Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Disfagia general_alomedika 2024-02-01T14:35:48+07:00 2024-02-01T14:35:48+07:00
Disfagia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Disfagia

Oleh :
dr. Nindy Adhilah
Share To Social Media:

Diagnosis disfagia berdasarkan keluhan kesulitan menelan. Pemeriksaan awal pasien harus bertujuan untuk menyingkirkan patologi yang mengancam jiwa, seperti neoplasia, serta mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami aspirasi.[1,5,6]

Anamnesis

Secara umum, pasien dengan disfagia akan mengeluhkan kesulitan menelan, yang dapat disertai dengan batuk, tersedak, regurgitasi, aspirasi, dan sensasi sisa makanan di saluran napas.

Makanan Solid, Likuid, atau Keduanya

Penyebab disfagia dapat dibedakan berdasarkan karakteristik makanan yang menyebabkan gejala, perjalanan gejala, tingkat keparahan, dan gejala penyerta.

Jika kesulitan menelan terjadi pada konsumsi makanan cair dan padat, kemungkinan pasien mengalami gangguan motilitas esofagus. Jika kesulitan menelan hanya terjadi pada konsumsi makanan padat, pasien mungkin mengalami penyempitan lumen esofagus.

Berkembang Perlahan atau Cepat

Jika disfagia berkembang perlahan, pertimbangkan kemungkinan striktur esofagus misalnya akibat ulkus peptikum. Jika gejala berkembang dengan cepat, kanker esofagus harus dicurigai.

Gejala Episodik, Progresif, Intermiten

Disfagia episoding dapat disebabkan oleh cincin Schatzki atau esophageal web. Disfagia yang progresif dan berat mungkin disebabkan oleh akalasia. Disfagia yang intermiten dan nonprogresif mungkin disebabkan oleh diffuse esophageal spasm (DES).

Gejala penyerta yang perlu digali misalnya mulas, penurunan berat badan, hematemesis, anemia, refluks, dan gejala pernapasan. Jika disfagia disertai refluks kronis, pikirkan kemungkinan adanya esofagitis erosif, striktur peptikum, dan adenokarsinoma esofagus, yang dapat terjadi sebagai komplikasi gastroesophageal reflux disease (GERD). Pada pasien disfagia lanjut usia dengan penurunan berat badan yang berat, curigai adanya keganasan.[1,5,6]

Obat-obatan

Banyak obat dapat menyebabkan atau memperparah disfagia. Oleh sebab itu, obat yang dikonsumsi pasien perlu selalu ditinjau untuk mengetahui kemungkinan menjadi penyebab dasar munculnya disfagia. Contoh obat yang dapat menyebabkan disfagia adalah haloperidol, risperidone,  phenobarbital, carbamazepine, chlorpheniramine, diphenhydramine, fluoxetine, dan sertraline.[10-12]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk menilai ada tidaknya disfagia adalah dengan mengobservasi pasien saat menelan makanan dan minuman. Hal ini dapat dilakukan dengan Bedside Swallowing Evaluation (BSE) atau Water Swallow Test (WST).

Bedside Swallowing Evaluation (BSE)

Bedside Swallowing Evaluation (BSE) merupakan pemeriksaan kemampuan pasien untuk menelan beberapa jenis makanan dan minuman dengan konsistensi yang berbeda.

Setelah proses menelan, kondisi pasien akan dinilai berdasarkan ada tidaknya gejala aspirasi, seperti batuk atau tersedak, berdeham terus menerus sebagai upaya membersihkan kerongkongan, perubahan kualitas suara, serta perubahan suara napas seperti munculnya stridor.[2,15]

Water Swallow Test (WST)

Water Swallow Test (WST) dilakukan dengan meminta pasien untuk minum 30 ml air dalam posisi duduk tegak.

Tabel 1. Kategori Hasil Water Swallow Test

Hasil Tes Kategori
Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam 1 tegukan tanpa tersedak Kategori 1
Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam lebih dari 1 tegukan tanpa tersedak Kategori 2
Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam 1 tegukan, tetapi dengan tersedak Kategori 3
Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam lebih dari 1 tegukan, tetapi dengan tersedak Kategori 4
Pasien tersedak dan tidak mampu menghabiskan minumannya Kategori 5

Sumber: dr. Nindy Adhilah, 2023.[16]

Interpretasi hasil pemeriksaan adalah:

  • Normal: kategori 1 dan mampu menyelesaikan pemeriksaan dalam waktu 5 detik
  • Dicurigai disfagia: kategori 1 tetapi menyelesaikan pemeriksaan dalam waktu >5 detik, atau tergolong kategori 2
  • Positif disfagia: kategori 3 sampai 5[16]

Pemeriksaan Lain

Selain pemeriksaan untuk menilai adanya disfagia, penting untuk dilakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk mencari etiologi yang mendasarinya. Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan rongga mulut, serta pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan nervus kranialis, mencari tanda-tanda kelemahan anggota gerak, dysarthria, tremor, serta gangguan fungsi kognitif.[2,14]

Diagnosis Banding

Disfagia sendiri adalah sebuah gejala sehingga diagnosis banding yang dibuat adalah terkait dengan kondisi medis yang dapat menyebabkan disfagia.

Gangguan Neuromuskular

Penyakit neuromuskular menyebabkan mayoritas kasus disfagia orofaringeal. Gejala umumnya episodik dan sering disertai aspirasi. Beberapa kemungkinan penyebab adalah stroke, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, bulbar poliomielitis, neuropati diabetik, dan myasthenia gravis.

Lesi Struktural

Lesi struktural di area orofaring dapat menyebabkan disfagia. Contohnya adalah neoplasia, esophageal web, dan divertikulum Zenker. Disfagia akibat lesi struktural umumnya timbul episodik, namun bersifat progresif.

Lesi obstruktif pada esofagus umumnya menimbulkan disfagia yang progresif. Obstruksi tidak hanya dapat disebabkan oleh keganasan, tetapi juga berlaku untuk striktur esofagus dan massa jinak di esofagus ataupun struktur sekitarnya seperti tiromegali, neoplasia mediastinum, pembesaran atrium kiri, dan anomali aorta. Pada kasus lesi obstruktif, disfagia umumnya disertai keluhan nyeri.

Disfagia episodik yang tiba-tiba dapat disebabkan oleh cincin mukosa esofagus bagian bawah, yang dikenal sebagai cincin Schatzki. Kondisi ini umumnya menimbulkan gejala saat pasien menelan bolus daging, sehingga dikenal juga sebagai "steakhouse syndrome". Hernia hiatus sering ditemukan berhubungan dengan cincin Schatzki.

Gangguan Motilitas

Gangguan motilitas yang sering menyebabkan disfagia adalah diffuse esophageal spasm dan akalasia. Diffuse esophageal spasm ditandai dengan kontraksi tekanan tinggi, repetitif, simultan (bukan peristaltik) di bagian otot polos esofagus, yang mengakibatkan nyeri dan spasme serta disfagia. Regurgitasi dapat terjadi karena proses menelan yang tidak terkoordinasi.

Pada akalasia, disfagia adalah keluhan utama yang tersering. Dalam kasus akalasia, sfingter esofagus bagian bawah mengalami hipertensi dan gagal untuk berelaksasi sepenuhnya saat menelan. Selain itu, tidak ada aktivitas peristaltik

Inflamasi

Disfagia juga dapat disebabkan oleh lesi inflamasi, tersering adalah esofagitis refluks. Inflamasi dan ulserasi bisa sangat berat sehingga menimbulkan striktur yang menyebabkan obstruksi.[1,2,5,14]

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis disfagia. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat struktur anatomi serta fungsi dari saluran pencernaan bagian atas.

Disfagia orofaringeal dapat diperiksa menggunakan videofluoroscopic swallowing studies (VFSS) dan fiberoptic endoscopic evaluations of swallowing (FEES). Sementara itu, disfagia esofageal dapat dievaluasi menggunakan barium swallow (esofagram) atau endoskopi saluran cerna bagian atas.[1-4]

Videofluoroscopic Swallowing Studies (VFSS) atau Modified Barium Swallow Test

Pada pemeriksaan videofluoroscopic swallowing studies (VFSS), pasien akan diminta untuk menelan beberapa jenis makanan dan minuman yang mengandung kontras dan dievaluasi menggunakan teknik videofluoroskopi. Pengambilan video dilakukan secara lateral dan anteroposterior.

VFSS dapat mengevaluasi pengaruh volume dan tekstur makanan terhadap proses menelan, efektivitas beberapa manuver, serta melihat proses menelan secara keseluruhan. Disfagia pada pemeriksaan ini ditandai dengan adanya aspirasi atau penetrasi bolus, refleks menelan yang tertunda atau tidak terkoordinasi dengan baik, adanya residu orofaringeal, dan gangguan pembukaan sfingter esofagus atas.

Aspirasi yang terjadi saat proses menelan dapat disebabkan oleh keterlambatan refleks menelan faringeal atau kegagalan proteksi saluran napas oleh epiglotis dan plika vokalis.[3,4]

Fiberoptic Endoscopic Evaluations of Swallowing (FEES)

Fiberoptic endoscopic evaluations of swallowing (FEES) merupakan pemeriksaan endoskopi yang dimasukkan melalui hidung menuju faring untuk menilai adanya disfagia orofaringeal. Pemeriksaan diawali dengan mengevaluasi anatomi yang berkaitan dengan fungsi menelan.

Selanjutnya, pasien akan diminta untuk menelan beberapa jenis makanan dan minuman dengan tekstur dan ukuran yang bervariasi. Proses ini untuk menilai efektivitas deglutinasi pasien, seperti pembentukan bolus, respon menelan faring, serta ada tidaknya aspirasi dan penetrasi bolus.[3,4]

FEES memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan VFSS, yaitu tidak adanya radiasi dalam pemeriksaan serta tidak digunakannya kontras dalam makanan sehingga pemeriksaan dapat dilakukan beberapa kali untuk menemukan metode menelan yang efektif bagi pasien. Selain itu, pemeriksaan dapat dilakukan di ruang rawat inap pasien sehingga tidak membutuhkan transfer pasien.[4]

Barium Swallow Test (Esofagram)

Barium swallow merupakan pemeriksaan lini pertama pada kasus kecurigaan disfagia esofageal. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan radiologi menggunakan kontras yang dapat memeriksa struktur dan fungsional dari esofagus. Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini dinilai lebih baik dalam mendiagnosis striktur esofagus serta kelainan motilitas esofagus distal seperti akalasia dan skleroderma.[1,2,17]

Esofagoskopi

Esofagoskopi merupakan pemeriksaan menggunakan endoskopi yang dimasukkan melalui mulut atau lubang hidung untuk mengevaluasi struktur esofagus. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk melakukan inspeksi mukosa secara jelas untuk menilai adanya infeksi atau erosi. Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan melakukan biopsi.[2,5,18]

Manometri Esofagus

Manometri esofagus merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi motilitas dari esofagus. Pemeriksaan ini mengevaluasi kekuatan kontraksi dan tekanan yang dihasilkan oleh kerja otot-otot esofagus.[19,20]

CT Scan atau MRI

Pemeriksaan lain, seperti CT scan atau MRI, dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan pada penyakit lain yang mendasari, seperti tumor atau kelainan sistem saraf pusat.[1,5]

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Azer SA, Kanugula AK, Kshirsagar RK. Dysphagia.Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559174/
2. Jalil AAA, Katzka DA, Castell DO. Approach to the Patient with Dysphagia. The American Journal of Medicine. 2015; 128: 1138.e17-1138.e23.
3. Christmas C, Rogus-Pulia N. Swallowing Disorders in the Older Population. J Am Geriatr Soc. 2019; 67(12): 2643-2649.
4. Wirth R, Dziewas R, et al. Oropharyngeal dysphagia in older persons – from pathophyisiology to adequate intervention: a review and summary of an international expert meeting. Clinical Interventions in Aging. 2016; 11:189-208.
5. Paik NJ. Dysphagia. Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/2212409-overview
6. Dylczyk-Sommer A. Dysphagia. Part 1: General Issues. Anaesthesiol Intensive Ther. 2020; 52(3): 226-232.
10. Fass R. Approach to the evaluation of dysphagia in adults. Uptodate. 2021
11. Miarons M, Campins L, et al. Drugs Related to Oropharyngeal Dysphagia in Older People. Dysphagia. 2016;31(5):697. Epub 2016 Aug 4.
12. Miarons Font M, Rofes Salsench L. Antipsychotic medication and oropharyngeal dysphagia: systematic review. Eur J Gastroenterol Hepatol. 2017;29(12):1332.
14. Chilukuri P, Odufalu F, Hachem C. Dysphagia. Missouri Medicine. 2018; 115(3): 206-210.
15. Lynch YT, Clark BJ, et al. The Accuracy of the Bedside Swallowing Evaluation for Detecting Aspiration in Survivors of Acute Respiratory Failure. Journal of Critical Care. 2017; 39:143-148
16. Horiguchi S, Suzuki Y. Screening Tests in Evaluating Swallowing Function. JMAJ. 2011; 54(1): 31-34.
17. Chen A, Tafti D, Tuma F. Barium Swallow. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493176/
18. Cohen DC, Sears D, et al, Roberts KE. Esophagoscopy. Medscape. 2022. http://emedicine.medscape.com/article/1891879-overview
19. Philipsen BB. Dysphagia – Pathophysiology of Swallowing Dysfunction, Symptoms, Diagnosis and Treatment. Journal of Otolaryngology and Rhinology. 2019; 5:063
20. Baldwin D, Puckett Y. Esophageal Manometry. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559237/

Epidemiologi Disfagia
Penatalaksanaan Disfagia

Artikel Terkait

  • Latihan Pernapasan Diafragma untuk Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease
    Latihan Pernapasan Diafragma untuk Penatalaksanaan Gastroesophageal Reflux Disease
  • Peran Obat Sitoprotektor pada GERD dan Gastritis
    Peran Obat Sitoprotektor pada GERD dan Gastritis
  • Dispepsia – Panduan E-Prescription Alomedika
    Dispepsia – Panduan E-Prescription Alomedika
  • Perbandingan Vonoprazan dengan PPI Untuk GERD
    Perbandingan Vonoprazan dengan PPI Untuk GERD
  • Makanan Alternatif untuk Pasien GERD: Menjelajahi Potensi Nasi Jagung dan Nasi Singkong
    Makanan Alternatif untuk Pasien GERD: Menjelajahi Potensi Nasi Jagung dan Nasi Singkong

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 19 Februari 2025, 10:31
interaksi spasminal dgn metoklopramid
Oleh: Anonymous
1 Balasan
alodok, apakah rasional jika memberikan terapi spasminal (antispasmodik) bersamaan dgn metoklopramid (prokinetik) untuk mengatasi dispepsia dgn keluhan...
Anonymous
Dibalas 03 Februari 2025, 09:11
Obat tradisional apa untuk menghilangkan asam lambung
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Dok saya mau bertanya obat tradisional apa untuk menghilangkan asam lambung?
dr. Meva Nareza T
Dibalas 18 Februari 2025, 14:46
Makanan Alternatif untuk Pasien GERD - Artikel ALOMEDIKA
Oleh: dr. Meva Nareza T
4 Balasan
ALO Dokter!Modifikasi pola makan merupakan langkah krusial dalam tata laksana GERD. Sebagai dokter, penting bagi kita untuk mengedukasi pasien tentang jadwal...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.