Panduan e-Prescription Infeksi Tindik Telinga
Panduan e-prescription untuk infeksi tindik telinga ini dapat digunakan oleh dokter untuk memberikan terapi medikamentosa secara online.
Tanda dan Gejala
Pada anamnesis, pasien dengan infeksi tindik telinga biasanya mengeluhkan bengkak, nyeri, merah, benjolan, atau teraba hangat di area tindik. Pada beberapa kasus, pasien bisa mengeluhkan keluarnya drainase purulen. Pasien juga dapat mengalami gejala sistemik seperti demam dan menggigil.
Pada kebanyakan kasus, infeksi tindik telinga bersifat ringan dan superfisial. Tindik telinga di area lobus jarang menimbulkan infeksi yang berat. Di sisi lain, infeksi tindik telinga pada area kartilago lebih sering menimbulkan komplikasi dan infeksi yang lebih berat, seperti perikondritis dan deformitas.[1-5]
Peringatan
Kebanyakan kasus infeksi tindik telinga bersifat ringan dan superfisial, terutama jika tindik dilakukan di lobus. Pada kasus ini, terapi suportif dengan mencabut anting, kompres hangat, dan antibiotik topikal umumnya cukup untuk menghilangkan gejala.
Antibiotik topikal jarang menimbulkan efek samping bermakna. Antibiotik topikal tersebut juga secara umum aman digunakan pada ibu hamil. Meski demikian, perhatian khusus diperlukan karena potensi reaksi alergi tetap ada.[1-5]
Kasus infeksi tindik telinga yang berat, biasanya berkaitan dengan tindikan transkartilago, memerlukan pemeriksaan lanjutan secara langsung dan tidak bisa diterapi secara online. Kasus ini akan memerlukan antibiotik oral dan sebaiknya tidak diresepkan secara online. Perlu diingat bahwa antibiotik sistemik hanya digunakan jika memang benar-benar perlu, karena penggunaan yang tidak tepat akan meningkatkan risiko resistensi dan kolitis akibat Clostridium difficile.[17-19]
Perhatian khusus atau rujukan perlu dilakukan apabila:
- Tindik yang mengalami infeksi adalah tindik yang dilakukan pada jaringan kartilago telinga.
- Demam dan menggigil yang tidak membaik setelah 3 hari terapi
- Anting atau perhiasan tertanam di dalam lubang tindik
- Bengkak dan nyeri pada area tindik
- Adanya nanah atau sekret yang keluar dari lubang tindik[11,13]
Medikamentosa
Kebanyakan kasus infeksi tindik telinga bersifat ringan dan hanya memerlukan antibiotik topikal. Pada kasus yang dicurigai memerlukan antibiotik oral, pasien sebaiknya disarankan untuk datang langsung ke dokter dan menjalani pemeriksaan. Hal ini karena pasien yang memerlukan antibiotik oral biasanya memiliki derajat infeksi yang lebih berat dan risiko mengalami komplikasi lebih tinggi.[1-5]
Infeksi Tindik Telinga Ringan
Pilihan antibiotik topikal adalah adalah bacitracin, neomycin, dan polymyxin B. Oleskan tipis-tipis pada area yang terkena.[1-5]
Jika pasien mengalami infeksi tindik telinga derajat ringan, sarankan untuk melepaskan anting. Minta pasien membersihkan area tindik dengan air bersih hangat. Setelah itu, keringkan area tindik dengan lembut atau diangin-anginkan. Aplikasikan antibiotik topikal tipis-tipis selama 5-7 hari.[1-5]
Infeksi Tindik Telinga Berat
Pasien sebaiknya dirujuk dan tidak diberikan terapi secara online karena infeksi biasanya lebih berat dan risiko komplikasi lebih tinggi.
Pilihan antibiotik oral pada kasus infeksi tindik telinga adalah cephalexin atau clindamycin. Jika infeksi dicurigai disebabkan oleh methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), dapat diberikan cotrimoxazole. Kasus infeksi tindik telinga yang berkaitan dengan Pseudomonas aeruginosa dapat diterapi dengan antibiotik golongan fluorokuinolon seperti ciprofloxacin.[1-5]
Pemberian pada Ibu Hamil
Pemberian obat topikal seperti bacitracin, neomycin, dan polymyxin B umumnya dianggap aman selama kehamilan karena absorpsi transkutan sangat sedikit.
Cephalexin masuk dalam FDA Kategori B sehingga dianggap relatif aman digunakan untuk ibu hamil. Pada ibu menyusui, cephalexin diketahui dikeluarkan ke ASI.[17]
Clindamycin masuk dalam FDA Kategori B sehingga dianggap relatif aman digunakan selama kehamilan. Meski demikian, penggunaan pada trimester pertama tidak disarankan. Pada ibu menyusui, penggunaan clindamycin juga tidak disarankan karena dikeluarkan ke ASI.[18]
Cotrimoxazole masuk dalam FDA Kategori C sehingga tidak disarankan digunakan selama kehamilan. Obat ini dikeluarkan ke ASI.[19]