Epidemiologi Infeksi Tindik Telinga
Data epidemiologi menunjukkan bahwa infeksi tindik telinga lebih banyak terjadi pada prosedur tindik yang melibatkan area kartilago dibandingkan lobus telinga. Derajat infeksi yang lebih berat juga dialami pasien yang ditindik di kartilago karena kartilago merupakan jaringan dengan minim vaskularisasi.[2]
Global
Telinga merupakan lokasi paling banyak dari tindakan tindik telinga. Pada telinga, tindikan dapat dilakukan di lobus ataupun kartilago. Dalam sebuah survei potong lintang terhadap 766 mahasiswa dari 18 universitas di Amerika Serikat dan Australia, dilaporkan bahwa 51% partisipan memiliki 1 atau lebih tindikan dan 45% melaporkan infeksi lokal.
Dalam sebuah studi di Skotlandia terhadap 52 anak dengan komplikasi tindik telinga, 34 anak (65%) dilaporkan mengalami infeksi lokal. Dalam studi ini, 1 anak (2%) mengalami selulitis.
Data yang tersedia menunjukkan bahwa prevalensi infeksi setelah tindik kartilago telinga lebih tinggi signifikan dibandingkan tindik pada lobus telinga (41,4% vs 29,6%). Tindik pada kartilago juga berkaitan dengan infeksi yang lebih berat, termasuk perikondritis dan komplikasi keloid. Hal ini diduga berkaitan dengan vaskularisasi kartilago yang terbatas.[2]
Indonesia
Saat ini belum ada data epidemiologi tindik telinga dan infeksi tindik telinga di Indonesia.
Mortalitas
Sebagian besar infeksi tindik telinga bersifat lokal, sehingga sangat jarang berkaitan dengan kematian. Meski demikian, pada kasus yang sangat jarang dapat terjadi infeksi yang lebih serius seperti endokarditis, sindrom syok toksik, dan hepatitis.[2,7]