Diagnosis Karsinoma Nasofaring
Diagnosis karsinoma nasofaring dimulai dari anamnesis yang akan menemukan gejala seperti hidung tersumbat, perubahan suara, dan pembengkakan leher. Pemeriksaan endoskopi nasofaring digunakan untuk melihat langsung area nasofaring dan dapat dilakukan bersamaan dengan biopsi untuk mengonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan pencitraan seperti CT scan atau MRI sering digunakan untuk menilai sejauh mana penyebaran tumor dan keterlibatan struktur sekitarnya.[7-9]
Pemeriksaan histopatologi dapat membedakan beberapa kategori tumor. Menurut gambaran histopatologi, jenis karsinoma nasofaring dapat dibagi menjadi tiga subkelompok utama:
- Non-keratinising squamous cell carcinoma
- Keratinising squamous cell carcinoma
Basaloid squamous cell carcinoma[9]
Anamnesis
Hanya 10% dari pasien karsinoma nasofaring yang didiagnosis pada stadium dini. Stadium dini sangat sulit untuk didiagnosis secara klinis karena sifatnya tersembunyi di dalam nasofaring. Beberapa kasus juga dapat menetap tanpa gejala dalam waktu yang lama hingga semakin sulit untuk membuatnya terdeteksi lebih awal.[6]
Gejala Nasal dan Tenggorokan
Pasien dengan karsinoma nasofaring sering melaporkan gejala seperti hidung tersumbat atau berlendir, epistaksis yang berulang, perubahan suara, atau rasa sakit di tenggorokan. Gejala ini dapat berkembang secara bertahap dan mungkin tidak terkait dengan infeksi saluran pernapasan biasa.[6,9]
Gangguan Pendengaran atau Tinnitus
Karsinoma nasofaring dapat memengaruhi saluran tuba Eustachius dan telinga tengah, menyebabkan gangguan pendengaran atau tinnitus.[6,9]
Pembengkakan Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening di leher sering kali menjadi tanda klinis yang mencolok. Anamnesis mencakup informasi tentang sejak kapan pembengkakan muncul, ukuran, dan perasaan pasien terhadap pembengkakan tersebut, apakah nyeri atau tidak.[6,9]
Riwayat Infeksi Virus Epstein-Barr (EBV)
Karsinoma nasofaring seringkali terkait dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV). Pertanyaan mengenai riwayat infeksi mononukleosis atau riwayat keluarga dengan karsinoma nasofaring dapat memberikan petunjuk tambahan.[6,9]
Riwayat Paparan Faktor Risiko Lingkungan
Anamnesis melibatkan pertanyaan tentang paparan faktor risiko seperti asap rokok, konsumsi makanan tertentu yang dapat meningkatkan risiko, dan paparan polusi udara di lingkungan tempat tinggal pasien.[6,9]
Gejala Sistemik
Pasien dengan karsinoma nasofaring dapat mengalami gejala sistemik seperti penurunan berat badan yang tidak diinginkan, kelemahan, atau kelelahan yang tidak dapat dijelaskan.[6,9]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan karsinoma nasofaring dilakukan untuk mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala fisik yang dapat menunjukkan adanya kelainan pada daerah nasofaring.
Pemeriksaan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (ENT)
Pada pemeriksaan tenggorokan, dokter bisa menemukan lesi atau massa yang mencurigakan. Selain itu, karsinoma nasofaring dapat menyebabkan pembesaran tonsil yang tidak normal atau adanya massa di nasofaring yang teraba selama pemeriksaan fisik.[9,10]
Pemeriksaan Leher
Pembesaran kelenjar getah bening di leher, khususnya di daerah servikal, seringkali menjadi tanda klinis yang mencolok pada karsinoma nasofaring. Kelenjar getah bening yang terlibat biasanya keras dan terasa tidak nyeri.[9,10]
Pemeriksaan Telinga dan Pendengaran
Pemeriksaan pendengaran mungkin dilakukan untuk mengevaluasi adanya gangguan pendengaran yang dapat terjadi akibat keterlibatan nasofaring pada saluran tuba Eustachius atau telinga tengah.[9,10]
Pemeriksaan Neurologis
Keterlibatan saraf kranial, terutama saraf kranial ke VI (abducent) dan saraf kranial ke IX dan X (glossopharyngeal dan vagus), dapat menyebabkan gejala seperti gangguan penglihatan atau kesulitan menelan.[9,10]
Diagnosis Banding
Salah satu diagnosa banding dari kanker nasofaring adalah angiofibroma nasofaring. Diagnosis banding lain mencakup infeksi saluran napas atas dan hiperplasia adenoid.
Angiofibroma Nasofaring
Angiofibroma nasofaring adalah tumor pembuluh darah yang berada di rongga hidung posterior dan kebanyakan ditemukan pada laki-laki. Pemeriksaan klinis akan mendapatkan gambaran adanya massa yang teraba keras, rapuh, kemerahan, di dalam rongga hidung. Hasil pemeriksaan CT-scan atau MRI dapat menunjukkan dinding posterior sinus maksilaris yang bergeser ke anterior akibat adanya massa tersebut.[11]
Infeksi Saluran Napas Atas
Infeksi seperti sinusitis, faringitis, atau infeksi telinga dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan karsinoma nasofaring, termasuk hidung tersumbat, mimisan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Perbedaannya, infeksi umumnya bersifat akut dan akan merespons terhadap pengobatan. Pemeriksaan fisik, endoskopi, dan biopsi dapat membantu membedakan antara infeksi dan kondisi onkologis.[9]
Hiperplasia Adenoid
Hiperplasia adenoid dapat menyebabkan hidung tersumbat dan gejala serupa dengan karsinoma nasofaring. Pemeriksaan fisik dan endoskopi nasofaring dapat membantu membedakan antara hiperplasia adenoid dan massa tumor ganas.[14]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis karsinoma nasofaring melibatkan sejumlah metode untuk membantu mengonfirmasi keberadaan tumor, mengevaluasi sejauh mana penyebarannya, dan mendukung perencanaan pengelolaan yang tepat.
Biopsi Nasofaring
Biopsi nasofaring merupakan pengambilan sampel jaringan dari nasofaring melalui teknik biopsi, seringkali selama pemeriksaan endoskopi nasofaring. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengonfirmasi adanya kanker, menentukan jenis histologisnya, dan membantu dalam merencanakan strategi pengobatan.[9,10]
Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menilai ukuran tumor, penyebaran, dan adanya keterlibatan struktural lainnya. CT scan dapat memberikan gambaran detail struktur nasofaring, tulang belakang, dan area sekitarnya. Sementara itu, MRI digunakan untuk mengevaluasi tumor di nasofaring dan penyebarannya ke jaringan sekitarnya, serta untuk melihat efek pada struktur saraf.
PET-CT (Positron Emission Tomography - Computed Tomography) dapat memberikan informasi tentang aktivitas metabolik sel dan membantu menentukan sejauh mana penyebaran kanker dan mengevaluasi respons terhadap pengobatan.[6,7,9,10]
Pemeriksaan Serologi
Uji antibodi virus Epstein-Barr dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap EBV, yang dapat membantu menegakkan kaitan karsinoma nasofaring dengan infeksi virus Epstein-Barr. Pemeriksaan ini jarang diperlukan pada praktik klinis dan biasanya hanya dilakukan untuk kepentingan penelitian.[6,7,9,10]
Penentuan Stadium
Penentuan stadium karsinoma nasofaring menggunakan sistem TNM (Tumor, Nodes, Metastasis) oleh American Joint Committee on Cancer (AJCC). Sistem ini memberikan informasi tentang ukuran tumor primer (T), keterlibatan kelenjar getah bening regional (N), dan adanya metastasis jauh (M).
Tabel 1. Klasifikasi TNM Karsinoma Nasofaring
Tumor (T) | Nodul (N) | Metastasis (M) | |||
Tx | Tumor tidak dapat dievaluasi. | Nx | Kelenjar getah bening tidak dapat dievaluasi. | M0 | Tidak ada metastasis jauh |
T0 | Tidak ada bukti tumor primer. | N0 | Tidak ada keterlibatan kelenjar getah bening regional. | ||
Tis | Carcinoma in situ, di mana sel-sel kanker hanya terbatas pada lapisan permukaan tanpa invasi jaringan. | N1 | Keterlibatan kelenjar getah bening unilateral, yang berukuran ≤6 cm dari dasar tengkorak. | M1 | Ada metastasis jauh |
T1 | Tumor terbatas pada nasofaring atau/atau fossa Rosenmuller. | N2a | Kelenjar getah bening unilateral, berukuran >6 cm dari dasar tengkorak. | ||
T2 | Tumor menyebar ke jaringan lunak orofaring, atau/atau fossa Rosenmuller. | N2b | Keterlibatan bilateral atau melibatkan kelenjar getah bening ipsilateral, berukuran ≤6 cm dari dasar tengkorak. | ||
T3 | Tumor melibatkan struktur tulang atau kartilago, seperti dasar tengkorak, palatum, atau hidung konka. | N3 | Kelenjar getah bening berukuran >6 cm dari dasar tengkorak atau keterlibatan bilateral atau melibatkan kelenjar getah bening ipsi/ kontralateral, berukuran ≤6 cm dari dasar tengkorak. | ||
T4a | Tumor melibatkan serat saraf kranial, sinus kavernosus, atau orbita. | ||||
T4b | Tumor melibatkan sinus maksilaris, rongga intrakranial, atau kelenjar getah bening prevertebral. |
Sumber: dr. Bedry Qintha, Alomedika, 2023.[10,15]
Tabel 2. Stadium Karsinoma Nasofaring
Stadium | TNM |
0 | Tis N0 M0 |
I | T1 N0 M0 |
II | T1(atau T0) N1 M0 |
T1(or T0) N2 M0 | |
T2 N2 M0 | |
III | T3 N0 – N2 M0 |
IV A | T4 N0-N2 M0 |
Tis-T4 N3 M0 | |
IVB | T apapun N apapun M1 |
Sumber: dr. Bedry Qintha, Alomedika, 2023.[10,15]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha