagi atau 30 mg/8 jam per oral
- Carbocisteine 500 mg/8 jam per oral atau 750 mg/8-12 jam per oral
- Erdosteine 300 mg/8 jam per oral[1-3]
Pilihan ekspektoran adalah:
- Guaifenesin 100 mg/12 jam per oral atau 200 mg/4 jam per oral.
- Dosis anak usia 6-12 tahun: 100 mg 4 kali sehari selama maksimal 5 hari[1,2]
Dapat diberikan analgesik dan antipiretik pada pasien dengan keluhan nyeri atau demam:
Paracetamol 1000 mg/6 jam, dosis maksimal 4 gram dalam 24 jam.
Ibuprofen 400 mg/8
Dosis anak paracetamol 15 mg/kg dapat diberikan setiap 6 jam per oral.
Dosis ibuprofen anak adalah 10 mg/kg dapat diberikan setiap 8 jam per oral.[3,10]
Antivirus
Antivirus jarang diperlukan. Apabila antivirus harus diberikan, biasanya berarti pasien memiliki gejala yang lebih berat atau komorbiditas yang berpotensi menyebabkan pasien mengalami gejala berat. Oleh karena itu, pasien dengan klinis seperti itu lebih baik dirujuk untuk pemeriksaan langsung.[1,3,10]
Antibiotik
Antibiotik jarang diperlukan. Antibiotik hanya digunakan jika ada bukti atau kecurigaan infeksi bakteri.
Pada kasus di mana infeksi Bordetella pertussis dicurigai, pilihan terapi adalah:
Azithromycin 500 mg di hari pertama dilanjutkan 250 mg di hari kedua hingga kelima, atau
- Cotrimoxazole 800 mg 2 kali sehari selama 14 hari
Dosis azithromycin untuk anak adalah 10 mg/kg/24 jam per oral selama 3 hari atau 10 mg/kg/24 jam per oral pada hari pertama diikuti 5 mg/kg per oral pada 4 hari berikutnya.[1,10]
Pada kasus di mana infeksi M. pneumoniae dicurigai, pilihan terapi adalah:
- Azithromycin 500 mg di hari pertama dilanjutkan 250 mg di hari kedua hingga kelima, atau
Doxycycline 100 mg 2 kali sehari selama 5 hari[1,10]
Pemberian pada Ibu Hamil
Bromhexine termasuk kategori A berdasarkan TGA. N-acetylcysteine termasuk kategori B2 berdasarkan TGA. Sementara itu, paracetamol oral dan azithromycin termasuk kategori B berdasarkan FDA. Obat-obat tersebut dapat menjadi pilihan terapi untuk ibu hamil.[12-14]
Codeine, dextromethorphan, dan guaifenesin termasuk kategori C berdasarkan FDA. Ibuprofen termasuk kategori C berdasarkan TGA. Obat-obat tersebut hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[12,15-19]
Cotrimoxazole dikontraindikasikan untuk ibu hamil dan menyusui. Ambroxol, erdosteine, dan carbocisteine belum masuk kategori FDA maupun TGA (kategori N), sehingga penggunaannya tidak dianjurkan untuk ibu hamil.[12,20]