Epidemiologi Disfagia
Data epidemiologi menunjukkan bahwa disfagia memiliki angka kejadian yang meningkat seiring bertambahnya usia. Disfagia juga telah ditemukan berkaitan erat dengan gastroesophageal reflux disease (GERD), hipertensi, dan gejala psikologis seperti kecemasan dan depresi.[1,13]
Global
Prevalensi disfagia berkisar antara 7% hingga 20% pada populasi umum. Kejadiannya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Disfagia lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria.[6,7,14]
Pada pasien lansia, kejadian disfagia biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit neuromuskular dengan stroke sebagai penyebab terbanyak. Pada pasien usia muda, disfagia lebih banyak disebabkan gastroesophageal reflux disease (GERD), esofagitis eosinofilik, atau penyakit sistemik seperti kelainan autoimun.[5,7,14]
Indonesia
Sampai saat ini, belum didapatkan data epidemiologi disfagia di Indonesia.
Mortalitas
Pada lansia, risiko terjadinya komplikasi dari disfagia lebih tinggi daripada pasien usia muda. Oleh karena itu, lansia dengan disfagia memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi. Disfagia terjadi pada 29‒64% pasien stroke, di mana 20% di antaranya meninggal akibat pneumonia aspirasi dalam kurun waktu 1 tahun setelah mengalami stroke. Mortalitas dari pneumonia aspirasi secara keseluruhan antara 20‒65% pada pasien usia >65 tahun.[7]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini