Penatalaksanaan Disfagia
Penatalaksanaan disfagia bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas, dengan menjaga kecukupan nutrisi serta mencegah terjadinya aspirasi. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah modifikasi diet, menjaga postur saat makan dan minum, serta terapi rehabilitasi untuk otot-otot menelan. Selain itu, terapi dilakukan berdasarkan etiologi yang mendasari terjadinya disfagia, misalnya gastroesophageal reflux disease (GERD).[3-5]
Modifikasi Diet
Modifikasi diet dilakukan dengan mengubah tekstur makanan serta kekentalan minuman yang dikonsumsi. Pemilihan makanan dengan konsistensi yang lebih lunak serta minuman yang lebih kental lebih direkomendasikan pada pasien disfagia.
Akan tetapi, studi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus dehidrasi serta penurunan kualitas hidup pada pasien dengan diet tersebut. Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menimbang manfaat dan risiko dari intervensi ini.[3,4,21]
Model Standar Diet DisfagiaDysphagia Diet Standardization Model
International Dysphagia Diet Standardization Initiative telah mengembangkan dasar untuk mengklasifikasikan kekentalan dan tekstur makanan. Terminologi dan definisi yang digunakan dapat dibaca pada Tabel 1. Pengklasifikasian ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien dan komunikasi antara petugas kesehatan ketika meresepkan modifikasi tekstur diet.[22]
Tabel 2. Klasifikasi Makanan dan Minuman Berdasarkan Kekentalan dan Tekstur
Derajat | Deskripsi | Terminologi Umum |
0 | Encer | Mengalir seperti air |
1 | Sedikit kental | Lebih kental dari air; membutuhkan sedikit lebih banyak usaha |
2 | Agak kental | Mengalir dari sendok; lebih lambat dari minuman encer |
3 | Kekentalan moderat | Bisa diminum dari cangkir atau dimakan dengan sendok |
4 | Puree | Tidak bisa diminum dari cangkir; dimakan dengan sendok; tidak mengunyah |
5 | Cincang | Dimakan dengan garpu atau sendok; lembut dan lembab |
6 | Lembut dan diblender | Dimakan dengan garpu atau sumpit; tidak perlu pisau; perlu mengunyah |
7 | Reguler | Normal, makanan harian |
Sumber: dr. Bedry Qhinta, 2021.[22]
Perubahan Postur dan Manuver Menelan
Beberapa postur tertentu diketahui dapat membantu proses menelan dan mencegah aspirasi.
Mendekatkan Dagu Ke Dada
Mendekatkan dagu ke arah dada dapat memperpendek jarak antara pangkal lidah dengan dinding faringeal posterior dan meningkatkan tekanan pada faring sehingga memudahkan perpindahan bolus. Posisi ini juga mempersempit pintu masuk ke saluran napas sehingga mencegah terjadinya aspirasi. Postur ini dapat diterapkan pada pasien dengan gangguan refleks menelan faringeal.[3-5]
Menolehkan Kepala Ke Sisi Yang Sakit
Menolehkan kepala ke sisi yang sakit akan menutup sinus piriformis pada sisi yang sakit sehingga bolus akan diarahkan ke sisi yang sehat. Teknik ini dapat bermanfaat bagi pasien dengan kelemahan otot faringeal unilateral.[4,5]
Memiringkan Kepala Ke Sisi Yang Sehat
Memiringkan kepala ke sisi yang sehat memungkinkan bolus untuk turun ke arah faring yang berfungsi dengan baik. Teknik ini diindikasikan pada pasien dengan kelemahan otot faringeal unilateral.[4,5]
Manuver Supraglottic Swallow
Manuver supraglottic swallow merupakan teknik menelan dan menahan napas secara bersamaan. Hal ini dilakukan untuk menutup jalan napas dan mencegah terjadinya aspirasi.
Pasien diminta untuk menarik napas panjang lalu menahan napas, menelan makanan sambil menahan napas, dilanjutkan dengan batuk untuk mengeluarkan residu makanan di vestibulum laringeal. Teknik ini dapat dilakukan pada pasien dengan gangguan pada proses penutupan laring.[4,5]
Rehabilitasi
Rehabilitasi dilakukan untuk melatih koordinasi serta meningkatkan kekuatan otot yang berperan dalam proses menelan. Dalam posisi berbaring, pasien diminta untuk mengangkat kepala dengan mempertahankan bahu untuk tidak ikut terangkat. Latihan ini bertujuan untuk menguatkan otot leher dan laring. Selain itu, latihan penguatan otot lidah dan bibir juga dapat dilakukan untuk memaksimalkan fase oral pada saat menelan.[3-5]
Pemberian Makan Jalur Enteral
Pada kondisi disfagia berat yang tidak memungkinkan untuk terpenuhinya kebutuhan nutrisi per oral, pemberian makan dapat diberikan melalui jalur enteral, yaitu melalui nasogastric tube (NGT) atau percutaneous endoscopic gastrostomy (PEG). Akan tetapi, penggunaan metode ini dalam jangka panjang meningkatkan risiko terjadinya infeksi.[3,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini