Diagnosis Infeksi Tindik Telinga
Diagnosis infeksi tindik telinga perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan nyeri, merah, dan bengkak setelah menjalani tindakan tindik telinga. Pasien juga bisa mengeluhkan adanya darah, pus, benjolan, atau bau busuk pada tempat dilakukannya tindikan.[1-4]
Anamnesis
Infeksi tindik telinga umumnya bersifat lokal. Gejala yang timbul mirip dengan selulitis lokal atau abses, yaitu berupa eritema, pembengkakan, hangat dan nyeri ketika diraba. Pasien juga bisa mengeluhkan adanya fluktuasi, keluar darah atau pus, serta bau busuk pada area tindikan. Gejala sistemik dapat berupa demam, takikardia, malaise, dan perubahan status mental jika terjadi diseminasi infeksi.
Pada infeksi kartilago, nyeri dirasakan terutama ketika mencoba menekuk telinga. Nyeri pada infeksi tindik telinga di kartilago biasanya lebih berat. Pada kasus dimana nyeri yang dialami derajat ringan, bisa jadi infeksi hanya melibatkan kulit.
Dalam anamnesis, dokter juga perlu menggali faktor risiko infeksi. Tanyakan mengenai lokasi klinik atau salon tindik, operator yang melakukan, kapan dilakukan tindik, serta peralatan yang digunakan untuk menindik.[1-5]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik area telinga, akan didapatkan tanda inflamasi seperti eritema, pembengkakan, dan teraba hangat atau panas di area tindik. Tanda klinis lain adalah adanya perdarahan berlebihan di lokasi tindikan, muncul benjolan di balik area tindikan, dan munculnya nanah yang berbau busuk.
Pada tindikan transkartilago, pasien bisa menunjukkan tanda klinis perikondritis. Tanda perikondritis aurikuler adalah nyeri, bengkak, hangat, dan kemerahan di area pinna.
Lakukan pemeriksaan otoskopi untuk menilai liang telinga dan membran timpani. Meskipun perikondritis paling sering disebabkan oleh infeksi tindikan transkartilago, terkadang perikondritis bisa disebabkan oleh otitis eksterna sehingga perlu dibedakan dari infeksi tindik telinga.[1-5]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding infeksi tindik telinga adalah anting tertanam (embedded), keloid atau parut hipertrofik, serta dermatitis kontak alergi.
Anting Tertanam
Presentasi klinis anting tertanam adalah nyeri pada telinga, kemerahan, dan infeksi lokal. Selain itu, bagian belakang dari anting tidak terlihat di balik cuping telinga. Biasanya anting tersebut tertanam di lobus telinga dan sering berkaitan dengan penggunaan alat tindik tembak.
Pada beberapa kasus anting dapat dengan mudah dikeluarkan dengan cara mencongkel dengan lembut. Meski demikian, pada beberapa kasus lain, terutama pada anting yang sulit dilokalisasi, tindakan insisi dengan bius lokal diperlukan.[2]
Keloid atau Skar Hipertrofik
Keloid atau skar hipertrofik dapat dicurigai bila luka pada bekas tindik tumbuh melebihi dari batas luka awal, teraba lebih padat dan dapat disertai rasa gatal, nyeri atau eritema. Tindik di lobus telinga merupakan salah satu penyebab tersering dari keloid pada anak usia 2 hingga 19 tahun di Amerika Serikat.[2]
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak alergi dapat terjadi akibat reaksi hipersensitivitas terhadap bahan pembuat anting. Gejala bisa menyerupai infeksi tindik telinga.
Dermatitis kontak alergi bahan nikel merupakan reaksi hipersensitivitas kutan tipe IV tersering. Tanda dan gejalanya adalah keluhan gatal, bengkak dan ruam kemerahan, terutama pada area yang berkontak langsung dengan alergen. Untuk mencegahnya, anting dapat diganti dengan anting hipoalergenik, menghindari penggunaan produk mengandung nikel dan aplikasi kortikosteroid topikal.[2]
Pemeriksaan Penunjang
Penegakan diagnosis infeksi tindik telinga cukup dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan tidak perlu dilakukan pemeriksaan penunjang lain. Pemeriksaan penunjang mungkin bermanfaat apabila ditemukan gejala sistemik seperti demam, takikardia, hipotensi dan perubahan status mental.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berbeda untuk setiap kasus tindik telinga, disesuaikan dengan kondisi pasien. Pemeriksaan penunjang bisa berupa pemeriksaan darah lengkap, C-reactive protein, dan kultur darah jika infeksi dicurigai menyebabkan sepsis. Pemeriksaan kultur juga dapat dilakukan jika ditemukan drainase purulen untuk membantu menentukan antibiotik yang tepat, tapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan.[1,5]