Penatalaksanaan Infeksi Tindik Telinga
Penatalaksanaan infeksi tindik telinga adalah kompres hangat dan pemberian antibiotik topikal atau oral. Pada beberapa kasus seperti abses, bisa diperlukan tindakan insisi dan drainase.[5]
Prinsip Penatalaksanaan
Pada kebanyakan kasus, infeksi tindik telinga bersifat superfisial sehingga dapat diatasi dengan terapi suportif atau topikal saja. Tindik telinga pada area kartilago lebih berisiko menyebabkan infeksi yang berat, seperti perikondritis pinna, yang akan memerlukan antibiotik sistemik.
Terapi awal yang dapat dilakukan adalah mencopot benda asing atau anting yang terpasang. Selanjutnya, lakukan pemantauan terkait adanya pembentukan abses. Jika abses muncul, perlu dilakukan debridemen dan drainase pus.
Lubang tindikan dapat dipertahankan (piercing patency) dengan memasang cincin dari kateter Teflon 20-gauge dengan tubing silicon ke dalam lubang tindik hingga kulit di sekitarnya membaik. Jika lubang sudah menutup, lobus telinga dapat ditindik ulang pada area non-skar setelah 3 bulan.[1-5]
Antibiotik
Kebanyakan kasus infeksi tindik telinga, terutama yang melibatkan area cuping atau lobus, bersifat ringan dan superfisial. Melepas anting, kompres hangat, dan pemberian antibiotik topikal umumnya sudah cukup untuk mengatasi infeksi. Antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah bacitracin, neomycin, dan polymyxin B.
Pada kasus infeksi yang lebih berat, misalnya terjadi perikondritis, diperlukan pemberian obat antibiotik per oral. Pilihan antibiotik yang dapat diberikan adalah cephalexin atau clindamycin. Jika dicurigai infeksi disebabkan oleh methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), dapat diberikan cotrimoxazole.
Kasus infeksi tindik telinga yang berkaitan dengan Pseudomonas aeruginosa dapat diterapi dengan antibiotik golongan fluorokuinolon seperti ciprofloxacin. Meski begitu, perhatian khusus diperlukan terkait risiko penggunaan fluorokuinolon pada anak.
Durasi pengobatan untuk kasus infeksi lokal adalah 5-7 hari, tapi bisa diperpanjang bila dibutuhkan.[1,5,9]
Pembedahan
Apabila terdapat abses yang signifikan, pertimbangkan perlunya melakukan debridemen, insisi, dan drainase. Pada kasus tindikan di area kartilago, infeksi dapat menyebabkan abses dan disertai hematoma yang akan meningkatkan risiko deformitas seperti cauliflower ear. Untuk mencegah deformitas, kumpulan pus dan hematoma harus dikeluarkan secara bedah.
Apabila deformitas sudah terjadi, pertimbangkan perlunya melakukan tindakan bedah rekonstruksi.[1-5]