Diagnosis Disfagia
Diagnosis disfagia berdasarkan keluhan kesulitan menelan. Pemeriksaan awal pasien harus bertujuan untuk menyingkirkan patologi yang mengancam jiwa, seperti neoplasia, serta mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami aspirasi.[1,5,6]
Anamnesis
Secara umum, pasien dengan disfagia akan mengeluhkan kesulitan menelan, yang dapat disertai dengan batuk, tersedak, regurgitasi, aspirasi, dan sensasi sisa makanan di saluran napas.
Makanan Solid, Likuid, atau Keduanya
Penyebab disfagia dapat dibedakan berdasarkan karakteristik makanan yang menyebabkan gejala, perjalanan gejala, tingkat keparahan, dan gejala penyerta.
Jika kesulitan menelan terjadi pada konsumsi makanan cair dan padat, kemungkinan pasien mengalami gangguan motilitas esofagus. Jika kesulitan menelan hanya terjadi pada konsumsi makanan padat, pasien mungkin mengalami penyempitan lumen esofagus.
Berkembang Perlahan atau Cepat
Jika disfagia berkembang perlahan, pertimbangkan kemungkinan striktur esofagus misalnya akibat ulkus peptikum. Jika gejala berkembang dengan cepat, kanker esofagus harus dicurigai.
Gejala Episodik, Progresif, Intermiten
Disfagia episoding dapat disebabkan oleh cincin Schatzki atau esophageal web. Disfagia yang progresif dan berat mungkin disebabkan oleh akalasia. Disfagia yang intermiten dan nonprogresif mungkin disebabkan oleh diffuse esophageal spasm (DES).
Gejala penyerta yang perlu digali misalnya mulas, penurunan berat badan, hematemesis, anemia, refluks, dan gejala pernapasan. Jika disfagia disertai refluks kronis, pikirkan kemungkinan adanya esofagitis erosif, striktur peptikum, dan adenokarsinoma esofagus, yang dapat terjadi sebagai komplikasi gastroesophageal reflux disease (GERD). Pada pasien disfagia lanjut usia dengan penurunan berat badan yang berat, curigai adanya keganasan.[1,5,6]
Obat-obatan
Banyak obat dapat menyebabkan atau memperparah disfagia. Oleh sebab itu, obat yang dikonsumsi pasien perlu selalu ditinjau untuk mengetahui kemungkinan menjadi penyebab dasar munculnya disfagia. Contoh obat yang dapat menyebabkan disfagia adalah haloperidol, risperidone, phenobarbital, carbamazepine, chlorpheniramine, diphenhydramine, fluoxetine, dan sertraline.[10-12]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk menilai ada tidaknya disfagia adalah dengan mengobservasi pasien saat menelan makanan dan minuman. Hal ini dapat dilakukan dengan Bedside Swallowing Evaluation (BSE) atau Water Swallow Test (WST).
Bedside Swallowing Evaluation (BSE)
Bedside Swallowing Evaluation (BSE) merupakan pemeriksaan kemampuan pasien untuk menelan beberapa jenis makanan dan minuman dengan konsistensi yang berbeda.
Setelah proses menelan, kondisi pasien akan dinilai berdasarkan ada tidaknya gejala aspirasi, seperti batuk atau tersedak, berdeham terus menerus sebagai upaya membersihkan kerongkongan, perubahan kualitas suara, serta perubahan suara napas seperti munculnya stridor.[2,15]
Water Swallow Test (WST)
Water Swallow Test (WST) dilakukan dengan meminta pasien untuk minum 30 ml air dalam posisi duduk tegak.
Tabel 1. Kategori Hasil Water Swallow Test
Hasil Tes | Kategori |
Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam 1 tegukan tanpa tersedak | Kategori 1 |
Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam lebih dari 1 tegukan tanpa tersedak | Kategori 2 |
Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam 1 tegukan, tetapi dengan tersedak | Kategori 3 |
Pasien dapat menghabiskan minumannya dalam lebih dari 1 tegukan, tetapi dengan tersedak | Kategori 4 |
Pasien tersedak dan tidak mampu menghabiskan minumannya | Kategori 5 |
Sumber: dr. Nindy Adhilah, 2023.[16]
Interpretasi hasil pemeriksaan adalah:
- Normal: kategori 1 dan mampu menyelesaikan pemeriksaan dalam waktu 5 detik
- Dicurigai disfagia: kategori 1 tetapi menyelesaikan pemeriksaan dalam waktu >5 detik, atau tergolong kategori 2
- Positif disfagia: kategori 3 sampai 5[16]
Pemeriksaan Lain
Selain pemeriksaan untuk menilai adanya disfagia, penting untuk dilakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk mencari etiologi yang mendasarinya. Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan rongga mulut, serta pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan neurologis meliputi pemeriksaan nervus kranialis, mencari tanda-tanda kelemahan anggota gerak, dysarthria, tremor, serta gangguan fungsi kognitif.[2,14]
Diagnosis Banding
Disfagia sendiri adalah sebuah gejala sehingga diagnosis banding yang dibuat adalah terkait dengan kondisi medis yang dapat menyebabkan disfagia.
Gangguan Neuromuskular
Penyakit neuromuskular menyebabkan mayoritas kasus disfagia orofaringeal. Gejala umumnya episodik dan sering disertai aspirasi. Beberapa kemungkinan penyebab adalah stroke, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, bulbar poliomielitis, neuropati diabetik, dan myasthenia gravis.
Lesi Struktural
Lesi struktural di area orofaring dapat menyebabkan disfagia. Contohnya adalah neoplasia, esophageal web, dan divertikulum Zenker. Disfagia akibat lesi struktural umumnya timbul episodik, namun bersifat progresif.
Lesi obstruktif pada esofagus umumnya menimbulkan disfagia yang progresif. Obstruksi tidak hanya dapat disebabkan oleh keganasan, tetapi juga berlaku untuk striktur esofagus dan massa jinak di esofagus ataupun struktur sekitarnya seperti tiromegali, neoplasia mediastinum, pembesaran atrium kiri, dan anomali aorta. Pada kasus lesi obstruktif, disfagia umumnya disertai keluhan nyeri.
Disfagia episodik yang tiba-tiba dapat disebabkan oleh cincin mukosa esofagus bagian bawah, yang dikenal sebagai cincin Schatzki. Kondisi ini umumnya menimbulkan gejala saat pasien menelan bolus daging, sehingga dikenal juga sebagai "steakhouse syndrome". Hernia hiatus sering ditemukan berhubungan dengan cincin Schatzki.
Gangguan Motilitas
Gangguan motilitas yang sering menyebabkan disfagia adalah diffuse esophageal spasm dan akalasia. Diffuse esophageal spasm ditandai dengan kontraksi tekanan tinggi, repetitif, simultan (bukan peristaltik) di bagian otot polos esofagus, yang mengakibatkan nyeri dan spasme serta disfagia. Regurgitasi dapat terjadi karena proses menelan yang tidak terkoordinasi.
Pada akalasia, disfagia adalah keluhan utama yang tersering. Dalam kasus akalasia, sfingter esofagus bagian bawah mengalami hipertensi dan gagal untuk berelaksasi sepenuhnya saat menelan. Selain itu, tidak ada aktivitas peristaltik
Inflamasi
Disfagia juga dapat disebabkan oleh lesi inflamasi, tersering adalah esofagitis refluks. Inflamasi dan ulserasi bisa sangat berat sehingga menimbulkan striktur yang menyebabkan obstruksi.[1,2,5,14]
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis disfagia. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat struktur anatomi serta fungsi dari saluran pencernaan bagian atas.
Disfagia orofaringeal dapat diperiksa menggunakan videofluoroscopic swallowing studies (VFSS) dan fiberoptic endoscopic evaluations of swallowing (FEES). Sementara itu, disfagia esofageal dapat dievaluasi menggunakan barium swallow (esofagram) atau endoskopi saluran cerna bagian atas.[1-4]
Videofluoroscopic Swallowing Studies (VFSS) atau Modified Barium Swallow Test
Pada pemeriksaan videofluoroscopic swallowing studies (VFSS), pasien akan diminta untuk menelan beberapa jenis makanan dan minuman yang mengandung kontras dan dievaluasi menggunakan teknik videofluoroskopi. Pengambilan video dilakukan secara lateral dan anteroposterior.
VFSS dapat mengevaluasi pengaruh volume dan tekstur makanan terhadap proses menelan, efektivitas beberapa manuver, serta melihat proses menelan secara keseluruhan. Disfagia pada pemeriksaan ini ditandai dengan adanya aspirasi atau penetrasi bolus, refleks menelan yang tertunda atau tidak terkoordinasi dengan baik, adanya residu orofaringeal, dan gangguan pembukaan sfingter esofagus atas.
Aspirasi yang terjadi saat proses menelan dapat disebabkan oleh keterlambatan refleks menelan faringeal atau kegagalan proteksi saluran napas oleh epiglotis dan plika vokalis.[3,4]
Fiberoptic Endoscopic Evaluations of Swallowing (FEES)
Fiberoptic endoscopic evaluations of swallowing (FEES) merupakan pemeriksaan endoskopi yang dimasukkan melalui hidung menuju faring untuk menilai adanya disfagia orofaringeal. Pemeriksaan diawali dengan mengevaluasi anatomi yang berkaitan dengan fungsi menelan.
Selanjutnya, pasien akan diminta untuk menelan beberapa jenis makanan dan minuman dengan tekstur dan ukuran yang bervariasi. Proses ini untuk menilai efektivitas deglutinasi pasien, seperti pembentukan bolus, respon menelan faring, serta ada tidaknya aspirasi dan penetrasi bolus.[3,4]
FEES memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan VFSS, yaitu tidak adanya radiasi dalam pemeriksaan serta tidak digunakannya kontras dalam makanan sehingga pemeriksaan dapat dilakukan beberapa kali untuk menemukan metode menelan yang efektif bagi pasien. Selain itu, pemeriksaan dapat dilakukan di ruang rawat inap pasien sehingga tidak membutuhkan transfer pasien.[4]
Barium Swallow Test (Esofagram)
Barium swallow merupakan pemeriksaan lini pertama pada kasus kecurigaan disfagia esofageal. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan radiologi menggunakan kontras yang dapat memeriksa struktur dan fungsional dari esofagus. Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini dinilai lebih baik dalam mendiagnosis striktur esofagus serta kelainan motilitas esofagus distal seperti akalasia dan skleroderma.[1,2,17]
Esofagoskopi
Esofagoskopi merupakan pemeriksaan menggunakan endoskopi yang dimasukkan melalui mulut atau lubang hidung untuk mengevaluasi struktur esofagus. Pemeriksaan ini memungkinkan untuk melakukan inspeksi mukosa secara jelas untuk menilai adanya infeksi atau erosi. Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan melakukan biopsi.[2,5,18]
Manometri Esofagus
Manometri esofagus merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gangguan fungsi motilitas dari esofagus. Pemeriksaan ini mengevaluasi kekuatan kontraksi dan tekanan yang dihasilkan oleh kerja otot-otot esofagus.[19,20]
CT Scan atau MRI
Pemeriksaan lain, seperti CT scan atau MRI, dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan pada penyakit lain yang mendasari, seperti tumor atau kelainan sistem saraf pusat.[1,5]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini