Etiologi Karsinoma Nasofaring
Etiologi karsinoma nasofaring melibatkan interaksi kompleks antara faktor genetik, lingkungan, dan infeksi virus, dengan virus Epstein-Barr (EBV) menjadi faktor utama yang terkait erat dengan perkembangan penyakit ini.[1-3]
Infeksi Epstein-Barr Virus (EBV)
Infeksi EBV, juga dikenal sebagai virus mononukleosis, biasanya terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja, dan sebagian besar orang mengalami infeksi tanpa gejala yang signifikan. Namun, infeksi EBV juga telah dikaitkan dengan perkembangan karsinoma nasofaring. Virus ini dapat menyebabkan transformasi sel-sel epitel nasofaring, memicu pembentukan sel-sel kanker.[1-3]
Faktor Genetik
Faktor genetik juga berperan dalam risiko seseorang terkena karsinoma nasofaring. Beberapa studi menunjukkan bahwa adanya riwayat keluarga dengan karsinoma nasofaring dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini. Variasi genetik tertentu juga telah diidentifikasi sebagai faktor yang mempengaruhi kerentanan terhadap karsinoma nasofaring.
Gen HLA (Human Leukocyte Antigen)
Gen-gen yang terkait dengan sistem HLA, yang terlibat dalam presentasi antigen kepada sel-sel imun, telah dikaitkan dengan risiko karsinoma nasofaring. Variasi dalam gen HLA dapat mempengaruhi kemampuan sistem kekebalan untuk mendeteksi dan merespons sel-sel kanker.[1-3]
Gen-p53
Gen-p53 adalah gen supresor tumor yang berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan sel-sel yang mengalami kerusakan genetik. Mutasi pada gen-p53 dapat menyebabkan hilangnya fungsi penghentian pertumbuhan sel, meningkatkan risiko perkembangan kanker, termasuk karsinoma nasofaring.[1-3]
Gen LMP1 (Latent Membrane Protein 1)
LMP1 adalah salah satu protein yang dihasilkan oleh EBV. Gen LMP1 telah diidentifikasi sebagai faktor yang berkontribusi pada transformasi sel dan pertumbuhan karsinoma nasofaring. Protein ini dapat memodulasi berbagai jalur sinyal seluler yang mengarah pada pertumbuhan sel kanker.[1-3]
Gen-c-MYC
Gen c-MYC adalah proto-onkogen yang mengatur pertumbuhan sel. Amplifikasi atau peningkatan ekspresi c-MYC telah terkait dengan sejumlah jenis kanker, termasuk karsinoma nasofaring. Perubahan dalam regulasi gen ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali.[1-3]
Faktor Lingkungan
Paparan terhadap faktor lingkungan tertentu juga dapat memainkan peran dalam perkembangan karsinoma nasofaring. Misalnya, paparan asap rokok, polusi udara, dan konsumsi makanan tertentu dapat mempengaruhi risiko terjadinya kanker nasofaring.[1-3]
Konsumsi Makanan dan Rokok
Di beberapa populasi, konsumsi makanan tertentu, seperti ikan yang terkontaminasi oleh senyawa logam berat, dapat meningkatkan risiko karsinoma nasofaring. Selain itu, merokok juga dapat menjadi faktor risiko tambahan.[1-3]
Infeksi Koinfeksi dan Kelainan Imun
Koinfeksi dengan virus lain atau kondisi yang melemahkan sistem kekebalan tubuh juga dapat berperan dalam perkembangan karsinoma nasofaring. Individu dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah, seperti penderita HIV/AIDS, memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker nasofaring.[1-3]
Faktor Risiko
Beberapa penelitian mengaitkan angka kejadian kanker nasofaring dengan faktor lingkungan seperti merokok, konsumsi alkohol, dan konsumsi makanan-makanan berpengawet.
Selain itu, kontak antara asap rokok dan nasofaring memiliki efek kimia langsung yang dapat mengiritasi epitel. Ini utamanya nikotin yang ada pada tembakau yang mengandung agen karsinogenik turunan nitrosamin yang dapat mempromosikan terjadinya karsinogenesis.[4,5]
Sebuah studi kecil di Indonesia mengindikasikan bahwa konsumsi ikan asin meningkatkan risiko kanker nasofaring secara signifikan. Meski begitu, temuan ini memerlukan studi lanjutan dengan jumlah sampel lebih besar.[5,6]
Faktor risiko lain adalah jenis kelamin. Karsinoma nasofaring lebih banyak terjadi pada laki-laki. Selain itu, karsinoma nasofaring lebih sering terjadi pada individu dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Karsinoma nasofaring dapat timbul pada segala usia, tapi lebih umum di diagnosis pada usia antara 30-50 tahun. Selain itu, memiliki keluarga dengan riwayat karsinoma nasofaring memperbesar risiko terjangkit karsinoma nasofaring juga.[9]
Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha