Etiologi Disfagia
Etiologi disfagia melibatkan berbagai macam kondisi, termasuk kelainan pada saluran cerna bagian atas (rongga mulut, faring, esofagus) atau penyakit lain yang mempengaruhi fungsi kerja saluran cerna.
Etiologi
Pada pasien usia lebih muda, gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah penyebab disfagia tersering. Pada pasien yang lebih tua, disfagia orofaringeal sekunder akibat penyakit serebrovaskular lebih sering terjadi.[2]
Kelainan Anatomi Esofagus
Kelainan anatomi esofagus yang dapat menyebabkan disfagia antara lain divertikulum Zenker, striktur esofagus, cincin Schatzki, esophageal web, dan fistula trakeoesofageal.[2,5,7]
Gangguan Motilitas Esofagus
Gangguan motilitas pada esofagus yang dapat menyebabkan disfagia antara lain akalasia, skleroderma, diffuse esophageal spasm (DES), dan disfungsi krikofaringeal.[2,5,7]
Esofagitis
Esofagitis juga bisa menyebabkan disfagia. Penyebab esofagitis antara lain gastroesophageal reflux disease (GERD), esofagitis eosinofilik, kandidiasis orofaringeal, infeksi virus herpes, HIV, ataupun cytomegalovirus.[2,5,7]
Kompresi Faring dan Esofagus
Kompresi pada faring dan esofagus yang dapat menyebabkan disfagia adalah tumor kepala leher, pembesaran kelenjar tiroid, tumor paru-paru, aneurisma aorta, kardiomegali, dan osteofit vertebra.[2,5,7]
Sebuah studi potong lintang di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo mengevaluasi 19 pasien anak dengan disfagia. Studi ini melaporkan disfagia terbanyak ditemukan pada pasien cerebral palsy, global developmental delay, hipertrofi tonsil dan adenoid, serta ensefalopati.[8]
Faktor Risiko
Keluhan disfagia seringkali dialami oleh pasien dengan kelainan neuromuskular, seperti stroke. Selain itu, disfagia dapat dialami oleh lansia (presbyphagia), pengguna obat-obatan, dan pasca tindakan medis.
Kelainan Neuromuskular
Kelainan neuromuskular seperti stroke, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, tumor dan infeksi sistem saraf pusat, cerebral palsy, botulisme, dan poliomielitis dapat menyebabkan disfagia. Kelainan neuromuskular lain mencakup dementia, amyotrophic lateral sclerosis, myotonic dystrophy, myasthenia gravis, dan sindrom Guillain-Barre juga dapat menimbulkan manifestasi klinis disfagia.[2,5,7]
Presbyphagia
Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi perubahan fisiologis yang berpengaruh terhadap fungsi menelan seseorang, atau dikenal dengan istilah presbyphagia. Pada orang lanjut usia, terjadi penurunan massa dan fungsi otot, penurunan elastisitas jaringan, penurunan produksi saliva yang menyebabkan mulut cenderung lebih kering, masalah kesehatan gigi, penurunan sensitivitas orofaringeal, serta penurunan fungsi penghidu dan pengecapan.
Meskipun proses penuaan fisiologis ini tidak menyebabkan disfagia, tetapi faktor-faktor ini meningkatkan risiko terjadinya disfagia. Selain itu, lansia juga lebih rentan untuk terkena penyakit-penyakit yang menyebabkan disfagia, seperti stroke, penyakit Parkinson, atau dementia.
Meski demikian, disfagia pada lansia sebaiknya tidak langsung disimpulkan sebagai akibat penuaan saja. Proses penuaan menyebabkan abnormalitas motilitas esofagus ringan yang biasanya asimptomatik.[4,9,10]
Obat-Obatan
Banyak obat dapat menyebabkan atau memperburuk disfagia. Oleh sebab itu, obat perlu selalu ditinjau apakah mungkin menjadi penyebab dasar munculnya disfagia. Terdapat >150 obat-obatan yang berpotensi menyebabkan disfagia. Obat-obatan dapat mengganggu lubrikasi rongga mulut dan faring, menurunkan fungsi motorik, atau menurunkan motilitas gastrointestinal.
Beberapa contoh obat yang dapat menyebabkan atau memperparah disfagia adalah:
- Obat antipsikotik atau neuroleptik: haloperidol, risperidone, olanzapine
- Antikonvulsan: phenobarbital, carbamazepine, dan phenytoin
- Antihistamin: chlorpheniramine, diphenhydramine
- Antidepresan: fluoxetine, sertraline[10-12]
Tindakan Medis
Disfagia juga bisa timbul akibat tindakan medis, seperti pembedahan kepala leher, intubasi, dan terapi radiasi.[2,5,7]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini