Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah
Data epidemiologi nyeri punggung bawah menunjukkan bahwa kondisi ini paling banyak ditemukan pada lansia. Nyeri punggung bawah juga lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki.[2,8]
Global
Prevalensi nyeri punggung bawah yang terstandarisasi usia secara global berkisar pada 7,50% pada tahun 2017. Angka ini menurun bila dibandingkan dengan sekitar tiga dekade sebelumnya yaitu 8,20% pada tahun 1997. Prevalensi nyeri punggung bawah lebih besar pada populasi perempuan sebesar 8,01%, bila dibandingkan dengan laki-laki pada 6,94%.
Kejadian nyeri punggung bawah meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan paling banyak ditemukan pada kelompok usia 80 sampai 89 tahun. Prevalensi nyeri punggung bawah ditemukan paling tinggi pada Amerika Latin Selatan sebesar 13,47%, disusul Asia Pasifik sebesar 13,16%.
Prevalensi terendah pada Asia Timur sebesar 3,62% dan Amerika Latin Tengah sebesar 5,62%. Pada Asia Tenggara, prevalensi nyeri punggung bawah berada pada 7,76%.[2,8]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi mengenai nyeri punggung bawah di Indonesia.
Mortalitas
Nyeri punggung bawah jarang terkait dengan kematian. Namun, kondisi ini terkait dengan morbiditas berupa kecacatan yang dapat diukur dengan years lived with disability (YLD). Angka YLD global akibat nyeri punggung bawah pada tahun 2017 berkisar pada 64,9 juta kasus, sebuah peningkatan sebesar 52,7% dari tiga dekade sebelumnya pada tahun 1990 sebesar 42,5 juta kasus.
Angka YLD lebih tinggi pada perempuan, di mana angka ini meningkat seiring bertambahnya usia dan mencapai puncak pada kelompok usia 45-49 tahun. Eropa Barat memiliki angka YLD akibat nyeri punggung bawah terbesar secara global.[2,8]
Penulisan pertama oleh: dr. Graciella N T Wahjoepramono